Cerita Sedih Miliuner Pendiri Huawei, Hidup di Rumah Reot Hingga Harus Makan Gandum
Merdeka.com - CEO Huawei Ren Zhengfei sebelumnya dikenal sebagai orang yang tertutup. Namun, kini dia membuka diri menceritakan tentang bagaimana dirinya memulai Huawei.
Kini di usia 75 tahun, dia memiliki kekayaan sebesar USD 1,3 miliar atau Rp18,28 triliun (USD 1 = Rp14.066). Ren menempati posisi ke-276 untuk orang terkaya di China dalam Bilionaires Indek menurut Forbes.
Sebelum meraih kesuksesannya berkat Huawei, Ren lebih dulu merasakan hidup susah. Dia terlahir dari keluarga miskin, yang hanya memakan tanaman sereal seperti, jagung atau gandum. Kondisi tempat tinggalnya pun sudah rusak, dinding rumahnya sudah retak.
-
Apa yang membuat Eng Sin menjadi miskin? Petaka hadir setelah rumah tangganya hancur.
-
Kenapa petani di DIY miskin? Salah satu golongan masyarakat yang terdampak itu adalah para buruh tani. Mereka menjadi penyumbang angka penduduk miskin di DIY dengan angka pendapatan berkisar Rp600 ribu setiap bulannya.
-
Bagaimana Si Kantan menjadi kaya? Benar adanya, bambu-bambu tersebut dijual dengan harga selangit, membuat diri Si Kantan jadi kaya raya.
-
Siapa yang pernah mengalami masa sulit? Momen 8 Artis Mengenang Masa Sulit, Ada yang Mau Makan 3.000 Mikir Panjang dan Bahkan Rela Menjadi Supir Artis.
-
Mengapa Ki Ageng Suryomentaram hidup sebagai rakyat jelata? Walaupun terlahir dari keluarga ningrat, Ki Ageng Suryomentaram (1892-1962) memilih jalan hidupnya dengan menjadi rakyat jelata. Ia hidup menyendiri dan bertapa di tempat-tempat sepi.
-
Siapa yang terkena dampak kemiskinan pada otak? Dalam studi yang sudah dipublikasikan di JNeurosci, dilibatkan 751 individu berusia antara 50 dan 91 tahun, ditemukan bahwa mereka yang tinggal dalam kemiskinan menunjukkan lebih banyak tanda-tanda penuaan pada white matter otak mereka dalam pemindaian MRI, serta mendapat skor lebih rendah dalam tes kognitif dibandingkan dengan mereka yang tinggal di rumah tangga yang lebih makmur.
Ren lahir di kota kecil, yang bernama Zhenning Buyei Miao Autonomous County, yang saat itu penduduknya sangat miskin. Sehingga dia tidak mengetahui dunia luar. Orang tua Ren adalah seorang guru, maka dia adalah satu-satunya anggota keluarga yang mendapatkan pendidikan tinggi.
Seperti mengutip Business Insider, pada tahun 1974, dia sempat menjadi tentara sebagai teknisi laboratorium militer dan ditempatkan di Liaoyang, provinsi pedesaan di Cina Timur Laut. Lalu, dia membangun rumah sederhana bersama tentara-tentara lain, untuk berlindung dari dinginnya angin.
Miliki Pekerjaan Kedua
Setelah menjadi teknisi militer, dia memiliki pekerjaan kedua. Namun, dia dipecat. Beberapa tahun kemudian, dia memulai bisnis Huawei. Awalnya semua investor menarik diri. Meskipun begitu, Ren tetap berjuang, dan memulai dengan modal awal sebesar USD 3000 atau Rp42 juta.
"Terlepas dari kondisi kehidupan yang sulit ini, pekerjaan teknik kami sebenarnya cukup maju dan sangat otomatis, dan kami memiliki kesempatan langka untuk belajar. Jadi terlepas dari kondisi kehidupan yang sulit, kami sangat bahagia. Pabrik itu seperti sebuah oasis di padang pasir," ujar Ren dalam wawancara dengan BBC.
Julukan
Saat menjadi teknisi militer, dia dikenal sebagai penemu yang banyak bereksperimen, dan menciptakan berbagai mesin, seperti membangun generator tekanan standar bola mengambang menggunakan nol referensi atau cetak biru.
Maka, dia diberi julukan "Ren-Tech" oleh tentara lain. Selanjutnya, pada tahun 1987, saat dia berusia 44 tahun, seperti perusahaan raksasa China lainnya, Alibaba. Huawei juga lahir di sebuah apartemen kecil.
Ternyata, saat itu bisnis yang dilakukan oleh Ren tidak mendapatkan bantuan satu sen pun dari pemerintah. Dia kemudian mengumpulkan sendiri para investor, meskipun akhirnya para investor itu menarik diri. Setelah Huawei berhasil, terdapat kendala lain, yakni perusahaan Hong Kong memutuskan pasokan switch.
Meskipun begitu, dia membuat sendiri pada tahun 1990."Pada saat itu, kami tidak punya pilihan lain, Kami tidak memikirkan apa yang akan terjadi jika kami gagal." ujar Ren.
Sumber: Liputan6.com
(mdk/idr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Saat usianya menginjak 75 tahun, pendiri Huawei memiliki kekayaan sebesar USD 1,3 miliar atau Rp18,28 triliun (USD 1 = Rp14.066).
Baca SelengkapnyaTak terkira, sosoknya justru punya prinsip hidup sederhana dan rela menderita.
Baca SelengkapnyaPotret kehidupan masyarakat di desa pedalaman di Cianjur, Jawa Barat.
Baca SelengkapnyaWalau hidup serba kekurangan, ia tampak selalu tersenyum
Baca SelengkapnyaSeikat kangkung dan 2 telur ini untuk makan sahur 9 anggota keluarganya.
Baca SelengkapnyaSaat berada di puncak kekayaan, sindrom Orang Kaya Baru (OKB) membawanya kembali ke titik terendah.
Baca SelengkapnyaSimak cerita inspiratif anak pedagang gorengan yang sukses jadi peneliti di Jepang.
Baca SelengkapnyaPerjalanan hidup Zhang adalah bukti nyata kekuatan tekad dan kerja keras yang mampu mengubah nasib seseorang.
Baca SelengkapnyaElon Musk, kini miliarder, menghabiskan masa kuliahnya hidup dengan Rp15 ribu sehari, menunjukkan keberaniannya dalam menghadapi kesulitan.
Baca SelengkapnyaUntuk makan malam, Branson menyukai makan bersama kelompok besar, dengan tujuan untuk berbagi cerita dan ide.
Baca SelengkapnyaMengingat kekayaannya kini mencapai Rp1.700 triliun, ternyata Jensen bukanlah orang yang berasal dari keluarga kaya
Baca SelengkapnyaSaat itu, Rano masih ingat jika dia dan keluarga tinggal Gang 7 Kemayoran.
Baca Selengkapnya