Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Bos Google Diduga Singgung Apple Soal Privasi

Bos Google Diduga Singgung Apple Soal Privasi sundar pichai. ©variety

Merdeka.com - CEO Google, Sundar Pichai, dalam sebuah kolom yang diterbitkan di The New York Times, menilai menjual privasi sebagai barang mewah bukanlah pendekatan yang benar dari perspektif pelanggan.

Ia pun menegaskan, Google menganut filosofi yang berbeda soal privasi, tidak seperti sejumlah kompetitornya yang menerapkan hal tersebut.

Dikutip dari Softpedia via Liputan6.com, Senin (13/5), Pichai dalam tulisan itu disebut menyinggung Apple sebagai kompetitor yang dimaksudnya, meski tak ada nama Apple tertulis. Namun, banyak pihak meyakini kompetitor yang dimaksud adalah Apple.

Jajaran produk Apple, terutama iPhone, telah lama dipasarkan sebagai perangkat yang menawarkan privasi tanpa kompromi. Produk Apple sendiri dikenal sebagai barang mewah karena harga jual yang mahal.

Pichai mengatakan, privasi merupakan hak yang dimiliki setiap orang, terlepas dari berapa banyak mereka haarus membayar untuk suatu produk.

"Kami tetap fokus pada berbagai produk dan fitur yang membuat privasi sebagai kenyataan, yaitu semua orang. 'Semua orang' adalah filosofi inti bagi Google, ini dibangun di dalam misi kami untuk menciptakan berbagai produk yang dapat diakses secara universal dan berguna," jelas Pichai.

"Kami memutuskan untuk mengambil pendekatan privasi yang sama. Itu artinya privasi tidak bisa menjadi barang mewah yang ditawarkan hanya kepada orang-orang yang mampu membeli produk dan layanan premium. Privasi harus sama-sama tersedia untuk semua orang di dunia," lanjutnya.

Pichai pun dalam tulisanya menegaskan, Google tidak akan pernah menjual informasi pribadi apa pun kepada pihak ketiga. Menurutnya, pengguna selalu memegang kendali penuh atas data mereka, dan berbagai tool baru Google yang diperkenalkan baru-baru ini sebagai bukti nyata atas klaimnya tersebut.

Selain itu, ia juga menyerukan dibutuhkan lebih banyak regulasi dalam konteks perlindungan data di Amerika Serikat (AS). GDPR di Eropa dinilai sebagai undang-undang yang bisa menjadi rujukan AS.

Google, kata Pichai, menilai AS akan mendapatkan manfaat dari mengadopsi undang-undang privasi komprehensif sendiri.

"Idealnya, undang-undang privasi mengharuskan semua bisnis untuk menerima tanggungjawab atas dampak pemrosesan data mereka dengan cara menciptakan perlindungan yang konsisten, serta universal bagi individu dan masyarakat secara keseluruhan," ungkapnya.

Sumber: Liputan6.com

Reporter: Andina Librianty (mdk/faz)

Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Apple Minta Tolong ke Penggunanya Hapus Google Chrome
Apple Minta Tolong ke Penggunanya Hapus Google Chrome

Ada alasan mengapa Apple menyarankan penggunanya hapus Google Chrome.

Baca Selengkapnya
Mantan Bos Kritik Keras Sampai Kapanpun Google Sulit Menang Lawan OpenAI, Ini Alasannya
Mantan Bos Kritik Keras Sampai Kapanpun Google Sulit Menang Lawan OpenAI, Ini Alasannya

Eric Schmidt, mantan CEO Google, menyatakan bekas perusahaan yang ia pimpin tidak serius dalam menghadapi persaingan AI.

Baca Selengkapnya
Ramai Persaingan AI, Pendiri Google Sergey Brin Sampai Turun Gunung
Ramai Persaingan AI, Pendiri Google Sergey Brin Sampai Turun Gunung

Salah satu pendiri Google ini sampai turun tangan agar perusahaannya tak ketinggalan soal AI.

Baca Selengkapnya
'Mbah' Google Mulai Tak Laku, 40 Persen GenZ Pilih Platform Ini untuk Pencarian
'Mbah' Google Mulai Tak Laku, 40 Persen GenZ Pilih Platform Ini untuk Pencarian

Google menjadi pilihan masyarakat untuk melakukan pencarian. Tetapi, peminat Google belakangan ini mengalami tanda-tanda penurunan.

Baca Selengkapnya
Google Berencana PHK Karyawan Lagi
Google Berencana PHK Karyawan Lagi

Google terus melakukan efisiensi karyuawan karena ingin mengubah arah perusahaan.

Baca Selengkapnya
Proyek Nimbus & Perlawanan Karyawan Google Tak Sudi Teknologinya Dipakai Israel buat Bantai Warga Palestina
Proyek Nimbus & Perlawanan Karyawan Google Tak Sudi Teknologinya Dipakai Israel buat Bantai Warga Palestina

Mengapa karyawan Google menentang kontrak senilai USD 1,2 miliar antara Google dengan pemerintah Israel?

Baca Selengkapnya
Diam-diam HP Bisa Nguping dan Munculkan Iklan Hasil Percakapan di Telepon? Begini faktanya
Diam-diam HP Bisa Nguping dan Munculkan Iklan Hasil Percakapan di Telepon? Begini faktanya

Ini penjelasan dari pakar siber security mengenai kecurigaan orang-orang terkait hal itu.

Baca Selengkapnya
Tim Cook Akui Apple Tak Sanggup Lawan ChatGPT dan Gemini
Tim Cook Akui Apple Tak Sanggup Lawan ChatGPT dan Gemini

CEO Tim Cook optimis bahwa walau Apple bukan yang pertama, mereka fokus menjadi yang terbaik.

Baca Selengkapnya
China Mengaku Belum Keluarkan Aturan Resmi Melarang Warganya Pakai iPhone
China Mengaku Belum Keluarkan Aturan Resmi Melarang Warganya Pakai iPhone

Sebelumnya China telah melarang para pejabatnya menggunakan iPhone. Alasannya keamanan siber.

Baca Selengkapnya
Survei: AI Bukan Jadi Pertimbangan Orang Ganti HP, Bahkan tak Peduli
Survei: AI Bukan Jadi Pertimbangan Orang Ganti HP, Bahkan tak Peduli

Justru bukan membuat orang semakin tertarik, pembaruan AI ini malah membuat para penggunanya tidak peduli.

Baca Selengkapnya
Jadi Aplikasi Populer, CEO TikTok Justru Larang Anaknya Bermain TikTok
Jadi Aplikasi Populer, CEO TikTok Justru Larang Anaknya Bermain TikTok

CEO TikTok, Shou Zi Chew tidak mengizinkan anak-anaknya untuk bermain TikTok, dalam sebuah wawancara publik.

Baca Selengkapnya
WFH Bukan Penyebab Google Kalah dari OpenAI, tapi Birokrasi yang Lamban seperti Pemerintahan
WFH Bukan Penyebab Google Kalah dari OpenAI, tapi Birokrasi yang Lamban seperti Pemerintahan

Mantan pegawai Google menyatakan bahwa kekalahan Google dalam persaingan AI bukan disebabkan oleh kebijakan WFH, melainkan oleh birokrasi hambat inovasi.

Baca Selengkapnya