Menyusuri Monumen Samudra Pasai, Jejak Kerajaan Islam Pertama di Indonesia
Merdeka.com - Lhokseumawe, menjadi jejak kerajaan Islam pertama di Indonesia yakni Samudra Pasai. Kerjaan Islam yang didirikan oleh Meurah Silu pada 1267. Sebuah kerajaan gabungan dari Kerajaan Pase dan Peurlak. Kerajaan Samudra Pasai mencapai masa keemasannya pada abad ke 16.
Bukti-bukti arkeologis keberadaan kerajaan ini adalah makam raja-raja Pasai di Kampung Geudong, Aceh Utara. Kompleks makam ini terletak di dekat reruntuhan bangunan pusat kerajaan Samudera di Desa Beuringin, Kecamatan Samudera, sekitar 17 kilometer sebelah timur Lhokseumawe.
Kerajaan Samudera Pasai punya peranan yang sangat penting dalam usaha penyebaran Islam di Asia Tenggara. Mereka memiliki banyak hubungan dengan beragam kerajaan Islam. Untuk mengingat masa kejayaan Samudra Pasai di Tanah Air, maka dibangun Monumen Samudra Pasai.
-
Siapa pendiri Kerajaan Samudera Pasai? Kesultanan Samudera Pasai didirikan pada abad ke-13 yang dipimpin oleh seseorang yang saleh bernama Meurah Silu. Ia juga menjadi raja dari Kesultanan Samudera Pasai yang bergelar Sultan Malik Al-Saleh atau Malikulsaleh.
-
Dimana letak Kerajaan Samudera Pasai? Kesultanan Samudera Pasai merupakan salah satu kerajaan dengan corak Islam pertama di Indonesia yang terlatak di Provinsi Aceh.
-
Dimana masjid bersejarah itu berada? Situs ini merupakan sebuah masjid yang dibangun dari tanah dan batu oleh dinasti abad pertengahan yang berkuasa di Afrika Utara dan Spanyol.
-
Apa tempat wisata di Pasuruan yang dikenal dengan sejarah? Candi ini merupakan peninggalan sejarah dari Kerajaan Singasari yang dibangun pada abad ke-13.
-
Mengapa Masjid Al Yaqin di Bandar Lampung menjadi tempat bersejarah? Tak hanya sebagai tempat beribadah, karena lokasi ini pernah dijadikan sebagai basis perjuangan rakyat dan para ulama. Kabarnya, masjid ini sering mengadakan pengajian sebagai salah satu cara melawan kolonial Belanda.
-
Apa yang Ibnu Battuta lihat di Samudera Pasai? Ketika tiba di sana, Ibnu Battuta terkesan dengan penerapan hukum syariat Islam yang ketat di bawah kepemimpinan Sultan Malik al-Zahir.
Dari kejauhan Monumen Samudra Pasai nampak megah dengan instruktur yang apik. Monumen ini dibangun di lahas seluas 7,7 hektar di Gampong Beuringen, Kecamatan Samudera, Aceh Utara. Berjarak 300 meter dari kompleks makam Sultan Malikussaleh, pendiri Kerajaan Islam Samudra Pasai.
Monumen Samudra Pasai dibangun pada tahun 2012 dengan dana Tugas Pembantuan dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, melalui Direktorat Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman, Direktorat Jenderal Kebudayaan.
©2021 Merdeka.com/Laode Muhammad IqbalBangunan monumen ini dirancang berlantai 3. Lantai pertama akan difungsikan sebagai ruang pameran, bidang kebudayaan, bidang pariwisata, mushalla, ruang latihan tari dan musik, ruang serbaguna, gudang, sekretariat pengelola, sekretariat pemandu wisata, dan sekretariat penelitian.
Lantai II akan difungsikan sebagai cafe, resto dan galeri souvenir, serta diorama akan dibuat di lantai III.Yang menjadi daya tarik Monumen Samudra Pasai ialah menara setinggi 71 meter.
Punya desain yang unik, Monumen Samudra Pasai mulai ramai dikunjungi sejak tahun 2019. Meski belum sepenuhnya rampung, pengunjung asyik berselfie menyusuri monumen. Membawa nuansa ala kerajaan, monumen ini juga sering dijadikan lokasi prewedding.
