Banyak negara berkembang iri pada produk sawit Indonesia
Merdeka.com - Pertumbuhan kelapa sawit di dalam negeri membuat iri negara berkembang lainnya. Sebab, tanaman sawit hanya mampu tumbuh subur di tanah dengan iklim tropis seperti di Indonesia.
Hal ini dikatakan Direktur Utama BPDP (Badan Pengelola Dana Perkebunan) Sawit, Dono Boestami di Pangkal Pinang, Rabu (26/4).
"Negara berkembang banyak yang iri, karena tanaman sawit hanya tumbuh di iklim tropis, enggak bisa tumbuh di Amerika, enggak bisa tumbuh di Eropa, mungkin ya," ujar Dono.
-
Kenapa kelapa sawit penting untuk perekonomian Indonesia? Kelapa sawit adalah salah satu komoditas yang penting untuk perekonomian Indonesia dan juga memiliki banyak kegunaan praktis dan kesehatan.
-
Apa itu Minyak Inti Sawit? Minyak inti sawit atau yang juga dikenal dengan sebutan palm kernel oil adalah minyak nabati yang diekstraksi dari biji (inti) buah kelapa sawit (Elaeis guineensis).
-
Siapa yang membawa kelapa sawit ke Indonesia? Tanaman ini dibawa oleh orang-orang Belanda ke Nusantara.
-
Dimana kelapa sawit pertama kali ditanam di Indonesia? Kelapa sawit pertama kali ditanam di Kebun Raya Bogor, pada tahun 1848 oleh orang Belanda yang datang ke Indonesia.
-
Bagaimana kelapa sawit menjadi komoditas ekspor? Pada 1919, komoditas kelapa sawit telah diekspor melalui perkebunan yang berada di pesisir Timur Sumatra.
-
Apa komoditi perkebunan yang dibudidayakan? Masa kolonial Belanda di Indonesia banyak ditemui berbagai macam perkebunan milik swasta yang menjadi sumber penghasilan yang begitu besar saat itu. Sebut saja Tembakau dan Karet, dua komoditi ini harganya tinggi di pasaran.
Pesatnya pertumbuhan sawit dalam negeri ditunjukkan dengan meningkatnya volume ekspor produk sawit tiap tahunnya.
Menurut data BPDP Sawit, di tahun 2014 Indonesia mengekspor 21,77 juta ton produk sawit. Volume tersebut naik menjadi 26,39 juta ton pada tahun 2015. Sedangkan, di tahun 2016 kembali mengalami peningkatan menjadi 28,26 juta ton dan hingga kuartal pertama 2017 sudah mencapai 6,34 juta ton.
Sementara itu, Ketua Dewan Pengawas BPDP Sawit, Djoko Hendratto mengungkapkan negara berkembang yang iri pada Indonesia hanya mampu menghasilkan soybeen atau minyak kedelai maupun rapeseed yang dikelola menjadi bahan untuk membuat vegetable oil.
Menurut perbandingan hasil olahan per hektarnya, kedua produk tersebut masih kalah dengan kelapa sawit. Dalam 1 hektar kebun sawit bisa menghasilkan 3,85 ton minyak sawit, sementara soybeen hanya menghasilkan 0,45 ton minyak kedelai dan rapeseed 0,69 ton per hektar.
Capaian tersebut menunjukkan negara berkembang terpaksa impor minyak sawit dari Indonesia demi memenuhi kebutuhan minyak makan bagi penduduknya. "Deman (permintaan) minyak sawit itu tinggi mengikuti pertumbuhan penduduk dunia. Kebutuhan minyak makan dunia dari sawit itu on the track," ungkapnya.
(mdk/idr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Dalam perdagangan minyak nabati, tidak semua exportir merupakan produsen minyak nabati.
Baca SelengkapnyaIndonesia sudah lama dikenal sebagai salah satu negara pengekspor terbesar kelapa sawit dan turunannya.
Baca SelengkapnyaKinerja industri kelapa sawit di Indonesia tak sebaik dari tahun kemarin.
Baca SelengkapnyaPresiden Jokowi meminta kalangan pengusaha membidik potensi dari hilirisasi produk perkebunan dan kelautan.
Baca SelengkapnyaRencana penyetopan ekspor CPO dan produk turunannya dikarenakan polemik yang tak kunjung usai antara Indonesia dan Uni Eropa.
Baca SelengkapnyaPrabowo mengklaim rencana itu dapat terealisasi dengan memanfaatkan hasil produksi kelapa sawit yang jadi salah satu andalan Indonesia.
Baca SelengkapnyaMendag meminta dukungan serta do'a masyarakat agar dilancarkan dan bisa menang dalam gugatan ini.
Baca SelengkapnyaPresiden memohon kepada Norwegia untuk memberi pemahaman dan persepsi yang tepat agar tidak terjadi diskriminasi terkait dengan sawit.
Baca SelengkapnyaSelain negara di Afrika, pemerintah juga menjajaki peluang impor minyak dari negara di kawasan Amerika Latin.
Baca Selengkapnya"Pertama harga minyak makan merah ini lebih murah dari minyak goreng di pasaran," kata Jokowi
Baca SelengkapnyaPermasalahan lainnya, petani di Indonesia masih sulit untuk memperoleh fasilitas kredit oleh lembaga perbankan.
Baca Selengkapnya