5 Perusahaan Amerika yang jadikan Indonesia mesin pencetak uang
Merdeka.com - Hubungan bisnis dan ekonomi antara Indonesia dengan Amerika Serikat sudah terjalin sejak lama. Hampir seusia negara ini. Perusahaan-perusahaan raksasa asal Amerika Serikat sudah menancapkan kukunya di tanah air sejak puluhan tahun lalu.
Sebut saja Freeport Indonesia yang menginduk pada Freeport McMoran di Amerika Serikat. Freeport Indonesia sudah menjalankan aktivitas di tambang emas Garsberg, Papua sejak 1967. Freeport adalah satu dari sekian banyak perusahaan raksasa asal negeri paman sam yang betah menjalankan aktivitas bisnisnya di Indonesia selama bertahun-tahun. Tidak hanya Freeport, masih banyak dan bahkan semakin banyak perusahaan berbendera AS yang memperpanjang kontrak dan investasinya di Tanah Air.
Kemarin, pebisnis-pebisnis kelas kakap itu menggelar pertemuan tertutup dengan Wakil Menteri Perdagangan Bayu Krisnamurthi . Intinya satu, mereka menyatakan keinginannya untuk bisa tinggal lebih lama di Indonesia. Dengan kata lain, mereka berniat menambah investasi bisnisnya di dalam negeri.
-
Siapa orang terkaya di Amerika Serikat? - Orang terkaya adalah Elon Musk dengan kekayaan USD180 miliar.
-
Siapa orang terkaya di Indonesia? Adapun Prajogo Pangestu seorang pengusaha yang masuk posisi pertama sebagai orang terkaya di Indonesia dengan kekayaan bersih sekitar 55,6 miliar dollar AS atau sekitar Rp862,8 triliun (dalam kurs Rp 15.519 per USD).
-
Kenapa orang terkaya di ASEAN berasal dari Indonesia? Namun tahukah Anda, orang terkaya di ASEAN justru berasal dari Indonesia, meskipun Singapura menduduki peringkat pertama sebagai negara terkaya di Asia Tenggara.
-
Kenapa perusahaan dari Indonesia masuk dalam daftar Forbes? Sementara itu, ada 8 perusahaan milik Indonesia yang masuk dalam daftar perusahaan terbesar di dunia versi Forbes.
"Jadi lebih banyak mereka berbicara prospek, lebih berbicara arah, kemudian investasinya akan diterjemahkan masing-masing perusahaan, ini kan sifatnya general, ada CP, HP, PG, Visa, Boeing," ujar Bayu di Gedung Kementerian Perdagangan Jakarta, Rabu (13/11).
Bayu menceritakan, bos Chevron, Freeport, Coca Cola dan perusahaan AS lainnya, masih bersemangat mengembangkan usaha dan bisnisnya di Indonesia. Mereka membangga-banggakan Indonesia dengan mengatakan, Indonesia bisa menjadi basis produksi untuk produk-produk mereka yang dipasarkan di pelbagai negara ASEAN lainnya.
"Semuanya sifatnya general, membuat kesepahaman arah bisnis di Indonesia dalam beberapa tahun ke depan," jelasnya.
Beberapa tahun terakhir, Indonesia masuk dalam radar investor asing di saat kondisi perekonomian negara maju masih diliputi ketidakpastian. Realisasi penanaman modal asing (PMA) terus meningkat dalam dua tahun terakhir.
Tingginya tingkat konsumsi masyarakat Indonesia menjadi salah satu faktor yang mengundang daya tarik investor asing. Ditambah, besarnya pasar Indonesia sebagai negara dengan jumlah penduduk terbanyak keempat di dunia. Upah buruh yang jauh lebih murah dibanding negara lain, termasuk salah satu pertimbangan bagi investor. Jadi wajar jika banyak perusahaan asing, termasuk perusahaan asal AS yang betah tinggal di Indonesia dan meraup untung dari bisnisnya di tanah air.
Merdeka.com mencoba merangkum beberapa perusahaan AS kelas kakap yang menjadikan Indonesia mesin pencetak uang bagi bisnisnya.
Freeport Indonesia
Keberadaan dan operasional Freeport Indonesia sejak 1967 hingga kini tak ubahnya mesin pencetak uang bagi perusahaan induknya, yakni Freeport McMoran di Amerika Serikat. Untuk melihat pundi-pundi keuntungan Freeport tidak perlu melihat jauh ke belakang.
Tengok saja kinerja perusahaan sepanjang tahun lalu. Freeport Indonesia telah menjual 915.000 ons atau setara 28,6 ton emas dan 716 juta pon (358.000 ton) tembaga dari tambang Grasberg di Papua. Hasil penjualan emas itu menyumbang 91 persen penjualan emas perusahaan induknya.
Berdasarkan laporan keuangan Freeport McMoran, total penjualan emas Freeport sebanyak 1,01 juta ons (31,6 ton) emas dan 3,6 miliar pon ( 1,8 juta ton) tembaga. Penjualan tembaga asal Indonesia menyumbang seperlima penjualan komoditas sejenis bagi perusahaan induknya.
Newmont
Tidak hanya Freeport Indonesia, Newmont Nusa Tenggara juga meraup untung besar dari keberadaannya di Indonesia. Kontrak Karya Newmont di tambang Batu Hijau dan Elang NTT, berlaku hingga 2030. Artinya, untuk jangka waktu yang sangat panjang, perusahaan asal AS ini bakal menjalankan aktivitas tambangnya di Indonesia.
