30 persen dari lulusan TI idealnya fokus keamanan siber
Merdeka.com - Jika menilik data dari Indonesia Security Incident Response Team on Internet Infrastructure (ID-SIRTII) pada awal tahun hingga Juni 2016 lalu, jumlah serangan siber sekitar 89 juta. Jumlahnya terus bertambah dibandingkan dengan tahun 2014 sebesar 48,4 juta serangan. Jenis serangannya pun juga akan kian bertambah.
Namun mirisnya, negeri ini masih banyak kekurangan sumber daya manusia (SDM) berkualitas di bidang keamanan siber. Padahal, bidang ini bakal menjadi fundamental manakala semua aktivitas penting sudah terdigitalisasi. Serangan-serangan siber pun tak pelak akan bertambah bringas ke depannya.
"Saya melihatnya dari segi industri. Kami sendiri sering membantu soal keamanan siber. Dari situ, kami melihat bahwa kekurangan SDM ini banyak sekali dan ini timpang," kata Chairman National Born to Control, Eva Noor kepada awak media saat acara peluncuran progam pencarian bakat untuk keamanan siber di kantor Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo), Jakarta, Senin (30/1) kemarin.
-
Kapan serangan siber meningkat? Laporan dari Pusat Keamanan Siber Kanada ungkapkan bahwa serangan siber yang menargetkan pemilihan umum (pemilu) telah meningkat di seluruh dunia. Dilansir dari Jurist, Senin (11/12), laporan tersebut menyatakan bahwa proporsi pemilu yang menjadi sasaran serangan siber ini telah meningkat, dari 10 persen pada tahun 2015 menjadi 26 persen pada tahun 2022.
-
Dimana serangan siber diprediksi meningkat? Dalam beberapa tahun terakhir, serangan terhadap infrastruktur kritis telah meningkat, dengan penjahat siber yang menargetkan jaringan energi, infrastruktur kesehatan, dan bahkan sistem pemilihan umum.
-
Apa saja serangan siber yang paling sering terjadi? Laporan tersebut menyoroti tiga perubahan signifikan dalam karakteristik ancaman dan serangan siber yang terjadi di berbagai negara. Mulai dari yang berkaitan dengan ransomware, fraud, hingga identity and social engineering.
-
Dimana negara yang paling banyak kena kejahatan siber? Dengan 791.790 bisnis yang terkena dampak penipuan online, AS adalah salah satu negara yang paling banyak mengalami kejahatan dunia maya.
-
Siapa yang menjadi target kejahatan siber? Tidak hanya perorangan yang menjadi target, namun perusahaan besar, pemerintah, hingga institusi finansial juga rentan terhadap serangan ini.
-
Kenapa kejahatan siber di Indonesia sangat berbahaya? Kejahatan siber dengan berbagai bentuk dan tingkat kompleksitasnya, menjadi ancaman serius bagi individu, perusahaan, dan bahkan negara secara keseluruhan.
Pernyataan Eva soal adanya ketimpangan ini cukup beralasan. Pasalnya, data dari Asosiasi Pendidikan Tinggi Ilmu Komputer Indonesia (APTIKOM), ada sekitar 400 ribu lulusan baru di bidang teknologi informasi (TI). Namun, dari jumlah lulusan itu kurang tertarik pada bidang keamanan informasi.
"Kami pun sudah berbicara dengan APTIKOM. Kalau kata APTIKOM tadi kan lulusan TI itu sekitar 400 ribuan. Nah, dari 400 ribu itu, kemana aja nih. Apa tidak sebagian lulusan masuk ke sistem information security?" jelasnya.
Menurutnya yang menjadi letak persoalan saat ini adalah edukasi. Boleh jadi, pemahaman mahasiswa tentang betapa penting keberadaan SDM di sistem keamanan siber masih minim. Gampangnya soal jenjang karir. Kebanyakan dari SDM yang ditanya, belum mengetahui jenjang karir ke depannya.
"Padahal ahli keamanan siber mampu menduduki jajaran direksi sebagai Chief Information Officer (CIO) di sebuah perusahaan. Edukasi yang seperti ini perlu juga," terang dia.
Eva pun berharap, ke depan negeri ini juga mampu mencetak banyak ahli-ahli di bidang keamanan siber. Minimal 30 persen dari lulusan TI saat ini bisa tertarik dengan keamanan siber.
"Idealnya 30 persen dari 400 ribu itu untuk keamanan siber," ujarnya.
(mdk/idc)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Indonesia mengalami 2.200 serangan siber per satu menit.
Baca SelengkapnyaMenkominfo mengakui hacker global berhasrat menyerang Indonesia.
Baca SelengkapnyaIndonesia dilanda serangan siber dalam beberapa tahun terakhir. Yang paling membuat geger adalah diserangnya Pusat Data Nasional.
Baca SelengkapnyaSebanyak 4.785.898 deteksi ancaman daring berhasil diblokir selama periode April hingga Juni tahun ini.
Baca SelengkapnyaProgram dirancang dengan berbasis online course bersama beberapa modul.
Baca SelengkapnyaNilainya sekitar USD8 triliun atau setara Rp123.846 triliun (kurs dolar AS: Rp15.480).
Baca SelengkapnyaMenurut Sigit, Polri perlu mempersiapkan seluruh jajaran untuk memperkuat pengamanan siber.
Baca SelengkapnyaPemerintah terus melakukan kerja sama dengan berbagai paltform teknologi asing
Baca SelengkapnyaBSSN mencatat, dari 160 juta anomali malware, sebanyak 966.533 terindikasi ransomware menyerang sektor keuangan.
Baca SelengkapnyaTak ada yang kebal terhadap kebocoran, karena mengetahui kekuatan informasi sebuah negara adalah sesuatu yang penting di era sekarang.
Baca SelengkapnyaMaraknya aksi peretasan dipicu belum maksimalnya penerapan hukum khususnya UU ITE.
Baca SelengkapnyaHampir sepertiga insiden serangan siber didominasi oleh ransomware.
Baca Selengkapnya