Dampak Positif RI Turun Kelas ke Negara Berpenghasilan Menengah Bawah
Merdeka.com - Indonesia kembali dikategorikan sebagai negara berpenghasilan menengah bawah atau lower middle income country. Pada 2019, Indonesia sempat naik kelas karena dianggap memiliki pendapatan per kapita yang terus naik.
Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudistira mengatakan, ada dampak positif dari turunnya kelas tersebut. Salah satunya adalah Indonesia akan kembali memperoleh fasilitas GSP.
Generalized System of Preference (GSP) adalah fasilitas perdagangan berupa pembebasan tarif bea masuk yang diberikan secara unilateral oleh Pemerintah AS kepada negara-negara berkembang di dunia sejak 1974.
-
Apa target pertumbuhan ekonomi Indonesia? Badan Anggaran (Banggar) DPR RI dan Pemerintah menyepakati target sasaran pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun 2025 mendatang berada pada rentang 5,3 persen sampai 5,6 persen.
-
Mengapa Indonesia melihat CCS sebagai potensi ekonomi besar? Pemerintah melihat Indonesia memiliki potensi ekonomi besar dengan Carbon Capture Storage.
-
Apa perubahan sosial budaya yang terjadi di Indonesia? Terdapat beberapa gambaran perubahan sosial dan buaya yang terjadi di Indonesia, mulai dari perpindahan masyarakat, gender, hingga pola konsumsi.
-
Dimana jurusan dengan gaji tinggi di Indonesia? Rekayasa Rp570.616.000Ilmu Komputer dan Informasi Rp477.229.000Matematika Rp340.875.000Teknisi Teknik Rp311.141.000Bisnis Rp205.191.000Arsitektur Rp2.000.000Profesi Keperawatan dan Kesehatan Rp2.000.000Fisika, Kimia dan Geologi Rp1.688.220Ilmu sosial Rp118.454.000Studi Interdisipliner Rp69.656.000
-
Apa yang terjadi di Indonesia? Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprakirakan dalam sepekan ke depan hampir seluruh wilayah di Indonesia akan dilanda suhu panas.
-
Bagaimana pertumbuhan ekonomi bisa dicapai? Pengembangan kuantitas produksi berikut umumnya disebabkan oleh semakin majunya teknologi, adanya inovasi bisnis yang efisien serta eskalasi minat konsumen pada tren tertentu.
"Positifnya, Indonesia masih tetap mendapat fasilitas perdagangan seperti GSP," ujar Bhima kepada merdeka.com, Jakarta, Kamis (8/7).
Dengan demikian, artinya kalau Indonesia akan mengekspor barang ke luar negeri maka tarif bea masuk akan lebih rendah. Sebab, dianggap sebagai negara yang membutuhkan asistensi.
"Mau ngirim barang ke luar negeri tarifnya rendah karena dianggap negara dengan pendapatan menengah ke bawah atau negara yang membutuhkan asistensi dari negara negara maju," kata Bhima.
Namun, kondisi ini kurang menguntungkan bagi Investasi di Indonesia. Karena, negara negara akan berpikir berkali-kali masuk ke Indonesia.
"Konsekuensi lain, Indonesia akan kurang diminati dalam hal investasi. Karena sama saja seperti negara misalnya Timor Leste. Jadi Indonesia tidak termasuk negara tujuan investasi secara profil resiko aman. Artinya minat invest dari luar untuk menanam modal jangka panjang akan berkurang. Dia akan mencari negara lain," jelasnya.
Kemudian, Indonesia juga akan ketagihan meminjam utang. Karena dengan penurunan kelas ini akan banyak negara yang menyodorkan pinjaman. Sebab dianggap Indonesia belum mampu mendorong penerimaan pajak sendiri atau sumber-sumber pembiayaan di dalam negeri.
"Sehingga konsekuensinya menjadi negara yang meminta pinjaman kepada para kreditur. Jadi akan semangat ngutang, karena semakin banyak yang ngutangin. Utang akan menjadi beban dimana tiap tahun harus bayar bunga," tandasnya.
(mdk/azz)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Thomas mengakui, fenomena penurunan kelas menengah ini akan menjadi pekerjaan rumah bagi pemerintahan presiden terpilih Prabowo Subianto.
Baca SelengkapnyaData IMF per Juni 2023 menunjukkan ada 36 negara yang berada dalam tekanan ekonomi akibat beban utang yang meningkat.
Baca SelengkapnyaSalah satu faktornya adalah kinerja ekspor sepanjang tahun 2023 mampu menembus USD 258,82 miliar.
Baca SelengkapnyaMenko Perekonomian membahas mengenai daya beli kelas menengah yang menurun dan berpengaruh pada perekonomian Indonesia.
Baca SelengkapnyaSaat ini jumlah kelas menengah masih sebesar 17,13 persen dari total populasi masyarakat.
Baca SelengkapnyaKetua Umum Himpunan Peritel dan Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia, Budihardjo Iduansjah menyebut bahwa ada perubahan pola konsumsi masyarakat kelas menengah.
Baca SelengkapnyaJumlah kelas menengah di Indonesia pada tahun 2023 tercatat 52 juta jiwa atau 18,8 persen dari total penduduk Indonesia.
Baca SelengkapnyaMenteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyatakan pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal II-2023 sebesar 5,17 persen (yoy).
Baca SelengkapnyaPemerintah Indonesia harus banyak belajar dari pengalaman negara lain dalam menengani permasalahan kelas menengah.
Baca SelengkapnyaMenko PMK Muhadjir Effendy mengklaim angka kemiskinan ekstrem di Indonesia turun drastis dari 4 persen menjadi 0,8 persen dalam satu dekade
Baca SelengkapnyaSejumlah gebrakan diplomasi ekonomi Kementerian Luar Negeri ini sekaligus menjawab tudingan cawapres nomor urut 3, Mahfud MD.
Baca SelengkapnyaMayoritas pengeluaran kelompok kelas menengah untuk sektor makanan. Disusul sektor perumahan dan barang jasa lainnya.
Baca Selengkapnya