Meski sudah lama beroperasi dan meraup untung dari bisnis pertambangan di tanah air, Newmont hanya memberi sedikit kontribusi pada pemerintah Indonesia. Kontribusinya dari royalti hanya 1 persen dari keuntungan perusahaan.
Selama ini, kinerja Newmont cukup kinclong dengan produksi tembaga yang sangat besar. Namun akhir-akhir ini kinerjanya sedikit meredup.
Coca Cola
Siapa yang tidak kenal produk minuman Coca Cola? Produk minuman soda ini sudah melekat di hati masyarakat Indonesia. Berkat tingginya tingkat konsumsi masyarakat Indonesia dan besarnya pasar dalam negeri, Coca Cola meraup untung yang cukup besar.
Sepanjang tahun lalu, PT Coca-Cola Amatil Indonesia, mencetak laba sebesar USD 459,9 juta atau sekitar Rp 4,5 triliun. Laba Coca Cola tahun lalu naik 16,8 persen dibanding 2011.
Tahun lalu, pendapatan perdagangan Coca-Cola Indonesia mencapai USD 5,09 miliar atau sekitar Rp 49,6 triliun. Naik 10,3 persen dibanding pada 2011. Kenaikan penjualan tahun lalu tidak lepas dari tingginya permintaan pasar dalam negeri.
Chevron
Di sektor minyak, pertambangan dan energi, Chevron Corp sudah tidak asing lagi. Di Indonesia, Chevron juga mengelola sejumlah ladang minyak dan gas melalui PT Chevron Pacific Indonesia. Perusahaan yang menginduk ke Amerika Serikat ini menjadi penguasa produksi migas di Indonesia.
Sebagian besar usaha kegiatan hulu migas dikuasai Chevron. Perusahaan berbendera AS ini menguasai 47 persen produksi migas nasional. Sebesar 37 persennya dikuasai swasta dan asing lainnya.
Chevron Pacific Indonesia yang mengelola blok Duri di Riau menjadi peringkat pertama dalam menghabiskan dana operasional senilai USD 3,113 miliar.
Chevron saat ini memproduksi minyak terbanyak di seluruh Indonesia yaitu dengan produksi sekitar 350.000 barel per hari. Dengan begitu, biaya produksi minyak minas sebesar USD 24,65 per barel.
ExxonMobil
Di Indonesia, Exxon Mobil mengambil warisan blok milik Royal Dutch Shell di Cepu, Jawa Tengah. Pada Februari 2001, anak usaha ExxonMobil, Mobil Cepu Ltd bersama dengan Pertamina menemukan sumber minyak mentah sebesar 1,4 miliar barel dan gas mencapai 8,14 miliar kaki kubik di lapangan Banyu Urip ini.
Exxon menandatangani Kontrak Kerja Sama (KKS) migas dengan pemerintah Indonesia pada tahun 2005. Lapangan tersebut diprediksi dapat menggantikan produksi minyak di blok Siak yang semakin lama semakin menurun akibat sumur yang sudah tua. Nantinya, saat produksi puncak, lapangan ini diperkirakan dapat memproduksi 165.000 barel minyak per hari. Saat ini Exxon baru bisa memproduksi minyak sekitar 20.000 barel per hari.
Exxon telah memulai bisnis di sektor gas di daerah Nanggroe Aceh Darussalam bekerjasama dengan Pertamina. Selain memproduksi gas, Exxon juga berperan dalam produksi LNG di kilang gas pertama Indonesia di Arun di pantai timur Sumatera.
Baca juga: Melihat pembersihan kerangka T-Rex terbesar usia 67 juta tahun Suami-istri Amerika ciptakan alat nikahi diri sendiri Israel batalkan pembangunan 20 ribu rumah Yahudi Gereja di Amerika ini bentuknya serupa penis dilihat dari atas Amerika larang Afghanistan selidiki pembantaian warga sipil (mdk/noe)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Presiden Prabowo Subianto menyampaikan pentingnya dukungan dari perusahaan-perusahaan Amerika Serikat dalam mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Baca SelengkapnyaBank Indonesia (BI) mempromosikan tiga proyek investasi strategis dalam penyelenggaraan "Indonesia Business Forum" di Washington D.C., Amerika Serikat.
Baca SelengkapnyaPendapatannya disebut bisa meningkat hingga 500 persen.
Baca SelengkapnyaDepan pengusaha AS, Prabowo juga menegaskan akan memerangi korupsi.
Baca SelengkapnyaLima perusahaan Indonesia berhasil masuk dan menunjukkan prestasi yang membanggakan di tingkat global.
Baca SelengkapnyaPresiden Jokowi melakukan kunjungan kerja ke Washington DC, Amerika Serikat pada Rabu (15/11) lalu.
Baca SelengkapnyaSebelumnya peraturan keimigrasian Indonesia tidak mengatur visa dengan izin tinggal berjangka waktu 10 (sepuluh) tahun.
Baca SelengkapnyaMenurutnya, investasi akan memberi manfaat besar bagi negara.
Baca SelengkapnyaHadirnya ekonomi digital tidak melulu demi pemasukan negara. Manfaat ini juga dirasakan masyarakat yang ingin mengubah nasib hidupnya menjadi lebih baik.
Baca SelengkapnyaInvestasi dari negara seperti China, Korea, dan Taiwan menunjukkan ketertarikan tinggi terhadap industri tekstil di Indonesia.
Baca SelengkapnyaDaftar syarat WNA yang ingin mendapatkan Golden Visa.
Baca SelengkapnyaBegini untung rugi Rupiah melemah terhadap dolar Amerika Serikat.
Baca Selengkapnya