Ekonomi Digital Diprediksi Bakal Pangkas Jumlah Bank di Indonesia
Merdeka.com - Perhimpunan Bank Nasional (Perbanas) menyatakan bahwa ke depan akan terjadi pengurangan jumlah bank di Indonesia. Hal ini disebabkan oleh adanya bank yang melakukan konsolidasi.
Konsolidasi merupakan hal yang tidak dapat dihindarkan dalam perkembangan sektor perbankan ke depan. Hal ini mutlak dilakukan untuk memperkuat aspek permodalan bank. Selain itu perkembangan ekonomi digital mengharuskan setiap bank untuk memperkuat investasi di sisi IT.
"Persaingan DPK, terutama dana murah, CASA, kan challenging. Bank yang punya teknologi dan punya platform dan cabang tentu akan lebih mampu menggalang DPK yang lebih banyak. Sehingga mungkin perbankan Indonesia jumlahnya akan berkurang secara signifikan. Hanya ada bank-bank yang punya skala, baik skala fisik maupun digital yang benar-benar kuat yang bisa survive," kata Ketua Umum Perbanas, Kartika Wirjoatmodjo, di Plaza Mandiri, Jakarta, Rabu (14/11).
-
Siapa saja yang termasuk Bank Pemerintah di Indonesia? Daftar bank BUMN di Indonesia antara lain adalah BRI, BNI, Bank Mandiri, dan BTN.
-
Kenapa kebutuhan uang Bank Indonesia meningkat? 'Jumlah tersebut meningkat 12,5 persen, jika dibandingkan dengan kebutuhan uang dalam periode yang sama menjelang nataru di akhir tahun 2022 sebesar Rp 2,4 triliun rupiah,' kata Erwin, dalam keterangan tertulisnya, Selasa (12/12).
-
Siapa saja bank yang terlibat? Bank Rakyat Indonesia, Bank Katimtara, Bank Perkreditan Rakyat merupakan perbankan yang turut berpartisipasi dalam acara Sosialisasi Penguatan Modal tersebut.
-
Bagaimana Bank Indonesia mencabut uang logam? Selain itu, dalam rangka mempertimbangkan masa edar yang cukup lama dan perkembangan teknologi bahan atau material uang logam, Bank Indonesia mencabut dan menarik uang rupiah logam pecahan Rp 500 Tahun Emisi (TE) 1991.
-
Bagaimana cara Bank Pemerintah mengelola keuangan negara? Bank pemerintah bertanggung jawab untuk mengelola keuangan publik, termasuk penerimaan dan pengeluaran negara. Mereka memproses transaksi keuangan pemerintah, mengelola anggaran, dan memastikan keseimbangan keuangan yang sehat.
-
Kenapa Indonesia di masa depan diprediksi menjadi sepi? Akun TikTok ini menggunakan AI untuk menggambarkan kondisi Indonesia bak kota mati di masa mendatang.
Meskipun demikian, Direktur Utama PT Bank Mandiri ini menjelaskan bahwa konsolidasi bukanlah sesuatu yang perlu dicemaskan. Sebab konsolidasi merupakan upaya biasa yang akan ditempuh agar tetap bertahan di tengah perkembangan zaman.
Dunia perbankan, kata dia, dengan sendirinya akan melakukan konsolidasi sebagai upaya untuk mempertahankan bisnis. Beberapa bank, sebut dia bahkan sudah menjalankan strategi konsolidasi.
"Tanpa perlu ada regulasi, atau arahan yang top down, konsolidasi ini pasti terjadi. Kita dari dulu tunggu konsolidasi ini kapan terjadi ya. Sekarang ini waktunya," jelas dia.
"Makanya kita lihat, setahun terakhir kita lihat bank-nya Bu Rita, Danamon, BTPN, itu secara natural komersial pasti akan terjadi karena punya tujuan untuk investasi IT. Kebutuhan untuk sumber funding yang jangka panjang itu dibutuhkan untuk memenangkan atau bertahan dalam persaingan di masa yang akan datang," tandasnya.
(mdk/azz)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Jumlah bank bangkrut pada tahun ini telah mengalami peningkatan pesat lebih dari tiga kali lipat dibandingkan tahun lalu.
Baca SelengkapnyaMeningkatnya fragmentasi ekonomi dan geopolitik yang bersumber tidak hanya dari konflik Rusia-Ukraina, namun juga tensi geopolitik antara China dan AS.
Baca SelengkapnyaKehadiran QRIS merupakan inisiasi dari Bank Indonesia bersama Asosiasi Sistem Pembayaran Indonesia untuk menjawab kebutuhan masyarakat.
Baca SelengkapnyaProyeksi Bank Indonesia tersebut didasarkan oleh tiga indikator utama, yakni perekonomian global cenderung melambat.
Baca SelengkapnyaOJK telah melakukan pencabutan izin kepada sejumlah bank di daerah.
Baca SelengkapnyaIndonesia mulai memasuki pesta demokrasi yang dapat memengaruhi risk appetite investor dan pelaku usaha.
Baca SelengkapnyaBank BTN melakukan substitusi layanan ke digital channel dengan menutup outlet dan KCP yang dinilai tidak produktif.
Baca SelengkapnyaTigor mengingatkan penting juga untuk waspada. Sebab, perekonomian global masih dihadapkan dengan ketidakpastian.
Baca SelengkapnyaOJK sedang menyusun rancangan peraturan OJK (RPJOK) terkait konglomerasi keuangan.
Baca SelengkapnyaSekitar 78 persen nasabah Indonesia kini menggunakan perbankan digital secara aktif, meningkat secara signifikan dari 57 persen pada 2017.
Baca SelengkapnyaGenerasi Y, Z dan Alpha akan lebih dominan melakukan preferensi pembayaran secara digital sehingga mendorong peningkatan transaksi keuangan digital.
Baca SelengkapnyaData OJK: Sisa Utang BUMN Karya ke Bank Himbara Tembus Rp78 Triliun
Baca Selengkapnya