Ada Tekanan Global, Pendapatan Negara di 2019 Tak Capai Target
Merdeka.com - Kementerian Keuangan mencatat pendapatan negara sementara sepanjang 2019 mencapai Rp1.957,2 triliun atau 90,4 persen dari target APBN 2019 sebesar Rp2.165,1 triliun. Angka ini naik sebesar 0,7 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2018 yang hanya Rp1.943,7 triliun.
"Pendapatan negara mengalami tekanan karena rembesan pelemahan global terlihat dari pendapatan perpajakan kita. Pendapat negara kita hanya tumbuh 0,7 persen. Artinya tahun 2019 kita mengumpulkan 1.957,2 Triliun atau 90,4 persen dibandingkan target awal," kata Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dalam konferensi pers APBN Kita di Kantornya, Jakarta, Selasa (7/1).
Sri Mulyani menjelaskan, penerimaan negara itu berasal dari penerimaan perpajakan yang sebesar Rp1.545,3 triliun atau sudah mencapai 86,5 persen dari target APBN 2019. Angka ini pun tumbuh tipis 1,7 persen dibandingkan realisasi periode yang sama tahun lalu sebesar Rp1.518,8 triliun.
-
Apa pertumbuhan ekonomi RI di Kuartal II-2023? Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia berada di angka 5,17 persen secara tahunan (yoy) pada kuartal II-2023.
-
Apa rencana Prabowo untuk meningkatkan pendapatan negara? Presiden terpilih 2024-2029 Prabowo Subianto berencana akan membuat lembaga khusus bernama Badan Penerimaan Negara (BPN) untuk memaksimalkan pendapatan negara.
-
Bagaimana pertumbuhan ekonomi RI di kuartal II-2023? “Bila dibandingkan dengan triwulan II-2022 atau secara year on year tumbuh sebesar 5,17 persen,“ kata Deputi Bidang Neraca dan Analis Statistik BPS Moh Edy Mahmud saat Konferensi Pers di Jakarta, Senin.
-
Apa target Kementerian ATR/BPN di tahun 2024? 'Saya minta kepada seluruh jajaran untuk lebih spartan lagi dalam mencapai target Kementerian di antaranya saya harap di tahun 2024 ini kita harus mewujudkan 100 Kota/Kabupaten Lengkap di seluruh Indonesia. Realisasi penyelesaian program PTSL harus benar-benar dijaga kualitas dan kuantitas supaya tidak ada yang namanya residu,' ucapnya.
-
Kenapa pertumbuhan ekonomi RI di Kuartal II-2023 lebih tinggi? “Pertumbuhan ekonomi kita secara kuartal (q-to-q) lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang ini sejalan dengan pola yang terjadi di tahun-tahun sebelumnya, yaitu pertumbuhan triwulan II selalu lebih tinggi dibandingkan di triwulan I,“ terang Edy.
-
Dimana sumber APBN berasal? Pemasukan dalam APBN berasal dari berbagai sumber, termasuk pajak, penerimaan negara bukan pajak, pendapatan dari perusahaan negara, hibah dan bantuan luar negeri, serta sumber pendapatan lainnya.
Selain itu, dari pendapatan negara bukan pajak (PNBP) mencapai Rp405 triliun atau setara dengan 107,1 persen dari target APBN 2019. Angka ini turun tipis 1,0 persen dari realisasi tahun lalu sebesar Rp409,3 triliun
"Sementara dari PNBP kita masih cukup baik meskipun tadi kita sebutkan untuk SDA mengalami tekanan dari komoditas, tapi kita tetap berhasil mendapatkan PNBP sebesar Rp405 triliun atau di atas target Rp378,3 triliun atau 107,1 persen," jelas dia.
Di samping itu, dana hibah berhasil terkumpul mencapai Rp6,8 triliun atau tumbuh sebesar 1.560 persen dari target APBN 2019 sebesar Rp400 miliar. "Hibah kita mencapai Rp6,8 triliun, ini jauh lebih tinggi yang tadinya diperkirakan hanya Rp400 miliar," tandas dia.
Defisit 2019 Capai Rp353 Triliun
Kementerian Keuangan mencatat defisit APBN sementara sepanjang 2019 sebesar Rp353 triliun atau setara dengan 2,20 persen terhadap produk domestik bruto (PDB). Defisit tersebut berasal dari belanja negara sebesar Rp2.310 triliun, sementara pendapatan hanya mencapai sebesar Rp1.957 triliun.
Sri Mulyani mengatakan, defisit sebesar Rp353 triliun tersebut lebih tinggi dari target defisit APBN 2019 yang hanya 1,93 persen atau sebesar Rp296 triliun. Namun, angka ini masih bersifat sementara sebab pihaknya masih akan melakukan perhitungan kembali.
"Realisasi ini memang lebih besar dari target awal yang defisit Rp296 triliun, naik dari target 1,84 persen terhadap PDB jadi 2,2 persen terhadap PDB," ujarnya.
Defisit APBN hingga akhir 2019 tersebut didorong realisasi pertumbuhan penerimaan yang lebih rendah dari realisasi pertumbuhan belanja negara. Hal ini dikarenakan adanya tekanan pada penerimaan negara akibat dari pelemahan ekonomi global.
(mdk/azz)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Menurut Sri Mulyani, capaian pendapatan negara tahun 2023 yang tembus melebihi target merupakan pencapaian yang luar biasa baik.
Baca SelengkapnyaKendati begitu, angka ini masih lebih kecil dibandingkan dengan pagu defisit APBN 2024.
Baca SelengkapnyaAdapun total penerimaan pajak berasal dari pajak penghasilan (PPh) non migas Rp810,76 triliun atau 76,24 persen dari target.
Baca SelengkapnyaAngka tersebut sudah melebihi target Undang Undang (UU) APBN untuk tahun 2023 yang hanya Rp2.463,2 triliun.
Baca SelengkapnyaAngka tersebut sudah mencapai 101,3 persen dari targetAPBN 2023.
Baca SelengkapnyaPada APBN 2019, defisit sebesar Rp348,7 triliun atau 2,20 persen terhadap PDB.
Baca SelengkapnyaPendapatan negara jika dibandingkan tahun sebelumnya mengalami penurunan yakni 7,6 persen secara tahunan
Baca SelengkapnyaRealisasi pendapatan negara pada Mei 2024 tersebut anjlok 7,1 persen secara year on year (yoy).
Baca SelengkapnyaHingga akhir April 2024, pemerintah telah mengumpulkan penerimaan pajak sebesar Rp624,19 triliun.
Baca SelengkapnyaJika dilihat dalam perjalanannya, penerimaan pajak sempat mengalami penurunan yang signifikan yakni pada tahun 2020.
Baca SelengkapnyaMeski mengalami defisit, kinerja APBN selama Agustus diklaim mengalami perbaikan.
Baca SelengkapnyaPenerimaan pajak sejak Januari-Agustus 2024 telah mencapai Rp1.196,54 triliun atau 60,16 persen dari target APBN.
Baca Selengkapnya