Rp 560 T Bakal Dikeluarkan China Perkuat Keamanan Siber
Merdeka.com - Kementerian Perindustrian dan Teknologi Informasi China mengklaim telah mengeluarkan 'rancangan rencana aksi tiga tahun' untuk mengembangkan industri keamanan siber.
Reuters, Selasa (13/7), melaporkan, sektor ini kemungkinan bernilai lebih dari 250 miliar yuan (USD38,6 miliar) atau sekitar Rp 560 triliun pada tahun 2023.
Draf tersebut muncul ketika otoritas China meningkatkan upaya untuk merancang peraturan dalam mengatur penyimpanan data, transfer data, dan privasi data pribadi dengan lebih baik.
-
Kapan hacker China menyerang? Menurut laporan, hacker asal China sedang melancarkan serangan terhadap jaringan telekomunikasi di Amerika Serikat, dengan fokus pada ponsel calon presiden dari Partai Republik, Donald Trump, serta Senator JD Vance.
-
Apa tujuan serangan siber menurut China? Kementerian Keamanan Nasional China menuduh kelompok hacker yang diduga didukung oleh militer Taiwan, yaitu Anonymous 64, melakukan serangan siber dengan tujuan sabotase antipropaganda terhadap sejumlah target di China.
-
Bagaimana hacker China menyerang? Dalam pernyataan bersama, FBI dan Badan Keamanan Siber dan Infrastruktur (Cybersecurity and Infrastructure Security Agency/CISA) mengungkapkan bahwa mereka tengah menyelidiki akses ilegal ke infrastruktur telekomunikasi komersial yang dilakukan oleh pelaku yang berhubungan dengan Republik Rakyat China (hacker China).
-
Apa yang menjadi fokus utama China dalam keamanan siber? China Meskipun peringkat China lebih rendah dibandingkan Amerika Serikat secara keseluruhan, China lebih unggul dalam hal perdagangan dan keamanan. Mereka telah mencoba segalanya untuk meningkatkan status ekonominya, termasuk spionase industri.
-
Siapa yang dituduh sebagai hacker oleh China? Kementerian Keamanan Nasional China menuduh kelompok hacker yang diduga didukung oleh militer Taiwan, yaitu Anonymous 64, melakukan serangan siber dengan tujuan sabotase antipropaganda terhadap sejumlah target di China.
-
Kenapa China ingin memperkuat teknologi? Perkembangan teknologi diperlukan China untuk memperkuat ekonomi, terutama pada pondasi yang kuat di sektor ekonomi digital.
Sepanjang akhir pekan kemarin, Administrasi Cyberspace China mengusulkan rancangan aturan yang menyerukan semua perusahaan teknologi dengan lebih dari 1 juta pengguna untuk menjalani tinjauan keamanan sebelum mendaftarkan diri ke luar negeri.
Berawal dari Penyelidikan Didi Chuxing
Peraturan itu mencuat setelah penyelidikan dari raksasa ride-hailing lokal Didi Chuxing yang diduga melanggar undang-undang privasi data.
Administrasi Cyberspace China bahkan telah memerintahkan semua toko aplikasi smartphone untuk berhenti menawarkan aplikasi Didi Chuxing setelah ditemukan mengumpulkan data pribadi pengguna secara ilegal.
Sumber: Liputan6.com
Reporter: Iskandar (mdk/faz)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Indonesia mengalami 2.200 serangan siber per satu menit.
Baca SelengkapnyaNilainya sekitar USD8 triliun atau setara Rp123.846 triliun (kurs dolar AS: Rp15.480).
Baca SelengkapnyaPermohonan penambahan anggaran ini disampaikan Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Budi Arie Setiadi saat rapat bersama DPR RI.
Baca SelengkapnyaBadan otoritas sudah sangat diwajibkan memperkuat sistem digital, dengan memanfaatkan next generation tools semacam AI.
Baca SelengkapnyaBudi Arie akhirnya menjawab desakan agar mundur dari kursi Menkominfo.
Baca SelengkapnyaPelanggaran data dan ransomware merajalela, AI jadi senjata baru. Bagaimana Indonesia?
Baca SelengkapnyaUpaya-upaya menumbuhkan pengembangan ekonomi digital perlu kerja bersama.
Baca SelengkapnyaKemendag memproyeksikan transaksi e-commerce tahun 2023 menjadi Rp533 triliun.
Baca SelengkapnyaTak hanya pemerintah, parlemen Hong Kong pun membentuk subkomite khusus untuk mendorong pengembangan teknologi Web3 dan aset virtual di wilayah itu.
Baca SelengkapnyaChina biasanya melakukan uji coba tanpa pemberitahuan.
Baca SelengkapnyaProgram dirancang dengan berbasis online course bersama beberapa modul.
Baca SelengkapnyaPersaingan teknologi antar kedua negara makin sengit.
Baca Selengkapnya