Kata bos Kudo soal SDM startup di Indonesia
Merdeka.com - Silicon Valley, Amerika Serikat selalu jadi acuan negara di seluruh dunia untuk mengembangkan startup, termasuk di Indonesia. Apapun itu yang ada di sana selalu ditiru, misal kantornya, gedungnya, dan bahkan soal pendanaannya. Namun dari semuanya itu, ada yang belum bisa ditiru, yaitu mindset dari sumber daya manusianya itu sendiri.
Hal itu diutarakan oleh Chief Technology Officer (CTO), Kudo, Sukan Makmuri. Menurutnya, persoalan itu bukan hanya terjadi di Indonesia namun di seluruh dunia yang ingin mengembangkan startup.
"Ini yang sering ditanyakan oleh negara lain di seluruh dunia, bukan hanya di Indonesia saja. Dan selalu jawabannya, kalau gitu kita copy modelnya Silicon Valley baik itu kantornya, gedungnya, dan bahkan fundingnya. So, it’s a good start. Tapi, ada yang belum bisa dicopy yakni mindset-nya," ujarnya saat ditemui di gelaran Tech in Asia Jakarta 2016, Balai Kartini, Jakarta, Rabu (16/11).
-
Bagaimana cara startup di Indonesia bertahan? Banyak perusahaan yang melakukan penghematan biaya untuk bertahan di tengah ketidakpastian ekonomi global.
-
Apa yang dialami startup di Indonesia? Laporan terbaru yang dikeluarkan oleh Glints dan Monk's Hill Ventures (MHV) mengenai performa perusahaan startup di Asia Tenggara (ASEAN) pada tahun 2024 menunjukkan adanya penurunan gaji bagi karyawan startup, khususnya di Indonesia.
-
Apa yang Menko Airlangga sampaikan tentang start-up Indonesia? Pada simposium tersebut Menko Airlangga menyampaikan bahwa jumlah start-up di Indonesia merupakan ketiga terbesar di Asia.
-
Mengapa Indonesia kekurangan talenta digital? Sayangnya, di saat adopsi teknologi itu makin gencar dilakukan di negara-negara lain, Indonesia justru masih banyak kekurangan talenta.
-
Apa kunci utama bisnis? Produk dan layanan adalah kunci utama dalam bisnis yang kita jalani.
-
Apa keterampilan yang dianggap penting oleh perusahaan di Indonesia? Menariknya adalah sebanyak 69 persen pemimpin perusahaan di Indonesia menyatakan bahwa mereka tidak akan merekrut seseorang tanpa keterampilan AI.
Ada dua mindset yang dimaksudkan oleh Sukan. Pertama adalah soal pendidikan. Ini bukan berarti pendidikan di Indonesia tidak baik. Hanya saja, cara penyampaian soal pendidikan di Silicon Valley tentu saja berbeda dan ini terjadi bukan saja di Indonesia.
"Pertama pendidikan, ini di sana caranya lain. Bukan berarti di Indonesia tidak baik ya. Di sana terutama daerah Silicon Valley, bukan cuma menghafal tapi disuruh berpikir juga. Saya contohkan, saat pertama kali saya sekolah di sana. Saat itu saya tidak tahu maksud dari apa yang tidak ketahui oleh saya terkait perkuliahan, kemudian saya pun menanyakan hal itu kepada pihak kampus. Bukannya saya dikasih tahu, malah saya ditanya balik. Hal itu salah bentuk agar kita itu disuruh berpikir," terang orang yang pernah lama tinggal dan berkecimpung di dunia startup di Silicon Valley.
Kemudian yang kedua adalah para pekerja startup di sana mempunyai equity atau kepemilikan saham sehingga akan timbul komitmen bersama untuk memajukan perusahaan. Di Silicon Valley, hal itu sudah menjadi sesuatu yang wajar.
"Di sana, level sekretaris saja punya equity. Jadi dengan itu ingin perusahaannya juga berhasil. Kalau di sini kan kebanyakan C level yang dapat. Di Indonesia juga susahnya, tidak ada hero yang berasal dari orang awam dan dapat equity kemudian berhasil," ungkap dia.
"Di Silicon Valley itu banyak. Begitu perusahaannya go public mereka bisa beli mobil dan rumah. Jadi dengan cara ini mereka juga akan bekerja keras. Kebanyakan kan di kita yang penting pendapatan cash gak ingin yang seperti itu-itu juga," tambahnya.
(mdk/idc)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Indonesia berada di peringkat keenam global dengan sekitar 2.600 start-up yang tersebar di berbagai sektor, termasuk teknologi, kesehatan, dan pendidikan.
Baca SelengkapnyaGuyonan Menkominfo baru Budi Arie Setiadi soal digitalisasi di Indonesia.
Baca SelengkapnyaBerdasarkan data Startup Ranking, jumlah perusahaan rintisan di dunia per 10 Mei 2023 mencapai 144.688.
Baca SelengkapnyaInilah yang membuat China berhasil di atas negara-negara yang sudah maju dalam 20 tahun terakhir.
Baca SelengkapnyaLewat bidang pendidikan dan kesehatan, Indonesia bisa keluar dari jebakan negara pendapatan menengah.
Baca SelengkapnyaPerkembangan zaman menuntut perusahaan harus cepat beradaptasi, termasuk para karyawannya.
Baca SelengkapnyaIndonesia tercatat masuk dalam jajaran negara yang memiliki jumlah startup terbanyak di dunia.Data Startup Ranking per 14 Juni 2023, terdapat 2.482 startup.
Baca SelengkapnyaPemerintah terus melakukan kerja sama dengan berbagai paltform teknologi asing
Baca SelengkapnyaMeski begitu, banyak startup yang mampu bertahan karena memiliki produk yang dibutuhkan masyarakat.
Baca Selengkapnya"Karena kita mampu, kita bisa, sangat bisa,” kata Anies.
Baca SelengkapnyaSementara itu, Direktur Utama Sucofindo menekankan pentingnya berpikir ke depan dan menyatukan langkah.
Baca Selengkapnya