Indonesia Wajib Waspada Peningkatan Efek Rumah Kaca Saat Pemulihan Ekonomi
Merdeka.com - World Meteorological Organization (WMO) mencatat, selama masa pandemi Covid-19, emisi gas rumah kaca (GRK) mengalami penurunan hingga 6 persen. Sayangnya, penurunan emisi tersebut disinyalir hanya dalam jangka pendek.
"Setelah kita lakukan pendalaman, ternyata hanya sementara, itu harus dengan peta jalan yang konkret. Ini harus dipantau carbon reduction," kata Kepala Pusat Kebijakan Sektor Keuangan, Badan Kebijakan Fiskal, Kementerian Keuangan, Adi Budiarso dalam Webinar LPPI bertajuk 'Mengelola Disrupsi Kembar', Jakarta, Jumat (3/7).
Pola peningkatan laju emisi umumnya beriringan dengan laju pertumbuhan ekonomi pasca krisis. Hal ini sempat terjadi di Amerika Serikat.
-
Apa dampak CO2 bagi kehidupan? CO2, atau karbon dioksida memiliki beberapa bahaya yang signifikan bagi kehidupan dan lingkungan, seperti misalnya: Pemanasan Global, Perubahan Cuaca Ekstrem, Asidifikasi Laut, Kerusakan Ekosistem, Kelaparan dan Kekeringan, Polusi Udara dan Kesehatan Manusia, Hujan Asam, Efek Rumah Kaca.
-
Mengapa penyerapan karbon menurun? Penelitian ini menyimpulkan bahwa hutan dan tanah hampir tidak mampu menyerap karbon, disebabkan oleh jumlah karbon yang dihasilkan jauh lebih tinggi dibandingkan kemampuan alam untuk menyerapnya.
-
Apa efek rumah kaca itu? Efek rumah kaca adalah proses yang terjadi ketika gas di atmosfer bumi memerangkap panas matahari.
-
Apa dampak pandemi Covid-19? Pandemi Covid-19 mengubah tatanan kesehatan dan ekonomi di Indonesia dan dunia. Penanganan khusus untuk menjaga keseimbangan dampak kesehatan akibat Covid-19 serta memulihkan ekonomi harus dijalankan.
-
Apa dampak kenaikan suhu global terhadap lingkungan? Kenaikan suhu global memiliki dampak yang luas dan serius terhadap lingkungan serta kesehatan manusia.
-
Apa itu efek rumah kaca? Efek rumah kaca adalah fenomena alami di mana gas rumah kaca menahan panas dari matahari di atmosfer bumi.
Berdasarkan Natural Change dan Global Carbon Project, sejak negara-negara merelaksasi kebijakan penguncian wilayah (lockdown) demi pemulihan ekonomi, tingkat emisi Co2 dari bahan bakar fosil kembali meningkat. Walaupun sebelumnya sempat mengalami penurunan drastis di Bulan Maret dan April 2020.
Peningkatan intensitas emisi gas rumah kaca di atmosfer terus mengalami tren peningkatan. Sehingga mempercepat terjadinya perubahan iklim .
Berdasarkan Global Risk Report 2019, risiko lingkungan dan potensi kerugian ekonomi akibat perubahan iklim diprediksi semakin besar. Apalagi Indonesia merupakan salah satu negara yang rentan terhadap bencana ekologis akibat perubahan iklim.
Adi menjelaskan, perubahan iklim sudah menjadi masalah global. Diprediksi suhu di udara bisa mengalami peningkatan 1-2 derajat. Jika terjadi kenaikan suhu 1 derajat akibatnya ada banyak hewan yang akan punah. "Kita harus serius menjaga pemanasan global. Jangan sampai naik 1,5 derajat," kata Adi.
Pemerintah Perlu Mencari Pendanaan Alternatif
Adi melanjutkan, hal ini perlu diantisipasi oleh pemerintah Indonesia. Mengingat, negara ini masih berkomitmen untuk mencapai target National Determined Contribution (NDC) di tahun 2030.
Jika laju emisi gas rumah kaca saat pemulihan ekonomi tidak diantisipasi, maka akan mempersulit upaya pencapaian target NDC tersebut. Namun, di sisi lain, upaya pemulihan ekonomi nasional (PEN) mempersulit ruang fiskal untuk membiayai aksi perubahan iklim.
Untuk itu, pemerintah perlu memobilisasi sumber pembiayaan di luar dana publik (APBN). Agar, upaya pencapaian target NDC bisa tetap berjalan sesuai rencana.
Saat ini Indonesia sedang bekerja sama dengan pihak lain untuk mencapai tujuan tersebut. Setidaknya pembiayaan yang diperlukan mencapai USD 247 miliar sampai tahun 2030. "Pembiayaannya juga kita hitung sampai USD 19 miliar per tahun, kata Adi.
(mdk/bim)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Semula pajak karbon akan mulai diterapkan pada tahun 2022, namun kebijakan tersebut ditunda hingga 2025 mendatang.
Baca SelengkapnyaPresiden Jokowi telah meresmikan perdagangan bursa karbon di Indonesia.
Baca SelengkapnyaPemberlakuan pajak karbon bertujuan untuk memberikan alternatif kepada dunia usaha dalam upaya mengurangi emisi karbon.
Baca SelengkapnyaPemerintah menargetkan net zero emission (NZE) atau emisi nol bersih pada tahun 2060 mendatang.
Baca SelengkapnyaSri Mulyani mengakui bahwa produksi emisi karbon per kapita di Indonesia mengalami tren kenaikan dalam beberapa tahun terakhir.
Baca SelengkapnyaPenting untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pemanasan global.
Baca SelengkapnyaPemerintah harus memberi dukungan yang kuat kepada industri baja di Indonesia, termasuk melalui regulasi yang tepat.
Baca SelengkapnyaEfek rumah kaca menjadi salah satu hal yang membuat bumi menjadi tempat yang nyaman untuk ditinggali.
Baca SelengkapnyaNilai kerugian Indonesia akibat perubahan iklim setara 0,5 persen dari PDB.
Baca SelengkapnyaKemacetan kembali terjadi di Jakarta, terutama setelah pandemi covid-19 di Indonesia dinyatakan berakhir.
Baca SelengkapnyaKekayaan alam di merupakan modal besar bagi Indonesia untuk menjadi pusat energi hijau.
Baca SelengkapnyaIndonesia lebih awal menginisasi beberapa aksi pengendalian perubahan iklim.
Baca Selengkapnya