Alasan Orang Indonesia Suka Simpan Uang di Bank Swiss dan Singapura
Merdeka.com - Banyak pengusaha Indonesia memilih menyimpan uang mereka di luar negeri, seperti Swiss, Hongkong dan Singapura. Pada 2016 lalu, Presiden Jokowi menyebut ada uang simpanan para pengusaha Indonesia di luar negeri sebanyak Rp 11.000 triliun.
Agar uang-uang para pengusaha itu "kembali" ke Indonesia, pemerintah akhirnya mengesahkan UU Pengampunan Pajak atau Tax Amnesty. Program pengampunan pajak (Tax Amnesty) yang dicanangkan pemerintah ini mampu menjaring ratusan ribu wajib pajak dan memancing triliun dana pulang kampung ke Indonesia.
Lalu, apa alasan para pengusaha Indonesia menyimpan uang mereka di Bank Swiss, Singapura dan negara lain:
-
Kenapa Swiss dianggap sebagai negara terbaik untuk berbisnis? Swiss diakui sebagai negara terbaik untuk para pengusaha. Bahkan negara itu pun dikenal dengan kemudahan berbisnisnya.
-
Bagaimana Swiss menjadi negara terkaya? Pada 2018 silam, Swiss dinobatkan jadi negara yang memiliki masyarakat terkaya di dunia. Temuan itu berdasarkan laporan tahunan Global Wealth Report dari Credit Suisse.
-
Kenapa banyak orang Indonesia memilih Singapura untuk liburan? Banyak WNI yang sering memilih Singapura sebagai tujuan liburan karena letak geografisnya yang dekat dengan Indonesia.
-
Kenapa Singapura dipilih? Pasalnya, ia akan mengadakan konser selama 6 hari di Singapura. Pertanyaannya, mengapa hanya Singapura?
-
Kenapa orang terkaya di ASEAN berasal dari Indonesia? Namun tahukah Anda, orang terkaya di ASEAN justru berasal dari Indonesia, meskipun Singapura menduduki peringkat pertama sebagai negara terkaya di Asia Tenggara.
-
Di mana orang kaya menyimpan uangnya? Banyak jutawan menyimpan banyak uang mereka dalam bentuk tunai atau setara kas. Instrumen investasi ini dipilih lantaran bersifat likuid atau mudah dicairkan sewaktu-waktu. Contoh aset setara kas yang populer adalah reksa dana pasar uang, sertifikat deposito, surat berharga komersial, dan surat berharga negara.
Keamanan Lebih Ketat
Swiss adalah salah satu tujuan penyimpanan uang para pengusaha. Negara ini dinilai paling aman untuk menyimpan aset termasuk menjamin kerahasiaan data pemilik dana. Bahkan uang hasil kejahatan.
Direktur Advokasi Pusat Kajian Anti korupsi Universitas Gadjah Mada, Oce Madril waktu itu mengatakan Swiss memiliki sistem perbankan yang sangat ketat. Saking ketatnya sistem perbankan Swiss, Oce menduga nilai aset warga negara Indonesia yang tersimpan di sana sangat besar.
Tarif Pajak Rendah
Selain masalah keamanan, tarif pajak yang ditawarkan oleh Swiss maupun Singapura relatif rendah. Pengamat Perpajakan Universitas Indonesia (UI), Ruston Tambunan mengatakan negara-negara tersebut menawarkan tarif pajak rendah, bahkan sampai nol persen.Pada 2015 lalu, tarif Pajak Penghasilan (PPh) Badan di Singapura hanya sebesar 17 persen, Hongkong 16,5 persen, Swiss 17,92 persen, dan negara tax heaven countries Cayman Islands yang membebaskan pungutan pajak perusahaan alias nol persen.
Punya Pengalaman Atasi Krisis
Singapura menjadi salah satu negara tujuan penyimpanan uang. Alasannya selain sistem pengawasan yang ketat, Singapura juga pandai atasi krisis. Pengalaman Singapura dalam menangani dan mengelola krisis tersebut telah diakui oleh para manajer investasi di berbagai negara. Sehingga para pemilik dana ini menaruh kepercayaan di negara ini.Seperti diketahui, krisis ekonomi yang terjadi di suatu negara umumnya dimulai dari terjadinya krisis pada sektor keuangan. Dalam kondisi krisis tersebut, maka pemilik modal juga akan menjauh, yang berakibat pada semakin sulitnya lapangan pekerjaan, hingga pengangguran dan kemiskinan meningkat.
Industri Perbankan yang Kuat
Singapura juga dikenal lebih berpengalaman dalam mengelola aset investasi yang semakin menarik minat para investor dari berbagai negara, seperti deposito mata uang asing berbiaya murah dan bunga yang kompetitif.Selain itu, perbankan di Singapura juga memiliki banyak fitur-fitur yang menguntungkan bagi para nasabahnya. Seperti akses transfer secara bebas sepanjang waktu dan bersifat global, masuk ke pasar eksklusif, diversifikasi portofolio yang kuat, dan fasilitas penyimpanan multi mata uang.
(mdk/has)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Tingkat perkembangan ekonomi negara dan faktor sosial politik mempengaruhi kemungkinan berbisnis.
Baca SelengkapnyaSetidaknya, pada tahun 2021 dan 2022, ada sekitar 1.000 mahasiwa Indonesia berubah status menjadi warga negara Singapura.
Baca SelengkapnyaAda seribu warga Indonesia setiap tahun mengajukan diri pindah menjadi warga Singapura.
Baca SelengkapnyaSetidaknya, pada tahun 2021 dan 2022, ada sekitar 1.000 mahasiwa Indonesia berubah status menjadi warga negara Singapura.
Baca SelengkapnyaSebagai penerima beasiswa, Septian diwajibkan bekerja di perusahaan Singapura selama tiga tahun.
Baca SelengkapnyaSetidaknya, ada empat alasan masyarakat asing, termasuk Indonesia untuk berobat ke Singapura.
Baca SelengkapnyaPara orang kaya dunia umumnya tak tertarik untuk menumpuk kekayaan dalam bentuk uang tunai.
Baca SelengkapnyaAda beberapa hal yang perlu dipersiapkan untuk memaksimalkan peluang dari pengembangannya.
Baca SelengkapnyaDari penelitian yang dilakukan, melibatkan beragam keluarga dari berbagai negara, salah satunya Indonesia.
Baca SelengkapnyaPertemuan Rosan dengan PM Lawrence Wong membahas beberapa topik penting. Di antaranya terkait kondisi geopolitik serta potensi investasi.
Baca SelengkapnyaMenko Luhut targetkan skema investasi Family Office terbentuk sebelum Jokowi lengser di bulan Oktober 2024.
Baca Selengkapnya