2018, investasi industri manufaktur diprediksi meningkat tajam
Merdeka.com - Center of Reform on Economics (CORE) memprediksi investasi pada sektor industri manufaktur bakal meningkat di tahun 2018. Hal ini terlihat dari peningkatan pada index pengukur atau Purchasing Manager Index (PMI) pada sektor manufaktur Nikkei maupun peningkatan Prompt Manufactur Index (PMI) Bank Indonesia (BI).
"Di sektor manufaktur, investasi yang menurun sepanjang tahun lalu berpotensi meningkat di tahun ini," ungkap Direktur Eksekutif CORE Indonesia, Muhammad Faisal di Hong Kong Cafe, Jakarta, Selasa (24/4).
Dia menjelaskan PMI Nikkei mengalami peningkatan tipis pada kuartal pertama 2018 ini. Pada triwulan pertama tahun ini, PMI Nikkei mencapai 50,7 persen atau meningkat 0,6 persen dari periode yang sama tahun lalu yang sebesar 50,1 persen.
-
Kenapa PMI manufaktur mencapai titik tertinggi? Angka ini merupakan posisi tertinggi sejak Oktober 2021, atau dalam 29 bulan terakhir.
-
Bagaimana Purchasing Manager's Index (PMI) menunjukkan pertumbuhan? Pencapaian ini mencerminkan bahwa sektor manufaktur Indonesia sedang berada dalam fase ekspansi, dengan PMI di atas level 50 yang menandakan pertumbuhan.
-
Kapan PMI Manufaktur Indonesia berada di level tertinggi? Data Purchasing Manager's Index (PMI) Manufaktur Indonesia yang dirilis oleh S&P Global untuk bulan Maret 2024 menunjukkan bahwa PMI Manufaktur Indonesia berada di level 54,2.
-
Bagaimana Kemenko Perekonomian tingkatkan daya saing industri? 'Perjalanan transformasi industri untuk meningkatkan daya saing dan nilai tambah produknya masih Panjang, sehingga sinergi yang sudah terjalin selama ini harus dilanjutkan dan diperkuat lagi,' jelas Menko Airlangga.
-
Mengapa realisasi investasi tahun 2023 meningkat? 'Alhamdulillah, Januari sampai Desember 2023 sebesar Rp 1.418 triliun, tumbuh 17,5 persen secara tahunan dan 101,3 persen dari target investasi tahun 2023,' ujar Bahlil dalam konferensi pers kinerja investasi tahun 2023, di Gedung Kementerian Investasi/BKPM, Jakarta, Rabu (24/1/2024).
-
Apa yang mendorong peningkatan produksi? Peningkatan permintaan baru menjadi salah satu faktor utama yang mendorong aktivitas produksi.
PMI BI, pun meningkat cukup signifikan pada kuartal pertama tahun 2018. Pada triwulan pertama 2018 ini, PMI BI meningkat 4,02 poin dari triwulan pertama 2017 menjadi 51,97.
"Nilai indeks PMI diatas 50 ini menunjukan adanya ekspansi produksi yang dilakukan oleh perusahaan manufaktur melihat adanya perbaikan permintaan. (Tentu hal) ini akan mendorong investasi di sektor manufaktur yang lebih baik," kata dia.
Peningkatan realisasi investasi juga diprediksi meningkat pada sektor primer seperti pertanian dan migas (Minyak dan Gas). Hal tersebut didukung oleh deregulasi (pemangkasan perizinan) yang dilakukan oleh Kementerian Pertanian dan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).
Sebagai salah satu contohnya, Kementerian ESDM sudah memangkas sekitar 18 regulasi. Selain itu 23 sertifikasi, perizinan dan rekomendasi di sektor migas juga sudah dipangkas oleh Kementerian ESDM.
Menurut dia, pada kuartal pertama 2018 saja, investasi dibidang hulu migas mengalami peningkatan yang cukup besar. Tercatat pada triwulan pertama, investasi sektor migas meni giat 26,3 persen (yoy).
Di sektor pertanian, nilai investasi mengalami kenaikan rata rata sebesar 56,7 persen untuk PMA. Sedangkan PMDN mengalami peningkatan 14,2 persen setiap tahunya. Peningkatan ini didorong oleh penyesuaian dan pencabutan regulasi sebanyak 241 dan 50 peraturan keputusan Menteri Pertanian.
"Investasi sektor Primer (pertanian dan migas) meningkat karena adanya diregulasi peraturan pemerintah dibawah Kementan dan KemenESDM," kata Faisal.
Sebaliknya, sektor konstruksi diprediksi akan mengalami pelemahan di sisa kuartal tahun 2018 ini. Padahal sebelumnya, sektor konstruksi menjadi penunjang investasi seiiring maraknya pembangunan infrastruktur yang dilakukan pemerintah.
Pelemahan investasi di sektor konstruksi tidak terlepas dari rencana pemerintah untuk membatalkan sejumlah Proyek Strategis Nasional (PSN), khususnya yang hingga saat ini belum terealisasi. Selain itu, melemahnya investasi konstruksi juga dikarenakan maraknya kecelakaan konstruksi yang belakangan banyak terjadi dalam pembangunan infrastruktur.
"Dari sisi investasi pembangunan infrastruktur yang merupakan prioritas pemerintah masih menjadi kontributor penting tumbuhnya investasi tahun ini. Tapi, investasi sektor ini (konstruktif berpotensi melemah," tandasnya.
(mdk/azz)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Industri manufaktur di dalam negeri saat ini mengalami geliat pertumbuhan.
Baca SelengkapnyaSektor manufaktur merupakan penyumbang produk domestik bruto (PDB) terbesar dalam perekonomian Indonesia.
Baca SelengkapnyaSejalan dengan proyeksi Bank Dunia yang memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan berada di kisaran 5,0% pada 2024, realisasi investasi menunjukkan tren
Baca SelengkapnyaKerap kali peraturan atau regulasi yang sudah diputuskan di level pusat tidak dapat dijalankan di level daerah karena alasan-alasan tertentu.
Baca SelengkapnyaCapaian PMI manufaktur tersebut menandakan Indonesia telah benar-benar keluar dari pandemi Covid-19.
Baca SelengkapnyaKontraksi PMI manufaktur Indonesia pada Juli 2024 dipengaruhi oleh penurunan bersamaan pada output dan pesanan baru.
Baca SelengkapnyaHal ini menunjukkan sektor manufaktur Tanah Air ini dalam kategori ekspansif dan akseleratif bersama dengan India, Filipina, dan Meksiko.
Baca SelengkapnyaTerdapat empat aspek yang dapat memengaruhi pertumbuhan ekonomi di Indonesia ke depan.
Baca SelengkapnyaMeningkatnya investasi sejalan dengan masih berlangsungnya pembangunan proyek strategis multitahun Pemerintah.
Baca SelengkapnyaPerry Warjiyo mengungkapkan, kinerja ekonomi Indonesia yang tetap kuat di tengah ketidakpastian global didukung oleh bauran kebijakan BI dan pemerintah.
Baca SelengkapnyaSejumlah negara yang tidak menerapkan libur Lebaran hingga 10 hari justru mencatatkan tren PMI di bawah 50 poin. Antara lain Thailand, Malaysia dan Jepang.
Baca SelengkapnyaKinerja sektor manufaktur Indonesia justru mengalami penurunan di tengah pertumbuhan ekonomi Indonesia yang diklaim tetap kuat.
Baca Selengkapnya