©2021 Merdeka.com/Laode Muhammad IqbalKendati demikian, Monumen Samudra Pasai kini sudah tidak beroperasi lagi. Sejak Agustus 2021 lalu, Monumen Kerajaan Islam pertama di Tanah Air ini ditutup.
Menurut Kepala Kejaksaan Negeri (Kajari) Aceh Utara, Diah Ayu Hartati monumen ini tidak cukup kokoh. kondisi konstruksi bangunan monumen itu bermasalah dan terdapat kerusakan seperti dinding dan lantai retak hingga menara monumen yang bergeser atau mengalami kemiringan.
Bangunan tersebut tidak memiliki fondasi yang kuat untuk menopang menara tersebut.Dikhawatirkan nantinya justru membahayakan pengunjung. Kerusakan monumen diduga akibat korupsi dalam proses pembangunan monumen yang rugi mencapai Rp 20 miliar.
©2021 Merdeka.com/Laode Muhammad IqbalKerajaan Samudra Pasai adalah kerajaan Islam pertama yang ada di Indonesia. Raja pertamanya adalah Sultan Malik Al-Saleh. Kerajaan Samudra Pasai memiliki pengaruh besar dalam penyebaran agama Islam di Indonesia. Pada masa jayanya, Kerajaan Samudera Pasai menjadi pusat perniagan. Banyak saudagar-saudagar dari berbagai negeri datang, seperti dari India, Siam, Arab, dan China.
Bukti-bukti keberadaan kerajaan Samudra Pasai diperkuat adanya Berita Marco Polo, Ibnu Batutah dan ditemukannya batu nisan Sultan Malik As Saleh yaitu raja pertama Samudra Pasai. Berita tentang Sultan Malik as-Saleh diterangkan pada batu nisan yang terbuat dari batu pualam putih bertuliskan huruf Arab. Namun sayang, kini para pengunjung hanya bisa menatap Monumen Samudra Pasai dari kejauhan. (mdk/Tys)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Sultan pertama Samudera Pasai ini konon menjadi raja pertama yang bisa membaca Al-Qur'an pada abad ke-13.
Baca SelengkapnyaDalam perjalanannya yang terkenal, Ibnu Battutah sempat mampir ke Samudera Pasai dan menyaksikan bagaimana kemajuan di kerajaan tersebut.
Baca SelengkapnyaSitus kuno ini ditemukan para pemancing yang sedang menyelam di malam hari di Sungai Musi, Sumatera Selatan.
Baca SelengkapnyaMasjid ini berdiri pada 1618 di atas tanah seluas 33.875 meter persegi pada puncak kejayaan Sultan Iskandar Muda.
Baca SelengkapnyaSaat ini masjid tersebut hanya tersisa ruang mahrab, pondasi, dan menara yang sudah tidak utuh.
Baca SelengkapnyaBangunan yang hampir seluruh bagiannya menggunakan kayu itu menjadi bagian dari sejarah masuknya Islam di Sumbar yang berlangsung sejak ratusan tahun.
Baca SelengkapnyaKonon, Situ Lengkong Panjalu tercipta dari tetesan air zam-zam yang dibawa dari Makkah oleh anak dari raja Hindu yang berkuasa.
Baca SelengkapnyaMuseum Sadurengas terletak di Kecamatan Pasir Belengkong, Kabupaten Paser, yang merupakan bekas rumah kediaman salah seorang Sultan Pasir.
Baca SelengkapnyaSisi modern Banten terbentuk dari kota kuno Banten Girang
Baca SelengkapnyaMasjid tersebut kabarnya tak pernah menjadi sasaran penghancuran, atau penyerangan dari pasukan militer Belanda maupun pendudukan Jepang.
Baca SelengkapnyaCirebon dulunya hanya sebuah musala kecil. Bagaimana kisahnya?
Baca SelengkapnyaPeninggalan masa Kerajaan Sriwijaya berupa kawasan permukiman sekaligus barang-barang yang digunakan manusia pada saat itu.
Baca Selengkapnya