Merajut Asa Bermandi Lumpur Demi Segelintir Intan di Kalimantan
Merdeka.com - Mengenal Pulau Kalimantan memang selalu dekat dengan kekayaan alamnya yang melimpah. Lebat dan tebalnya hutan di Kalimantan sempat menjadikan pulau ini dijuluki sebagai paru-paru dunia kedua. Kalimantan tak pernah berhenti menyuguhkan sumber dayanya. Perut buminya mengandung banyak material berharga. Salah satunya intan, yang banyak dihasilkan di Martapura, Kalimantan Selatan. Semuanya dikeruk habis-habisan demi bisnis dan perindustrian.
Di balik melimpahnya barang berharga, merekalah para penambang intan yang mati-matian mencarinya. Menambang intan bak mencari jarum di dalam tumpukan jerami, tanpa kepastian yang jelas kapan akan menemukannya. Lumpur adalah teman setia mereka sehari-hari. Dari ratusan meter kubik lumpur yang digali, hanya menghasilkan beberapa biji intan.
Selama ratusan tahun, intan terbentuk menjadi batuan mineral dalam bentuk kristal. Keindahan dan sulitnya mencari intan membuat batu mulia ini istimewa.
-
Kapan penambangan intan di Geopark Meratus dimulai? Proses penambangan di kawasan ini telah dilakukan sejak tahun 600 Masehi sampai saat ini, di mana pada 26 Agustus 1975 ditemukan intan dengan berat mencapai 166,7 karat dan diberi nama Intan Trisakti oleh Presiden RI pertama, Ir. Soekarno.
-
Apa yang terjadi pada para penambang emas? Delapan orang penambang dilaporkan terjebak di dalam lubang tambang emas rakyat di Desa Pancurendang, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah.
-
Apa yang dilakukan Neng Intan di Sukabumi? Di sana, dirinya sehari-hari membantu aktivitas sang nenek seperti menyapu, dan kegiatan lainnya. “Masih tidak menyangka ketemu neng Intan di sini,“ kata kreator. “Iya, sekarang mah di sini lah, sama si nenek, suka ngasih makan ayam juga,“ terang Intan
-
Siapa yang menemukan batu berukir itu? Seorang guru geografi asal Inggris, Graham Senior menemukan artefak kuno saat berkebun di rumahnya.
-
Siapa yang memulai penambangan timah di Belitung? Belanda telah merintis penambangan timah di Belitung pada 1851 dan mendapat konsesi setahun setelahnya.
-
Bagaimana Mutiara menunjukan kecantikan alaminya? Mutiara Baswedan, satu-satunya putri dan anak sulung Anies Baswedan, menarik perhatian dengan kecantikan alaminya.
©2021 Merdeka.com/Syarif
Di kubangan lumpur inilah para penambang tradisional menghabiskan waktu seharian menambang. Bermodalkan wajan berukuran 50 cm mereka memilih dan memilah butiran pasir. Mata mereka harus jeli memperhatikan intan di antara pasir dan lumpur.
Wajan tersebut mereka goyangkan dengan air untuk mengikis permukaan pasir dan lumpur secara perlahan. Teknik ini juga disebut dengan mendulang, mirip mendulang emas secara tradisional. Lapisan demi lapisan, terbuka memperhatikan apakan ada batu mulia yang mereka harapkan.
Namun tidak serta merta satu wajan mengandung satu intan. Bahkan, dalam sehari menambang mereka hanya mendapatkan segelintir intan, sialnya mereka tak dapat apa-apa.
©2021 Merdeka.com/Syarif
Teriknya mentari tak jadi penghalang mereka menambang. Panasnya mampu diredam oleh air lumpur yang mendinginkan. Sembari melanjutkan mendulang intan di lapisan pasir dan lumpur terakhir.
Selain intan, terkadang mereka juga mendapatkan pasir emas dan batu akik. Sama halnya dengan intan, menemukannya juga butuh kesabaran dan banyak perjuangan.
Tak hanya intannya yang berkilauan, di Kalimantan selatan penuh dengan pertambangan. Hasilnya melimpah mulai dari batu bara, minyak bumi, emas, bijih besi, kromit, marmer, batu gamping, phospat, kuarsa, hingga kaolin.
©2021 Merdeka.com/Syarif
Menara kayu sederhana inilah yang akan mengangkat material galian dan memecah bulir bulir pasir dan tanah. Dibantu dengan pompa air yang juga milik kelompok penambang. Tampak antre para pendulang mendapatkan lumur dari menara. Biasanya, mereka akan menggali tanah mencapai kedalaman 10 hingga 25 meter. Kedalaman itulah diyakini tempat di mana intan berada.
Ada banyak titik pertambangan intan di Kalimantan Selatan, di antaranya Banjarbaru, Balangan, dan yang terbesar di Indonesia ialah Martapura. Para penambang tradisional biasanya bekerja secara kelompok. Anggotanya mencapai 8 hingga 10 orang. Tekniknya sederhana juga menggunakan peralatan seadanya.
©2021 Merdeka.com/Syarif
Tanah pertambangan ini biasanya didapatkan dengan cara dibeli atau disewa selama beberapa tahun. Bak berinvestasi, kehidupan mereka gantungkan dari tambang intan tradisional ini. Ada puluhan kelompok penambang intan yang menjalankan usahanya dengan sistem ini. Sebagian memperoleh keuntungan, sebagian lagi merugi.
Intan yang telah didapatkan selanjutnya akan dibawa ke kota Martapura. Di jantung kota ini, nilai jual intan meningkat tinggi. Intan akan digosok dan diukir hingga memiliki banyak sudut di permukaanya, bentuknya mirip berlian. Semakin banyak sudut, semakin tinggi harga intan.
Jika beruntung, segelintir intan dari para penambang mampu dijual hingga puluhan juta rupuah. Tergantung kondisi dan kualitas berikut kandungan karat di dalamnya. Hasil produk perhiasan intan juga beragam, mulai dari cincin, gelang, kalung, bros dan anting. (mdk/Ibr)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Kota ini bahkan menjadi kota paling miskin di negaranya.
Baca SelengkapnyaPotret kehidupan nelayan di tengah laut saat mencari ikan. Terombang-ambing saat hujan badai.
Baca Selengkapnya"Sumur-sumur sudah mengering, sehingga warga hanya bisa mendapatkan air dari dasar sungai,” Sunardi.
Baca SelengkapnyaHaji Isam memesan satu unit Business Max Jet 7 Boeing saat menghadiri pameran dirgantara Farnborough International Airshow 2018 di Farnborough, Inggris.
Baca SelengkapnyaMengenal Pewter, kerajinan tradisional dari bahan timah khas masyarakat Pulau Bangka
Baca SelengkapnyaSebuah video memperlihatkan beberapa pria yang rela bekerja di bawah tanah membuat pawon demi memenuhi kebutuhan hidup keluarganya.
Baca SelengkapnyaPemuda di Desa BRILian Janti pilih bekerja di kampungnya daripada merantau.
Baca SelengkapnyaKeberadaan Orang Rantai ini menjadi bukti perbudakan pekerja tambang yang ada di Sawahlunto.
Baca Selengkapnya