Google: Permintaan Bisnis Pesan Antar Makanan Lebih Tinggi Dibanding Transportasi
Merdeka.com - Google mencatat, bisnis pesan antar makanan semakin menarik di Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Tahun ini, penjualan atau Gross Merchandise Value (GMV) dari bisnis antar makanan online di ASEAN mencapai USD 5,2 miliar atau Rp70,82 triliun.
Di Indonesia, Google menemukan animo masyarakat terhadap jasa antar makanan sangatlah tinggi. Itu tercermin dari tingginya pencarian brand antar makanan di Google sampai 13 kali lipat, tertinggi dibanding negara-negara tetangga.
"Sebagian (perusahaan ride-hailing) sharing bahwa, 'sekarang saya GMV-nya sudah lebih banyak, lebih tinggi, di food delivery dibanding transportasi doang.' Jadi food delivery ada opportunity yang sangat besar sekali", ujar Managing Director Google Indonesia Randy Jusuf di Jakarta, Senin (7/10).
-
Di mana tempat usaha makanan yang populer? Awalnya, usaha ini hanya menyediakan berbagai jenis minuman kopi saja. Seiring berjalannya waktu, kedai kopi banyak menyajikan makanan hingga suasana yang unik dan estetik.
-
Nasi goreng apa yang paling banyak dicari? Nasi goreng merupakan salah satu makanan khas Indonesia dan menjadi favorit banyak orang di segala usia. Makanan yang menggunakan bahan dasar nasi ini bahkan sudah diakui menjadi salah satu makanan terlezat di dunia.
-
Apa Google itu? Google, yang kini menjadi elemen penting dalam kehidupan digital kita, diciptakan oleh dua inovator teknologi, Larry Page dan Sergey Brin.
-
Apa jenis makanan yang paling sering dicari? Di masa kini, banyak peminat yang mencari jenis makanan tersebut. Contoh makanan setengah jadi antara lain sosis, bakso, dan daging asap, hingga berbagai makanan beku lainnya.
-
Di mana nasi goreng populer? Di Asia Tenggara pun kita akan mudah menemukan nasi goreng dengan berbagai varian.
-
Dimana sate goreng populer di Indonesia? Sate menjadi salah satu olahan daging yang mudah ditemukan di berbagai daerah di Indonesia.
Berdasarkan laporan e-Conomy South East Asia (SEA) 2019 yang disusun Google, Temasek, dan Bain & Company, bisnis pesan antar makanan telah menjadi kunci keuntungan bagi Grab dan Gojek. Keduanya merupakan pemimpin dari jasa antar makanan online di Asia Tenggara.
Meski demikian, bisnis antar makanan ini sudah menutup pemain besar. Perusahaan lokal seperti FastGo (Vietnam) dan Micab (Filipina) juga siap bersaing, bahkan di China layanan antar makanan milik Alibaba dijegal oleh Meituan.
"Layanan ini menjadi makin umum bagi pekerja profesional yang sibuk dan para keluarga untuk memesan makanan online untuk makanan sehari-hari, dan acara spesial. Berkat menghindarkan konsumen dari ketidaknyamanan cuaca panas dan kemacetan, jasa antar makanan telah menjadi makin populer di area metropolitan," jelas laporan e-Conomy SEA 2019.
Kehadiran promo dan marketing menarik menjadi pendorong popularitas jasa ini. Tetapi, kehadiran banyak jenis makanan harga terjangkau di aplikasi mulai menjadi daya tarik utama jasa ini bagi konsumen.
Sekarang penjualan jasa antar makanan baru sebesar USD 5,2 miliar, sedikit lebih rendah dari transportasi online, yakni USD 7,5 miliar. Namun, pada tahun 2025 nanti diprediksi penjualan jasa antar makanan akan mencapai USD 20 miliar dan setara jasa transportasi online.
Reporter: Tommy Kurnia
Sumber: Liputan6.com
(mdk/azz)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Permintaan nasi ampok jagung instan naik drastis seiring mahalnya harga beras. Usaha rumahan nasi ampok jagung di Jombang cuan jutaan rupiah per hari
Baca SelengkapnyaDi salah satu restoran Inggris, harga satu porsi tempe bisa mencapai USD20 atau sekitar Rp307.000.
Baca SelengkapnyaAdapun total nilai ekspor Mayora ke-400.000 ini mencapai USD 1 juta atau sekitar Rp15,8 miliar.
Baca SelengkapnyaBerdasarkan survei dari MetrixLab pada tahun 2024, sinergi Tokopedia dan ShopTokopedia juga menarik lebih banyak pengguna loyal.
Baca SelengkapnyaMasih banyak masyarakat yang lebih senang belanja offline dibanding belanja online.
Baca SelengkapnyaTerdapat sekitar 700 merek franchise asing yang beroperasi di tanah air, jauh mengungguli jumlah franchise lokal yang hanya sekitar 130 merek.
Baca SelengkapnyaJika kualitas produk yang dijual disenangi masyarakat global, ekspansi membangun bisnis di luar negeri bukan hanya cita-cita.
Baca SelengkapnyaBerdasarkan data dari Asosiasi Franchise Indonesia (AFI), industri ini mencatatkan pertumbuhan rata-rata sebesar 10-15% per tahun sejak 2019.
Baca Selengkapnya