Usai Divaksin Covid 19, Kapan Kekebalan Tubuh Muncul & Berapa Lama?
Merdeka.com - Vaksin Covid-19 terbilang masih baru karena dikembangkan dalam beberapa bulan terakhir ini. Pihak Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan, terlalu dini untuk mengetahui durasi perlindungan vaksin Covid-19. Penelitian masih terus berlangsung untuk menjawab pertanyaan ini.
Namun, sangat menggembirakan bahwa data yang tersedia menunjukkan bahwa kebanyakan orang yang pulih dari Covid-19, mengembangkan respons kekebalan. Hal ini memberikan setidaknya beberapa periode perlindungan terhadap infeksi ulang. Meskipun masih dipelajari seberapa kuat perlindungan vaksin ini dan berapa lama bertahan.
Proses pengembangan vaksin Covid dilacak dengan cepat sambil mempertahankan standar tertinggi. Memastikan keamanan dan kualitas vaksin adalah salah satu prioritas tertinggi WHO. Sejak kemunculan virus SARS-CoV-2 ini, WHO bekerja erat dengan otoritas nasional untuk memastikan bahwa norma dan standar global dikembangkan. Serta diterapkan untuk menilai kualitas keamanan dan kemanjuran vaksin.
-
Kapan Bio Farma mulai meneliti vaksin? Pada 1902 lembaga tersebut mulai meneliti berbagai vaksin yang diperuntukkan bagi kesehatan masyarakat.
-
Siapa yang terlibat dalam penelitian Covid-19 ini? Tim peneliti yang dipimpin oleh Wellcome Sanger Institute dan University College London di Inggris menemukan respons kekebalan baru yang memberikan pertahanan garis depan yang kuat.
-
Bagaimana cara meningkatkan ketahanan kesehatan melalui vaksin? Menkes Budi juga menambahkan, untuk mendukung ketahanan kesehatan, diperlukan penelitian yang berkelanjutan dan mengikuti perkembangan teknologi. Pemerintah melalui berbagai program terus mendorong pengembangan vaksin berbasis teknologi terkini.
-
Kenapa vaksin dalam negeri penting? Hal ini disampaikannya saat meresmikan fasilitas produksi vaksin PT Biotis Pharmaceuticals Indonesia di Kabupaten Bogor, pada Rabu (11/9). Menkes Budi menekankan bahwa pengalaman sukses dalam mengembangkan Vaksin Merah Putih menunjukkan betapa krusialnya memiliki berbagai jenis vaksin untuk memastikan keamanan kesehatan masyarakat.
-
Kapan waktu terbaik untuk melakukan imunisasi susulan? Dokter akan menilai waktu yang paling tepat untuk memberikan vaksin selanjutnya tanpa mengurangi efektivitasnya.
-
Kapan waktu terbaik untuk vaksin HPV? Vaksin HPV idealnya diberikan kepada anak usia 9–14 tahun yang belum aktif secara seksual. Vaksin ini juga dapat diberikan kepada remaja dan orang dewasa usia 15–26 tahun yang belum pernah atau belum mendapatkan vaksin HPV secara lengkap.
Meski sudah menerima vaksin Covid-19, WHO menegaskan untuk tetap mematuhi protokol kesehatan. Karena belum dapat dipastikan bertahan seberapa lama vaksin itu menjaga tubuh dari infeksi.
Untuk lebih jelasnya, berikut keterangan dari pihak Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Respons Kekebalan Muncul Usai Divaksin
Wakil Kepala Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) Komjen Pol Dharma Pongrekun mengunggah video soal vaksin Covid-19 di akun pribadi Instagram-nya. Ia mengajak untuk menyimak dengan seksama penjelasan dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) terkait vaksin Covid-19.
Dokter Katherine O'Brien menyebutkan bahwa vaksin Covid-19 saat ini sudah bisa menciptakan kekebalan tubuh sejak suntikan pertama.
