Beri harapan palsu dua tahun, akankah Foxconn ingkar ke Jokowi?

Merdeka.com - Hon Hai Precision Industry Co Ltd atau akrab disebut Foxconn selama dua tahun terakhir memberi harapan palsu pada pemerintah. Janji mereka membangun pabrik perakitan telepon seluler di Indonesia tak kunjung terealisasi.

Niatan pabrikan Taiwan itu menanamkan modal ke Indonesia pada Juli 2012, disambut gembira pemerintah. Foxconn berjanji menggelontorkan USD 10 miliar secara bertahap sampai 10 tahun. Pemerintah girang, karena dengan adanya Foxconn maka produk populer seperti iPhone atau iPad dirakit di Indonesia. Imbasnya, impor produk teknologi tinggi bisa berkurang.

Sekadar informasi, Badan Pusat Statistik ( BPS ), menyebutkan impor ponsel pada kuartal III 2013 menembus USD 1,76 miliar dengan berat 10,61 juta kilogram (Kg) yang berasal dari beberapa negara, yakni China, Vietnam, Meksiko, Taiwan, India dan lainnya.

Impor ponsel terbesar Indonesia terbesar dari China dengan nilai mencapai USD 943,15 juta. Otomatis, neraca perdagangan defisit, dan hal ini turut melemahkan nilai tukar Rupiah.

Menteri Perindustrian MS Hidayat sempat sesumbar pabrik Foxconn bisa berdiri di Indonesia akhir 2012. Dia juga menegaskan, perakit ponsel kelas dunia itu mematuhi syarat pemerintah merangkul perusahaan lokal sebagai penyedia lahan dan distributor produk. Seiring waktu, perusahaan Taiwan itu ingkar janji.

Awalnya mereka mengaku kesulitan mencari lahan seluas 200 hektar. Berikutnya, ada dalih lain belum tercapai kesepakatan dengan mitra lokal. Belum juga menentukan lahan, Foxconn kembali minta syarat aneh-aneh. Mereka berharap Kemenperin membantu buat melobi Kementerian Keuangan agar mereka memperoleh pembebasan pajak.

Hingga penghujung tahun 2013, Foxconn tak kunjung menuntaskan proses penanaman modal. Sampai akhirnya MS Hidayat memastikan Agustus 2013 Foxconn akan membangun pabriknya di Indonesia. Lagi-lagi, janji itu tak kunjung ditepati. Hidayat sempat curiga terkait sikap tarik ulur Foxconn soal investasi demi mendapat banyak kemudahan. Sebab, mereka mengetahui Indonesia butuh pabrik tersebut buat mengurangi impor ponsel.

"( Foxconn ) tahu dia diandalkan sekali sama kita untuk melakukan investasi ini. Makanya persyaratan mereka jadi banyak, tapi karena kita saling beritikad baik, investasi ini pasti bisa selesai," kata menperin.

Sampai beredar kabar, Foxconn bimbang memilih lokasi pabrik. Pilihannya di Cikande, Banten, atau di Yogyakarta. Masing-masing pemerintah daerah sudah proaktif menghubungi petinggi pabrikan itu.

Tak dinyana, Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo bergerak lebih cepat dari siapapun. Tanpa banyak terendus media, tiba-tiba saja akhir pekan lalu Presiden Direktur Foxconn Terry Gou dan sang gubernur menjalin Letter of Intent (LoI), jenis nota kesepahaman yang menyerupai Memorandum of Understanding (MoU). Gubernur DKI membeberkan rahasianya berhasil mengikat hati petinggi Foxconn .

Selain mengirim utusan langsung ke Taiwan buat bernegosiasi, dia memaparkan keuntungan bila pabrik itu dibangun di Ibu Kota.

"Penduduk di Jakarta sangat besar. Sehingga pembeli akan sangat banyak. Kenapa harus investasi di Jakarta karena pasarnya besar," kata pria akrab disapa Jokowi itu.

Pabrik Foxconn disepakati dibangun di Kawasan Berikat Nusantara (KBN) Marunda, Jakarta Utara. Lahan disediakan untuk sementara 20 hektar, tapi Pemprov DKI berjanji akan meningkatkannya hingga 200 hektar seperti kemauan sang perakit ponsel. Tapi, Hidayat mengingatkan Jokowi agar tak cepat puas. Dalam tradisi perjanjian bisnis, MoU bukan keputusan mengikat, bahkan bisa berubah tiba-tiba.

"MoU itu harus diikuti dengan bisnis agreement, karena MoU itu artinya belum mengikat, jadi mesti bentuknya perjanjian investasi, dan itu memerlukan banyak persiapan juga," kata menperin. Hidayat mendukung daerah manapun jadi basis produksi Foxconn . Asal, realisasinya harus tahun ini.

Sebab perusahaan Taiwan itu sudah dua tahun ingkar janji buat merealisasikan pembangunan pabriknya. "Siapa saja lah yang penting tahun ini direalisir. Sudah kelamaan tuh, dua tahun. Kelamaan," cetusnya.