BPS catat neraca perdagangan RI surplus USD 11,84 miliar di 2017
Merdeka.com - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan Indonesia pada Desember 2017 mengalami defisit sebesar USD 270 juta. Angka ini berasal dari nilai ekspor pada Desember 2017 menurun menjadi USD 14,79 miliar dan sementara nilai impor yang juga menurun menjadi USD 15,06 miliar.
Kepala BPS, Suhariyanto, mengatakan defisit tersebut merupakan yang pertama kalinya sejak Juli 2017. Selain itu, naiknya harga minyak dunia juga menjadi penyumbang dari defisit neraca perdagangan ini.
"Dengan posisi ini neraca perdagangan Indonesia pada Desember 2017 mengalami defisit sebesar USD 270 juta, ini merupakan defisit kedua, karena defisit pertama terjadi pada Juli 2017," katanya di Gedung BPS, Jakarta, Senin (15/1).
-
Mengapa Indonesia surplus perdagangan dengan Malaysia? 'Kalau dihitung bulan, lebih dari 48 bulan kita surplus terus, Alhamdulillah,' ucap Didi Sumedi Sidoarjo saat melepas ekspor perdana produk kosmetik PT Wahana Kosmetika Indonesia (WKI) ke Malaysia.
-
Bagaimana deflasi dihitung oleh BPS? BPS mencatat bahwa pada bulan tersebut, terjadi deflasi sebesar 0,12 persen secara bulanan, yang menyebabkan penurunan Indeks Harga Konsumen (IHK) dari 106,06 di bulan Agustus 2024 menjadi 105,93 di bulan September 2024.
-
Kapan deflasi di Indonesia terjadi? Badan Pusat Statistik (BPS) menginformasikan bahwa Indonesia mengalami deflasi lagi pada bulan September 2024.
-
Apa total utang Amerika Serikat? Data per 9 Mei 2023 mencatat, utang Amerika Serikat mencapai USD31,5 triliun atau setara Rp463.000 triliun.
-
Bagaimana cadangan devisa Indonesia mendukung perekonomian? 'Bank Indonesia menilai cadangan devisa tersebut mampu mendukung ketahanan sektor eksternal serta menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan,' ucap Erwin.
-
Apa yang membuat cadangan devisa RI meningkat? 'Kenaikan posisi cadangan devisa tersebut dipengaruhi oleh penerimaan pajak. Faktor lainnya, jasa serta penarikan pinjaman luar negeri pemerintah, di tengah kebutuhan stabilisasi nilai tukar Rupiah sejalan dengan masih tingginya ketidakpastian pasar keuangan global.'
Dia menjelaskan, sektor non migas justru mencatat surplus sebesar USD 770 juta. Namun, catatan positif tersebut terkoreksi dengan defisit sektor minyak dan gas sebesar USD 1,04 miliar.
"Ini terjadi karena surplus sektor nonmigas tetapi terkoreksi neraca perdagangan Indonesia sektor migas sebesar USD1,04 miliar. Ini harus hati-hati karena harga minyak terus mengalami peningkatan karena ada pemangkasan produksi dari OPEC dan Rusia," jelasnya.
Sementara itu, secara kumulatif neraca perdagangan Indonesia dari Januari hingga Desember 2017 mengalami surplus USD 11,84 miliar. Menurutnya, surplus ini lebih tinggi dari surplus tahun 2015 sebesar USD 7,67 miliar dan 2016 yang sebesar USD 9,53 miliar.
"Kita berharap optimis 2018 surplusnya lebih besar lagi. Surplus ini terjadi karena surplus nonmigasnya besar yaitu USD20 miliar, tapi terkoreksi oleh defisit di migas sebesar USD8,56 miliar."
(mdk/azz)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Pudji menerangkan, surplus tersebut ditopang oleh komoditas non migas yaitu sebesar USD4,62 miliar
Baca SelengkapnyaNeraca perdagangan Indonesia per Juli 2024 turun sebesar USD470 juta menjadi USD1,92 miliar dibanding bulan sebelumnya yang mencapai USD2,39 miliar.
Baca SelengkapnyaNamun demikian, pendapatan negara mengalami kontraksi sebesar 5, 4 persen secara tahunan (year on year/yoy).
Baca SelengkapnyaNeraca perdagangan Indonesia pada Oktober 2024 membukukan surplus sebesar USD 2,48 miliar.
Baca SelengkapnyaNeraca perdagangan komoditas migas tercatat defisit USD1,89 miliar dengan komoditas penyumbang defisit adalah hasil minyak dan juga minyak mentah.
Baca SelengkapnyaSurplus perdagangan pada Juni 2024 ini diakibatkan nilai ekspor yang masih lebih tinggi daripada impor.
Baca SelengkapnyaCatatan ini memperpanjang daftar surplus selama 41 bulan berturut-turut.
Baca SelengkapnyaRealisasi pendapatan negara pada Mei 2024 tersebut anjlok 7,1 persen secara year on year (yoy).
Baca SelengkapnyaSurplus neraca perdagangan bulan Agustus 2024 lebih tinggi dibandingkan dengan bulan sebelumnya.
Baca SelengkapnyaAPBN pada Juli mengalami defisit Rp93,4 triliun atau 0,41 persen dari PDB.
Baca SelengkapnyaMeski mengalami defisit, kinerja APBN selama Agustus diklaim mengalami perbaikan.
Baca SelengkapnyaSecara tahunan, nilai impor Juli 2024 mengalami peningkatan 11,07 persen.
Baca Selengkapnya