Instagram @pongrekundharma88 dan WHO©2021 Merdeka.com
"Semua vaksin yang kita miliki saat ini adalah dengan dua dosis. Setelah dosis pertama, terdapat respons kekebalan yang muncul. Dalam waktu sekitar dua minggu setelah dosis pertama itu," ujar dokter perwakilan WHO yang disapa Kate itu.
Usai menerima vaksin pertama, seseorang harus menerima dosis kedua untuk memperkuat respons dari imunitas tubuh sebelumnya.
"Dan dosis kedualah yang memperkuat respons kekebalan itu dalam waktu yang singkat," jelasnya.
Ketahanan Vaksin Masih Proses Penelitian
Ada banyak perlindungan ketat yang diterapkan untuk membantu memastikan bahwa vaksin Covid-19 aman. Seperti semua vaksin, vaksin Covid-19 sedang melalui proses pengujian multi-tahap yang ketat, termasuk uji coba besar (fase III) yang melibatkan puluhan ribu orang.
Instagram @pongrekundharma88 dan WHO©2021 Merdeka.com
Hingga saat ini, belum dapat dipastikan kekebalan tubuh yang kuat dari vaksin Covid-19 itu bisa bertahan berapa lama. Masih dalam proses pengawasan dan uji klinis.
"Kita belum tahu berapa lama bertahannya kekebalan dari vaksin yang kita miliki saat ini. Kita terus mengikuti orang-orang yang sudah divaksinasi untuk mengetahui, apakah respons kekebalan ini bertahan lama. Dan berapa lama mereka terlindungi terhadap penyakit," ujar dokter Kate.
Usai Divaksin Kemungkinan Bisa Tertular dan Menular
Lantaran belum bisa dipastikan ketahanan dari vaksin Covid-19, WHO menegaskan pada masyarakat untuk tetap mematuhi protokol kesehatan. Belum diketahui secara jelas pula, apakah orang yang divaksin akan terlindungi dari infeksi. Termasuk melindungi orang di sekitarnya.
"Uji klinis menunjukkan bahwa vaksin-vaksin ini melindungi orang terhadap penyakit. Yang kita belum ketahui dari uji klinis adalah apakah vaksin juga melindungi terhadap infeksi virus SARS-CoV-2. Dan melindungi orang agar tidak menyebarkan infeksi kepada orang lain," ungkap Kate.
Instagram @pongrekundharma88 dan WHO©2021 Merdeka.com
Setelah uji klinis menunjukkan bahwa vaksin Covid-19 aman dan efektif, diperlukan serangkaian tinjauan independen. Tentang kemanjuran dan bukti keamanan, termasuk tinjauan peraturan dan persetujuan di negara tempat vaksin itu diproduksi. Karena belum jelas juga, apakah orang yang divaksin terlindung dari penyakit Covid-19 dengan tanpa gejala atau disebut OTG.
"Hal ini menjadi bagian yang sangat penting dalam memahami manfaat vaksin. Apakah vaksin hanya melindungi dari penyakit atau juga dari infeksi dan agar tidak menyebarkan infeksi kepada orang lain. Sekalipun tidak ada gejala yang dialami," paparnya.
Tetap Waspada Meski Sudah Divaksin
Jadi orang yang sudah divaksin tetap harus waspada. Uji klinis yang pasti menunjukkan bahwa kekebalan tubuh muncul usai dosis pertama dan diperkuat pada dosis kedua.
"Kita perlu terus menjalankan langkah kewaspadaan selama ini masih mempelajari manfaat yang dapat vaksin berikan. Apakah vaksin dapat melindungi terhadap infeksi dan agar tidak menyebarkan infeksi," jelas Kate lagi.
Guna menekan penyebaran, diperlukan kedisiplinan dari masyarakat dan negara itu sendiri.
"Di banyak negara, penyebaran infeksi tidak terkendali. Berapa lama kita perlu terus mengambil langkah kewaspadaan akan bergantung pada apa yang masyarakat dan negara dapat lakukan untuk menekan penyebaran virus. Dengan demikian vaksin dapat memberikan manfaat terbaik mencegah penyakit," ujarnya.
