Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

5 Perusahaan berkinerja terburuk di 2015, termasuk Freeport McMoRan

5 Perusahaan berkinerja terburuk di 2015, termasuk Freeport McMoRan Freeport. ©2014 Merdeka.com

Merdeka.com - Tahun 2015 menjadi tahun mengerikan bagi sebagian perusahaan. Ekonomi global melemah, harga komoditi turun serta anjloknya harga minyak dunia mempengaruhi kinerja beberapa perusahaan.

Pasar saham China saja sempat anjlok parah di pertengahan tahun, dan memaksa pemerintah setempat mengeluarkan beberapa kebijakan atau stimulus agar pasar kembali bergairah.

Pasar saham China terus menurun sejak pertengahan Juni 2015. Hal ini dipicu naiknya Shanghai Composite Index mencapai 5.100 poin pada awal Juni. Nilai pasar saham naik 150 persen dibanding periode yang sama tahun lalu.

Orang lain juga bertanya?

Kenaikan ini akhirnya menemukan titik jenuh. Gelembung pecah, dan indeks pasar kehilangan 32 persen nilainya di 18 sesi perdagangan setelah puncak. Penurunan telah mendorong pemerintah untuk mengeluarkan beberapa kebijakan.

China Securities Regulatory Commission (CSRC) saat itu terus berusaha menstabilkan pasar, mengembalikan kepercayaan publik dan menjaga risiko sistemik. CSRC melalui bank sentral juga menyediakan uang tunai untuk membeli saham agar kembali naik.

Dalam upaya lain untuk kelancaran votalitas, Bank Rakyat China telah memangkas suku bunga ke rekor terendah. Selain itu, pemerintah juga mengeluarkan kebijakan akan memenjarakan investor yang melakukan penjualan pendek atau short selling.

Tak hanya di China, di bursa Amerika Serikat juga banyak perusahaan mengalami penurunan harga saham, bahkan hingga 50 persen. Perusahaan raksasa ternama menderita karena anjloknya harga komoditi dan minyak dunia.

Berikut saham perusahaan berkinerja terburuk sepanjang 2015 seperti dilansir CNN, Kamis (23/12).

Chesapeake Energy (CHK)

Saham Chesapeake Energy (CHK) terhitung anjlok 77 hingga 80 persen sepanjang 2015. Kondisi ini membuat CHK menjadi perusahaan berkinerja terburuk di deretan perusahaan yang tergabung di S&P 500.

Anjloknya harga minyak mentah dan gas alam menggerus keuntungan perusahaan energi ini. Harga minyak mentah runtuh hingga di bawah USD 34 per barel, dan ini merupakan level terendah sejak awal 2009 silam. Sedangkan harga gas juga turun ke level terendah sejak 2002.

Perusahaan besar lainnya yang mengalami kemerosotan saham adalah Southwestern Energy (SWN) dan COnsol Energy (CNX). Kedua perusahaan yang tergabung dalam jajaran perusahaan raksasa S&P 500 ini juga menderita karena rendahnya harga minyak dan gas alam.

Fossil Group (FOSL)

Saham perusahaan Fossil Group (FOSL) tercatat anjlok 70 persen sepanjang 2015. Harga saham sempat menyentuh titik terendah dalam lima tahun terakhir.

Buruknya kinerja perusahaan dipicu karena banyaknya kompetitor baru dari produk pakaian dan jam pintar seperti buatan Apple.

Keberadaan Fossil kini tengah terancam karena perubahan tren pemakaian jam mewah.

NRG Energy

Saham perusahaan NRG Energy (NRG) tercatat anjlok 62 persen sepanjang tahun 2015. Investasi USD 1 miliar di pembangkit listrik tenaga surya dan angin gagal memberi keuntungan ke perusahaan.

CEO perusahaan, David Derek akhirnya mengundurkan diri awal bulan ini setelah 12 tahun bekerja di perusahaan.

Seperti produsen listrik independen lainnya, NRG juga menderita karena rendahnya harga gas alam.

Micron dan Seagate

Saham perusahaan Micron (MU) terhitung turun 59 persen di tahun 2015 ini. Hal ini terjadi karena anjloknya harga chip memori.

Micron membuat chip yang memungkinkan PC, telepon pintar dan pengguna tablet untuk menyimpan data. Bisnis mereka terseok-seok karena ketatnya persaingan deengan Western Digital dan Intel.

Seperti Micron, Seagate juga menderita penurunan saham mencapai 48 persen tahun ini. Seagate selama ini bergerak di pasar disk drive atau hard disk, dan penjualan terhenti beberapa tahun terakhir karena lemahnya penjualan industri PC.

Keuntungan Seagate anjlok, dan perusahaan terpaksa memecat 1.000 karyawan baru-baru ini.

Freeport-McMoRan (FCX)

Freeport-McMoRan (FCX) yang merupakan perusahaan tambang terbesar di Amerika Serikat ini juga harus menderita di tahun 2015. Anjloknya harga tembaga dan bijih besi ke tingkat krisis jadi penyebab buruknya kinerja Freeport sepanjang tahun.

Saham Freeport anjlok hingga 73 persen sepanjang 2015, dan perusahaan memutuskan untuk memangkas pengeluaran serta tidak membagi dividen.

