5 Masalah kelistrikan ini belum bisa diselesaikan SBY hingga Jokowi
Merdeka.com - Pemerintahan Joko Widodo dan Jusuf Kalla telah mencanangkan program 35.000 megawatt (MW) dalam lima tahun pemerintahannya. Hal ini disebabkan masih pendistribusian listrik tak berjalan optimal.
Kelistrikan memang masih menjadi pekerjaan rumah pemerintah. Mulai dari Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) hingga Jokowi belum bisa memenuhi kebutuhan listrik masyarakat Indonesia.
Saat ini, masih ada 30 juta masyarakat Indonesia masih hidup tanpa listrik. Kondisi ini menjadi pekerjaan rumah bagi seluruh pemangku kepentingan di sektor energi. Mengingat, energi merupakan jendela menuju peradaban dunia.
-
Siapa yang memanfaatkan energi listrik? Listrik telah menjadi salah satu kebutuhan pokok yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari.
-
Apa itu energi listrik? Energi listrik adalah bentuk energi yang dihasilkan oleh pergerakan partikel bermuatan, khususnya elektron, melalui suatu penghantar atau rangkaian tertutup.
-
Siapa yang bertanggung jawab atas program Listrik Desa? Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) dan PT PLN (Persero) menjadi pengawal utama dari target menerangi Indonesia ini.
-
Kenapa energi listrik penting? Listrik telah menjadi salah satu kebutuhan pokok yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat modern. Peran listrik telah berkembang secara signifikan seiring dengan kemajuan teknologi dan kebutuhan manusia yang semakin kompleks.
-
Dimana energi listrik digunakan? Energi listrik memiliki peran yang sangat penting sebagai sumber penerangan dalam kehidupan sehari-hari. Manfaat utama dari energi listrik sebagai sumber penerangan adalah memberikan cahaya yang diperlukan untuk melakukan berbagai aktivitas di dalam atau di luar ruangan, terutama pada malam hari.
-
Bagaimana warga Lebak Jeunjing mendapatkan listrik? Satu Rumah hanya Bisa Pakai Satu Lampu Untuk listriknya sendiri kwhnya sangat kecil, sehingga sekitar 8 rumah harus dibagi alirannya. Ini yang membuat masing-masing rumah hanya bisa memakai satu lampu.
Bahkan, Anggota Komite Ekonomi dan Industri Nasional (KEIN), Hendri Saparini memperkirakan Indonesia akan mengalami krisis listrik sebesar 1.000 megawatt (MW) pada tahun 2018.
"Setiap tahun, tambahan kebutuhan listrik masyarakat sekitar 5.000 MW, sementara Perusahaan Listrik Negara (PLN) hanya mampu menyediakan pasokan listrik sekitar 4.000 MW setiap tahunnya," ujar Hendri.
Menurut dia, sampai saat ini tambahan kebutuhan listrik dari masyarakat, seperti rumah tangga, industri, usaha komersial dan umum masih melebihi pasokan dari PT PLN. Artinya, ada defisit pasokan listrik 1.000 MW per tahun. Bila tidak ada langkah nyata, Indonesia akan mengalami krisis listrik pada tahun 2018.
Kurangnya pasokan listrik membuat sebagian wilayah di Indonesia sering terkena pemadaman listrik bergilir, dan kondisi ini umumnya terjadi di luar Pulau Jawa, seperti Sumatera dan Kalimantan. Banyak mesin pabrik tidak bisa berproduksi karena tidak ada pasokan setrum.
Sementara, Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) pernah bercerita sejarah ketenagalistrikan di Indonesia yang mengalami pasang surut. "Di mana 50 tahun listrik umumnya di perkotaan, di pedesaan listrik menjadi sebuah kemewahan. Tapi sekarang sudah berubah sesuai zaman," kata JK.
Ini jadi bukti, masalah kelistrikan jadi penyakit kronis pemerintahan RI. Berikut ulasan merdeka.com:
(mdk/sau)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Pembangunan pembangkit listrik dan jaringan transmisi masih jauh dari target.
Baca SelengkapnyaRealisasi program insentif kendaraan listrik, baik mobil listrik maupun motor listrik belum maksimal.
Baca SelengkapnyaPermasalahan kelebihan pasokan listrik akan teratasi dengan adanya peningkatan konsumsi listrik.
Baca SelengkapnyaBangsa yang merdeka ialah bangsa yang mampu mengentaskan masyarakatnya dari jurang kemiskinan.
Baca SelengkapnyaWarga di kampung di Cianjur mengeluhkan jika mereka belum memiliki akses listrik yang memadai.
Baca SelengkapnyaPer Agustus 2024, posisi utang Indonesia berada di angka Rp8.461,93 triliun, setara dengan 38,49 persen dari PDB.
Baca SelengkapnyaBerdasarkan data BPS mencatat di 2022 baru 60,66 persen rumah tangga di Indonesia yang menempati rumah yang layak.
Baca SelengkapnyaUntuk mengatasi persoalan tersebut, pemerintah mempercepat penyediaan infrastruktur untuk kendaraan listrik.
Baca SelengkapnyaArifin tak menampikan, operasional PLTU Suralaya berdampak pada polusi udara hingga ke Jakarta.
Baca SelengkapnyaJokowi mendorong, waktu pengurusan perizinan bisa dipersingkat, tujuannya agar potensi dari 24.000 megawatt dari energi panas bumi bisa terwujud.
Baca SelengkapnyaPemerintah dan swasta harus membangun 1,5 juta rumah tiap tahun agar angka masyarakat tak punya rumah terus turun.
Baca Selengkapnya