Masih Diuji Berdasar Usia dan Persediaan Vaksin Masih Sedikit
Instagram @pongrekundharma88 dan WHO©2021 Merdeka.com
Alasan memperketat kewaspadaan dengan protokol kesehatan, yang pertama karena saat ini masih pengujian vaksin untuk beberapa kelompok usia. Kelompok tertentu seperti wanita hamil dan menyusui tidak termasuk dalam uji coba vaksin. Serta anak-anak belum bisa menerima vaksin.
Alasan kedua karena jumlah vaksin saat ini masih terbatas. Belum bisa mencakup seluruh masyarakat di dunia.
"Untuk sementara ini kelompok-kelompok usia akan terus berisiko mengalami penyakit dan terinfeksi, dan menyebarkan infeksi. Alasan kedua adalah sedikitnya persediaan vaksin, yang berarti kita tidak memiliki vaksin untuk melindungi semua orang. Itulah alasan kita harus terus menjalankan langkah kewaspadaan," ungkap Kate.
Dokter Kate kembali mengingatkan untuk terus memakai masker, menjaga jarak dan mencuci tangan.
"Terutama memakai masker, menjaga jarak, mencuci tangan dan tidak berkumpul dengan banyak orang. Sampai kapan kita perlu menjalankan langkah-langkah tadi? Waktu yang akan menjawab ketika kita mendapatkan cakupan vaksinasi yang luas di masyarakat," tutupnya.
Kemungkinan Efek Samping dari Vaksin Covid-19
Melansir dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC), vaksinasi akan membantu melindungi Anda dari tertular Covid-19. Anda mungkin mengalami beberapa efek samping, yang merupakan tanda normal bahwa tubuh sedang membangun perlindungan.
Efek samping ini dapat memengaruhi kemampuan Anda untuk melakukan aktivitas sehari-hari, tetapi akan hilang dalam beberapa hari. Beberapa yang lain tidak memiliki efek samping sama sekali. Kasus lain mengalami efek berupa gejala yang menyerupai Covid-19.
Jika Anda menerima dosis kedua, efek sampingnya mungkin lebih intens daripada yang Anda alami di dosis pertama.
Video
Berikut video penjelasan dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengenai kemunculan kekebalan tubuh usai divaksin Covid-19.
View this post on Instagram (mdk/kur)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Hinky mengatakan, vaksin AstraZeneca sudah melewati tahap uji klinis tahap 1 hingga 4.
Baca SelengkapnyaIndonesia merupakan negara dengan peringkat keempat terbesar di dunia yang melakukan vaksinasi COVID-19.
Baca SelengkapnyaBeredar klaim penerima vaksin Covid-19 mRNA akan meninggal dalam 3 atau 5 tahun
Baca SelengkapnyaVaksin flu universal bisa membantu mengatasi berbagai jenis flu dan mutasinya seperti Covid-19.
Baca SelengkapnyaMerdeka.com menangkap berbagai momen dramatis pandemi Covid-19 sepanjang tiga tahun melanda Indonesia. Berikut foto-fotonya:
Baca SelengkapnyaKomnas KIPI sebelumnya mengatakan tidak ada kejadian sindrom TTS setelah pemakaian vaksin Covid-19 AstraZeneca.
Baca SelengkapnyaPenelitian terbaru mengungkap penyebab sejumlah orang aman dari Covid-19 tanpa pernah terinfeksi.
Baca SelengkapnyaMasyarakat diminta lakukan pola hidup bersih dan sehat
Baca SelengkapnyaAdapun beberapa atlet terkenal telah dinyatakan positif COVID-19 di Olimpiade Paris 2024.
Baca SelengkapnyaBahkan, muncul narasi menyatakan bahwa virus SARS-CoV-2 penyebab Covid-19 tidak ada.
Baca SelengkapnyaInformasi Jokowi terima dari Menkes, kasus Covid-19 masih dalam kondisi yang baik meski memang ada kenaikan.
Baca SelengkapnyaMenkes angkat bicara mengenai efek samping vaksin Covid-19 AstraZeneca
Baca Selengkapnya