Kondisi ini menjadi berita buruk bagi Carl Icahn yang belum lama ini menguasai 9 persen saham perusahaan.

(mdk/idr)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Lima Pabrik Kimia Farma Tutup, Stafsus Erick Thohir Buka-bukaan soal Nasib Karyawan
Lima Pabrik Kimia Farma Tutup, Stafsus Erick Thohir Buka-bukaan soal Nasib Karyawan

Kapasitas produksi lima pabrik milik Kimia Farma yang akan ditutup tersebut tidak pernah mencapai target.

Baca Selengkapnya
Ini 20 Perusahaan Indonesia dengan Pendapatan Paling Besar
Ini 20 Perusahaan Indonesia dengan Pendapatan Paling Besar

Ada 18 BUMN yang masuk dalam daftar Fortune Indonesia 100 kali ini. Total pendapatan mereka mencapai Rp2.763,31 triliun.

Baca Selengkapnya
Perusahaan Udang Terafiliasi Kaesang Rugi Rp240,67 Miliar, Belum Bayar Gaji Karyawan Selama 4 Bulan
Perusahaan Udang Terafiliasi Kaesang Rugi Rp240,67 Miliar, Belum Bayar Gaji Karyawan Selama 4 Bulan

Adapun, perusahaan yang dimaksud ialah PT Panca Mitra Multiperdana Tbk (PMMP). Perusahaan ini bergerak di bidang pengolahan dan pengekspor udang.

Baca Selengkapnya
Direktur Keuangan Blak-blakan PT Timah Rugi Miliaran Usai Kerja Sama 5 Smelter, Salah Satunya Perusahaan Harvey Moeis
Direktur Keuangan Blak-blakan PT Timah Rugi Miliaran Usai Kerja Sama 5 Smelter, Salah Satunya Perusahaan Harvey Moeis

PT Timah pertama kali teken kerja sama dengan lima smelter swasta pada tahun 2018 hingga 2020.

Baca Selengkapnya
Sesumbar Bisa Pulihkan AS dari Keterpurukan, Donald Trump Justru Tak Bisa Selamatkan Startupnya yang Makin Boncos
Sesumbar Bisa Pulihkan AS dari Keterpurukan, Donald Trump Justru Tak Bisa Selamatkan Startupnya yang Makin Boncos

Saham Trump Media terus anjlok dengan penurunan 41 persen bulan ini, mengancam masa depan Truth Social.

Baca Selengkapnya
Dulu Kaya Raya, Pengusaha Ini Mendadak Bangkrut dan Hidup Miskin
Dulu Kaya Raya, Pengusaha Ini Mendadak Bangkrut dan Hidup Miskin

Holmes mendadak bangkrut setelah alat-alat kesehatan buatannya diragukan.

Baca Selengkapnya
Ganjar Sentil Perusahaan BUMN Karya Kerap Merugi dan Nyaris Bangkrut
Ganjar Sentil Perusahaan BUMN Karya Kerap Merugi dan Nyaris Bangkrut

Ganjar mengaku tidak kaget atas fenomena BUMN Karya merugi meski memperoleh proyek infrastruktur.

Baca Selengkapnya
Ekonomi Indonesia Diklaim Kuat tapi Ternyata Rapuh, Ini Buktinya
Ekonomi Indonesia Diklaim Kuat tapi Ternyata Rapuh, Ini Buktinya

Kinerja sektor manufaktur Indonesia justru mengalami penurunan di tengah pertumbuhan ekonomi Indonesia yang diklaim tetap kuat.

Baca Selengkapnya
Kejagung Tetapkan Lima Tersangka Dugaan Korupsi Tata Niaga Komoditas Timah
Kejagung Tetapkan Lima Tersangka Dugaan Korupsi Tata Niaga Komoditas Timah

Kelima tersangka tersebut terdiri atas tiga orang pihak swasta dan dua orang mantan direktur di PT Timah Tbk

Baca Selengkapnya
Laba Astra Turun 9 Persen di Semester 1-2024, Ternyata Ini Penyebabnya
Laba Astra Turun 9 Persen di Semester 1-2024, Ternyata Ini Penyebabnya

Astra tetap optimis kinerja sisa tahun 2024 tetap resilien.

Baca Selengkapnya
Melihat Tren Saham Indika Energy (INDY) setelah Arsjad Rasjid Jadi Ketua TPN Ganjar-Mahfud
Melihat Tren Saham Indika Energy (INDY) setelah Arsjad Rasjid Jadi Ketua TPN Ganjar-Mahfud

Arsjad diumumkan sebagai Ketua TPN Ganjar-Mahfud pada Selasa 4 September 2023.

Baca Selengkapnya
Kejati DKI Tahan 6 Tersangka Korupsi Dana Pensiun Bukit Asam, Kerugian Rp234 Miliar
Kejati DKI Tahan 6 Tersangka Korupsi Dana Pensiun Bukit Asam, Kerugian Rp234 Miliar

Kejati DKI Jakarta menetapkan enam tersangka korupsi pengelolaan Dana Pensiun Bukit Asam tahun 2013 sampai 2018 dengan kerugian negara Rp234 miliar.

Baca Selengkapnya