Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

6 Dampak Covid-19 Terhadap Perusahaan Pembiayaan

6 Dampak Covid-19 Terhadap Perusahaan Pembiayaan Rupiah. ©2013 Merdeka.com

Merdeka.com - Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI) Suwandi Wiratno memaparkan ada 6 hal dampak pandemi covid-19 yang merugikan industri pembiayaan. Pertama, restrukturisasi pembiayaan kepada debitur menyebabkan penurunan pendapatan perusahaan pembiayaan.

"Restrukturisasi dampaknya cukup besar tapi memang di sini adalah saatnya kita bergotong-royong kita saling membantu, bukan merupakan tugas industri pembiayaan saja tetapi seluruh bagian yang mempunyai ikatan dan kaitan dengan pinjam-meminjam tentu harus melakukan hal ini," kata Suwandi dalam webinar Menakar Kekuatan Multifinance di Era New Normal, Rabu (12/8).

Kedua, penagihan. Kesulitan menagih angsuran kepada debitur dikarenakan dampak covid-19 maupun larangan Pemerintah daerah terhadap Perusahaan Pembiayaan maupun industri lainnya.

Orang lain juga bertanya?

Ketiga, terkait pinjaman. Perusahaan pembiayaan tetap harus melakukan pembayaran cicilan kepada perbankan atas utangnya, namun begitu besar jumlah customer-customer yang melakukan restrukturisasi.

"Tidak serta-merta perusahaan pembiayaan juga dalam tanda kutip mungkin langsung saja memelas kepada perbankan, bahwa begitu besar banyaknya orang yang mengajukan restrukturisasi minta direstrukturisasi," ujarnya.

Dia menjelaskan, ada beberapa yang melakukan restrukturisasi itu bukan karena urusan pembiayaannya tidak sehat, tapi mereka berusaha untuk mengelola cash flow. Kemudian, dampak keempat yakni sumber dana perbankan menghentikan pencairan dana kepada Perusahaan Pembiayaan yang mengakibatkan mengalami masalah likuiditas.

"Ini yang perlu kembali lagi bahwa kepada big brother saya dalam hal ini perbankan, banyak memang pada saat awal menghentikan pencairan dana walaupun sebenarnya komitmen dananya masih ada," katanya.

Kelima, pembiayaan baru berkurang karena daya beli masyarakat dan likuiditas pembiayaan yang ketat menjadi hak yang paling penting. Terakhir, soal peningkatan non-performing Financing (NPF) akibat kemampuan membayar debitur berkurang dan berkurangnya pembiayaan baru.

"NPF meningkat karena kemampuan membayar debitur, pembiayaan baru dan pembaginya berkurang, itu adalah indikasi yang wajar dan mungkin NPF gross nya cukup tinggi daripada perbankan," katanya.

Namun, Suwandi yakin perusahaan pembiayaan sudah melakukan pencadangan, karena mau tidak mau auditor juga akan meminta kepada Perusahan Pembiayaan untuk melakukan pencadangan.

Reporter: Tira Santia

Sumber: Liputan6.com (mdk/azz)

Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Kondisi Ekonomi Indonesia Terkini: Daya Beli Kelas Menengah Turun dan PHK Massal Berlanjut
Kondisi Ekonomi Indonesia Terkini: Daya Beli Kelas Menengah Turun dan PHK Massal Berlanjut

Pelemahan daya beli masyarakat kelas menengah karena kebijakan struktural pemerintah.

Baca Selengkapnya
Pemerintah Tarik Utang Rp72 triliun per 15 Maret 2024, Turun Drastis Dibanding Tahun Lalu Mencapai Rp181 Triliun
Pemerintah Tarik Utang Rp72 triliun per 15 Maret 2024, Turun Drastis Dibanding Tahun Lalu Mencapai Rp181 Triliun

Secara rinci, pembiayaan utang tersebut terdiri dari Surat Berharga Negara (SBN) sebesar Rp70,2 triliun atau setara dengan 10,5 persen terhadap APBN.

Baca Selengkapnya
Utang Jatuh Tempo RI Capai Rp800 Triliun pada 2025
Utang Jatuh Tempo RI Capai Rp800 Triliun pada 2025

Kepercayaan diri dalam mengelola pasar, tergantung dengan kepercayaan pasar.

Baca Selengkapnya
Badai PHK Menghantui, Program Jaminan Kehilangan Pekerjaan Bisa Jadi Solusi Sementara
Badai PHK Menghantui, Program Jaminan Kehilangan Pekerjaan Bisa Jadi Solusi Sementara

PHK yang terjadi sebagian besar dipicu oleh krisis di berbagai lini pada sektor manufaktur.

Baca Selengkapnya
10 Tahun Jokowi dan Warisan Utang Pemerintah
10 Tahun Jokowi dan Warisan Utang Pemerintah

Per Agustus 2024, posisi utang Indonesia berada di angka Rp8.461,93 triliun, setara dengan 38,49 persen dari PDB.

Baca Selengkapnya
Penjualan Mobil Kuartal 1 Tahun 2024 Anjlok karena Ini
Penjualan Mobil Kuartal 1 Tahun 2024 Anjlok karena Ini

Situasi ini menyebabkan turunnya daya beli masyarakat.

Baca Selengkapnya
Ternyata, Pengusaha Lebih Takut Hal Ini Dibandingkan Pelemahan Kurs Rupiah
Ternyata, Pengusaha Lebih Takut Hal Ini Dibandingkan Pelemahan Kurs Rupiah

Kenaikan suku bunga oleh BI akan memberikan sederet dampak rambatan terhadap pelaku usaha ritel.

Baca Selengkapnya
Tak Lagi Dilanjut, Nasib Investasi Mangkrak Senilai Rp100 Triliun Diputihkan
Tak Lagi Dilanjut, Nasib Investasi Mangkrak Senilai Rp100 Triliun Diputihkan

Di masa kepemimpinannya sebagai Menteri Investasi, Bahlil mengklaim telah melanjutkan investasi mangkrak senilai Rp600 triliun.

Baca Selengkapnya
Tolak Simpanan Tapera, Pengusaha : Sudah Banyak Potongan
Tolak Simpanan Tapera, Pengusaha : Sudah Banyak Potongan

Beban pungutan yang telah ditanggung pemberi kerja saat ini sebesar berkisar 18,24 sampai 19,74 persen.

Baca Selengkapnya
Wamenkeu Thomas: Fenomena Penurunan Kelas Menengah Jadi PR Baru Prabowo
Wamenkeu Thomas: Fenomena Penurunan Kelas Menengah Jadi PR Baru Prabowo

Thomas mengakui, fenomena penurunan kelas menengah ini akan menjadi pekerjaan rumah bagi pemerintahan presiden terpilih Prabowo Subianto.

Baca Selengkapnya
Pengusaha Protes Pembatasan Impor Ancam Industri Ritel di Indonesia
Pengusaha Protes Pembatasan Impor Ancam Industri Ritel di Indonesia

Pemerintah berencana melakukan pembatasan barang impor.

Baca Selengkapnya
Ternyata Begini Dampak Tingginya Suku Bunga The Fed ke Ekonomi Indonesia
Ternyata Begini Dampak Tingginya Suku Bunga The Fed ke Ekonomi Indonesia

Indonesia mulai memasuki pesta demokrasi yang dapat memengaruhi risk appetite investor dan pelaku usaha.

Baca Selengkapnya