Beroperasi Sejak Maret 2019, Intip Sumber Pendapatan MRT Jakarta
Merdeka.com - Moda Raya Terpadu atau MRT Jakarta sudah resmi beroperasi sejak 24 Maret 2019. Selama delapan bulan beroperasi, MRT Jakarta masih terus berupaya memperbaiki pelayanannya terhadap para penggunanya.
Demi kenyamanan para penggunanya juga, PT MRT Jakarta rupanya sudah memiliki konsep Transit Oriented Development (TOD) atau Kawasan Berorientasi Transit (KBT).
TOD atau KBT merupakan perancangan suatu kawasan untuk menyatukan masyarakat kota, kegiatan perkotaan, gedung dan bangunan, serta ruang publik secara bersamaan.
-
Kapan LRT Jabodetabek mulai beroperasi? Resmi dibuka pada 28 Agustus 2023 oleh Presiden Joko Widodo, LRT Jabodetabek memberikan pilihan transportasi modern yang diharapkan dapat mengurangi kemacetan serta memudahkan mobilitas bagi para pekerja dan penduduk di sekitar stasiun.
-
Bagaimana MRT Jakarta mengelola kerumunan? MRT Jakarta juga menyiapkan manajemen kerumunan (crowd management) melalui penambahan petugas dan peralatan pendukung seperti pengeras suara dan rambu penunjuk arah di area stasiun.
-
Kapan MRT Jakarta Fase 2A Bundaran HI-Kota segmen pertama selesai? Pembangunan Fase 2A MRT Jakarta yang akan menghubungkan Bundaran HI dengan Kota ini diharapkan selesai pada 2027 untuk segmen pertama, sementara segmen kedua ditargetkan rampung pada 2029.
-
Mengapa MRT dibangun? Selain saluran air, kabel, gas dan PAM, transportasi massal juga melintas di bawah tanah Jakarta. Terdapat enam kilometer jalur Mass Rapid Transit (MRT) di bawah tanah Jakarta. Tahukah Anda jika MRT sebenarnya sudah dirintis sejak era Orde Baru, yakni tahun 1985. Bagaimana perjalanan panjang dibangunnya MRT?
-
Bagaimana progres pembangunan MRT Jakarta Fase 2A Bundaran HI-Kota? Berdasarkan data yang dirilis PT MRT pembangunan MRT CP 201 (Stasiun Thamrin dan Monas) fase 2A MRT Jakarta mencapai 80,75 persen. Foto: Liputan6.com/Angga Yuniar Untuk CP 202 Stasiun Harmoni-Sawah Besar-Mangga Besar, pembangunannya mencapai 36,68 persen. Foto: Liputan6.com/Angga Yuniar Pembangunan CP 203 dari Stasiun Glodok-Kota terus berjalan lancar dan sudah mencapai 60,25 persen. Foto: Liputan6.com/Angga Yuniar Sementara, proyek CP 205, yang baru dimulai pada April 2024, telah mencapai progres 6,468 persen. Foto: Liputan6.com/Angga Yuniar
-
Kapan Transjakarta pertama kali beroperasi? Menengok ke belakang, Bus Transjakarta pertama kali mengaspal di jalan Ibu Kota pada tahun 2004, ditandai dengan peresmian Koridor 1.
Kemudian, dalam kawasan itu juga dilengkapi fasilitas pejalan kaki dan pesepeda yang memadai serta dekat dengan lokasi transit untuk menjangkau bagian kota lainnya.
Agar pembangunan TOD bisa terwujud, MRT Jakarta bersama dengan Pemprov DKI Jakarta turut menggandeng berbagai pihak, termasuk perusahaan swasta. Selain itu, PT MRT Jakarta juga berupaya agar bisa mencapai hasil pendapatan sesuai dengan harapan. Karena, pembangunan TOD sendiri membutuhkan biaya tak sedikit.
“Pendapatan TOD dan MRT bisa mencapai hampir Rp242 triliun jika semuanya sudah berhasil berjalan. Untuk modal TOD, paling setengah dari jumlah tersebut,” ujar Direktur Keuangan dan Manajemen Korporasi Tuhiyat di Jakarta, Sabtu (23/11).
Untuk itu, PT MRT Jakarta berusaha memperoleh pendapatan lebih. Pertama, pendapatan dari subsidi. Yang dimaksud dari sini yaitu subsidi dari pemerintah untuk para pengguna MRT Jakarta.
“Karena seharusnya yang anda bayar (sekali naik MRT) Rp30 ribu, tapi anda cukup bayar Rp8.000. Nah itu selisihnya ditanggung Pemprov. Yang disubsidi bukan MRT, tapi anda, penumpangnya,” kata Tuhiyat.
Oleh karenanya, besaran pendapatan yang didapat dari subsidi ini mencapai 58 persen. Selama delapan bulan MRT beroperasi, jumlah subsidinya mencapai Rp560 miliar.
Kemudian, pendapatan yang diterima MRT Jakarta berasal dari tiket. Tiket ini adalah pendapatan sehari-hari dari para penggunanya atau disebut juga dengan farebox. Dari sini, pendapatan diperoleh sebesar 18 persen.
