Ini 3 pokok bahasan para gubernur bank sentral Asia Pasifik di Bali
Merdeka.com - Kondisi ekonomi dunia yang terus menurun membuat pertumbuhan sulit memenuhi target. Guna mewujudkan stabilitas pertumbuhan ekonomi dunia, maka Bank Indonesia (BI) bekerja sama dengan Federal Reserve Bank of New York membuat seminar internasional berjudul 'Managing Stability and Growth Under Economic and Monetery Divergence' dengan beberapa gubernur bank sentral se-Asia Timur dan Pasifik.
Gubernur Bank Indonesia, Agus Martowardojo, menyebutkan diperlukan kerja sama dan diskusi dengan beberapa pengambil kebijakan moneter dunia agar ekonomi dunia bisa kembali pulih.
"Perkembangan ekonomi dunia semakin terkait, dan beberapa tahun ini, ekonomi dunia terus menurun dalam arti, kondisi ekonomi melemah. Meski memperlihatkan pertumbuhan, namun tidak seperti yang diharapkan. Pembahasan bersama para pengambil kebijakan sangat diperlukan," kata Agus dalam pembukaan seminar internasional yang dihelat di Nusa Dua, Bali, Senin (1/8).
-
Kapan deflasi di Indonesia terjadi? Badan Pusat Statistik (BPS) menginformasikan bahwa Indonesia mengalami deflasi lagi pada bulan September 2024.
-
Kenapa minat investor asing menurun di sektor keuangan Indonesia? Menurunnya minat investor asing terhadap sektor keuangan Indonesia disebabkan oleh sentimen peningkatan yield surat utang di Amerika Serikat dan tren suku bunga tinggi di sejumlah bank sentral negara maju. Akibatnya, kebutuhan likuiditas pemerintah dan pelaku usaha akan menjadi sangat kompetitif dan berbiaya mahal,' ucap Said.
-
Apa yang terjadi di Indonesia? Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprakirakan dalam sepekan ke depan hampir seluruh wilayah di Indonesia akan dilanda suhu panas.
-
Kenapa kebutuhan uang Bank Indonesia meningkat? 'Jumlah tersebut meningkat 12,5 persen, jika dibandingkan dengan kebutuhan uang dalam periode yang sama menjelang nataru di akhir tahun 2022 sebesar Rp 2,4 triliun rupiah,' kata Erwin, dalam keterangan tertulisnya, Selasa (12/12).
-
Mengapa banyak perusahaan global terancam bangkrut? Banyak tanda menunjukkan ancaman kebangkrutan bagi perusahaan-perusahaan global, terutama karena krisis utang dan kenaikan biaya pinjaman yang menjadi isyarat 'kiamat' baru bagi korporasi di seluruh dunia.
-
Kenapa inflasi tinggi merusak daya beli? Namun, inflasi yang terlalu tinggi atau tidak terkendali dapat merusak daya beli masyarakat, menyebabkan ketidakpastian ekonomi, dan menghambat pertumbuhan ekonomi.
Agus menyebutkan, ada tiga tantangan yang dihadapi ekonomi dunia saat ini dan seminar tersebut diharapkan dapat memberi solusi. Tiga tantangan besar tersebut antara lain bagaimana strategi untuk mengejar target pertumbuhan usai krisis keuangan global, bagaimana kebijakan moneter yang optimal, serta bagaimana mencapai stabilitas keuangan di tengah keragaman kebijakan moneter dunia.
"Ketiga hal ini yang akan kita bahas dalam seminar internasional nanti," ujar Agus.
Senada dengan Agus, Presiden Federal Reserve Bank of New York William C Dudley menyebutkan keberagaman kebijakan ekonomi yang dikeluarkan seluruh negara bisa menjadi salah satu penyebab menurunnya kondisi keuangan dunia ini.
"Beragam kebijakan ekonomi tersebut dapat menimbulkan resiko tersendiri, dan hal ini memberikan tantangan bagi otoritas di negara-negara Timur maupun Barat," tutur Dudley.
Resiko tersebut kemudian membuat para pengambil kebijakan dipacu untuk menyusun kebijakan yang nantinya bertujuan untuk mendukung pertumbuhan dan mengurangi resiko yang ada. Tak hanya itu, para pembuat kebijakan diharapkan juga bisa mempertahankan stabilitas moneter dan keuangan.
Sebelumnya, para gubernur bank sentral se-Asia Timur dan Pasifik ini melakukan rapat tertutup yang dikenal dengan Executives Meeting of East Asia and Pasific (EMEAP). Dalam pertemuan ini disebutkan hal serupa, bahwa kondisi ekonomi masih belum seperti yang diharapkan. Meski demikian, mereka sepakat jika keuangan masih baik meski di tengah turunnya ekonomi dunia.
(mdk/bim)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Ekonomi dunia diperkirakan melambat akibat konflik global saat ini.
Baca SelengkapnyaKondisi ini memerlukan respons kebijakan yang kuat untuk memitigasi dampak negatif dari rambatan ketidakpastian global.
Baca SelengkapnyaBank Dunia memprediksi ekonomi global dari tahun ke tahun terus mengalami penurunan.
Baca SelengkapnyaHal itu didukung oleh kondisi dari APBN kebijakan fiskal, kebijakan moneter dari Bank Indonesia dan sektor keuangan yang stabil.
Baca SelengkapnyaKekacauan dunia terjadi dipicu oleh potensi resesi Amerika Serikat hingga perang yang terjadi di Eropa dan Timur Tengah
Baca SelengkapnyaInflasi di berbagai negara saat ini, terutama negara maju sudah mulai menunjukkan tanda-tanda penurunan.
Baca SelengkapnyaIndonesia mulai memasuki pesta demokrasi yang dapat memengaruhi risk appetite investor dan pelaku usaha.
Baca SelengkapnyaBI mengeluarkan data berdasarkan survei konsumen bahwa daya beli masyarakat menurun, khususnya pada kelompok kelas menengah.
Baca SelengkapnyaSituasi global yang tidak berjalan baik saat ini sejalan dengan proyeksi pertumbuhan ekonomi global yang semakin merosot.
Baca SelengkapnyaRupiah diprediksi akan terus melemah hingga beberapa bulan ke depan
Baca SelengkapnyaTiga negara besar yakni Amerika Serikat, China dan Eropa dalam situasi mengendalikan dan mengelola ekonomi yang tidak mudah.
Baca SelengkapnyaTantangan berat ketiga berasal dari disrupsi teknologi yang memberikan tekanan besar di sektor ketenagakerjaan.
Baca Selengkapnya