Pendapatan ketiga MRT berasal dari nonfarebox atau pendapatan di luar tarif. Hingga saat ini, pendapatan yang diperoleh dari nonfarebox mencapai Rp225 miliar.
Lantas, dari mana sajakah pendapatan nonfarebox ini diperoleh?
Pendapatan Nonfarebox
Pendapatan nonfarebox yang pertama berasal dari iklan atau advertising. Totalnya untuk 2019 ini mencapai Rp124 miliar.
Kedua berasal dari telekomunikasi. Yang dimaksud dari telekomunikasi adalah provider-provider telepon seluler. Jadi, semua provide saat ini para pengguna sudah bisa akses dari bawah tanah.
Sekarang all provider bisa beroperasi dari bawah tanah ketika penumpang naik MRT. Ini walaupun cukup kecil (pendapatannya), kita akan fasilitasi. Kontribusinya sekitar Rp3 miliar. Telekomunikasinya ini untuk wifi, kemudian bisnis untuk mesin EDC, ucap Tuhiyat.
Kemudian yang ketiga adalah berasal dari retail. Retail ini terbagi menjadi dua kelompok. Kelompok pertama merupakan barang-barang atau perusahaan minuman dan makanan branded (bermerek). Kelompok kedua adalah UMKM. Akurasi UMKM dilakukan oleh BeKraf, sehingga PT MRT Jakarta hanya menerima saja.
Jadi UMKM nya di 13 stasiun, UMKM-nya 4 sampai 5 stasiun. UMKM kita fasilitasi dan itu melalui akurasi oleh BeKraf Jadi kita tau bersih. Berapa porsinya? Hanya 1 persen dari revenue kita. Yang menarik bukan dari dari pendapatannya, efek orang naik MRT jauh lebih banyak krn ada ini, ketertarikan, kata Tuhiyat.
Pendapatan keempat dari nonfarebox ini berasal dari naming write atau penambahan nama di belakang nama tiap stasiun.
Ini juga terbesar porsinya (dalam pendapatan nonfarebox). Sekarang ada 5 yaitu Blok M, Dukuh Atas, Istora, Setia Budi, dan Lebak Bulus. Terbesar dan termahal ada di ujung, kata Tuhiyat.
Kontrak naming write ini adalah dua sampi lima tahun. Semunya bervariasi.
Naming write itu dari semua nonfarebox saat ini adalah yang terbesar, kemudian setelah itu baru advertising atau iklan. Nominalnya saya tidak terlalu hafal tapi kalau Grab di Lebak Bulus itu sekitar Rp33 miliar per tahun, papar Tuhiyat.
Untuk proses naming write stasiun lain hingga saat ini masih dalam proses. Namun yang jelas, untuk Bundaran HI akan jadi terakhir.
Yang kita hold HI dulu, MRT HI nanti terakhir. Pokoknya kita jual paling mahal karena sudah pusat kota, yang kedua di ujung sehingga disebut terus ditiap stasiun, pungkas Tuhiyat.
Sumber: Liputan6
Reporter: Devira Prastiwi
(mdk/did)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
MRT Jakarta pertama kali beroperasi melayani masyarakat pada 24 Maret 2019.
Baca SelengkapnyaDia mengatakan MRT rute Bundaran HI-Lebak Bulus mengubah wajah transportasi di Jakarta dan Indonesia.
Baca SelengkapnyaMRT berhasil melayani rata-rata 54.181 penumpang pada 2022.
Baca SelengkapnyaSeluruh stasiun akan dibuka sesuai dengan jam operasional pukul 05.00- 24.00 WIB
Baca SelengkapnyaSelama periode 1 Januari hingga 30 Juni 2023 telah menganggkut 15.118.472 orang. Artinya, lebih dari 83 ribu orang per hari naik MRT.
Baca SelengkapnyaWajah Jakarta sudah berubah. Berbagai pembenahan dilakukan. Sebagian kawasan ibu kota kini tertata rapi. Kini, jauh di dalam tanah Jakarta.
Baca SelengkapnyaSelama KTT ASEAN berlangsung, hanya kendaraan tertentu dan transportasi umum yang bisa melintas.
Baca SelengkapnyaPada pembangunan fase tersebut akan dibangun lintas MRT Jakarta dari Medansatria hingga Tomang sepanjang 24,5 kilometer.
Baca SelengkapnyaDia meyakini keberadaan MRT lintas timur ke barat ini akan memberikan dukungan kepada Jakarta sebagai kota global dan aglomerasi.
Baca SelengkapnyaPembiayaan proyek ini melibatkan pinjaman dari Japan International Cooperation Agency (JICA) yang bekerja sama dengan Asian Development Bank (ADB).
Baca SelengkapnyaPenyerahan BED merupakan salah satu batu loncatan bagi perkembangan transportasi massal berbasis rel di Indonesia, khususnya di Jakarta.
Baca SelengkapnyaLRT Jakarta Fase 1B diharapkan dapat memudahkan mobilitas masyarakat dan mendorong integrasi moda angkutan umum di Jakarta.
Baca Selengkapnya