Ini Alasan Pengusaha Masih Butuh Gula Impor
Merdeka.com - Ketua Asosiasi Industri Kecil dan Menengah, Agro Suyono menyebut bahwa pengusaha makanan dan minuman kelas kecil dan menengah masih membutuhkan gula impor untuk keberlangsungan usaha mereka. Ini disebabkan tiga alasan utama.
"Yang pertama gula rafinasi itu tidak mengandung molasis, yaitu sampah mikro, bakteri dan kuman, yang masih menempel di gula. Ketika ada molasis, makanan kami akan cepat kedaluwarsa," ujar Suyono yang juga pengusaha dodol seperti dikutip dari Antara di Jakarta, Selasa (22/1).
Suyono menjelaskan, jika menggunakan gula lokal, saat makanan diekspor, misalnya dodol ke Timur Tengah, makanan semisal dodol, akan berjamur dan kedaluwarsa karena adanya bakteri tersebut. Perjalanan ke Abu Dhabi bisa mencapai 20 hari. Kondisi panas dalam kontainer membuat bakteri yang membusukkan makanan tersebut lebih cepat berkembang.
-
Dimana produk gula semut Dusun Semen diekspor? Salah satu negara tujuan ekspor gula ini adalah Malaysia.
-
Apa bentuk korupsi importasi gula? Dalam kasus ini, RD selaku Direktur PT SMIP pada tahun 2021 telah memanipulasi data importasi gula kristal mentah dengan memasukkan gula kristal putih, namun dilakukan penggantian karung kemasan seolah-olah telah melakukan importasi gula kristal mentah untuk kemudian dijual pada pasar dalam negeri.
-
Kapan gula cair sebaiknya disimpan? Setelah proses mendidih selesai, segera matikan api dan tuangkan sirup gula ke dalam botol atau gelas yang tahan panas. Pastikan wadah yang digunakan dalam keadaan bersih dan kering untuk menjaga kualitas dari sirup gula yang dihasilkan.
-
Kenapa rel-rel Pabrik Gula Tasikmadu dikirim ke pabrik gula lain? 'Rel-rel ini sebagian besar sudah dikirim ke Pabrik Gula Geneng atau Pabrik Gula Soedhono di Ngawi untuk digunakan sebagai ancak, yaitu semacam jembatan untuk melintasnya truk tebu,' terang pemilik kanal YouTube ahmad arif 29.
-
Bagaimana gula invert diproses? Gula invert adalah gula yang dipecahkan menjadi fruktosa dan glukosa oleh proses hidrolisis kimia.
-
Kapan konsumsi gula menjadi bahaya? Seiring dengan meningkatnya konsumsi gula, otak akan menjadi kurang responsif terhadap dopamin. Akibatnya, tubuh akan membutuhkan asupan gula yang lebih banyak untuk merasakan efek yang sama, dan kondisi ini dapat menyebabkan suasana hati menjadi buruk saat asupan gula tidak tercukupi.
Dia melanjutkan alasan kedua karena gula rafinasi selalu tersedia dari Januari sampai Desember. Sedangkan jika menggunakan gula lokal, mesti menunggu musim panen. Pengusaha juga mengeluhkan masalah harga.
Suyono menyebutkan, harga gula lokal bisa lebih mahal hingga Rp 2.000 per kilogramnya dibandingkan gula rafinasi. Jadilah pengusaha lebih memilih gula rafinasi karena lebih murah. Pilihan menggunakan gula rafinasi impor, ditegaskannya, tidak serta-merta menunjukkan para pengusaha anti produk dalam negeri.
Menurut Suyono, pengusaha siap membeli gula dalam negeri jika kualitasnya mampu memenuhi yang dia butuhkan.
"Kami siap beli gula dalam negeri, Nasionalisme saya tidak perlu dipertanyakan lagi. Saya ini anak petani asli Ciamis, saya juga ingin petani tebu Indonesia sejahtera," jelasnya
Sementara itu, peneliti muda Center for Indonesian Policy Studies (CIPS), Assyifa Szami Ilman mengungkapkan, menekan tingginya angka impor gula bukan pekerjaan yang mudah. Ini mengingat konsumsi dalam negeri sangatlah tinggi. Pemangkasan impor gula hanya dapat dilakukan apabila produksi gula dalam negeri mampu memenuhi kebutuhan nasional dengan kualitas baik.
Dia berpendapat jika produksi gula dalam negeri mampu memenuhi atau setidaknya mendekati angka kebutuhan, kebijakan impor gula dipastikan dapat ditekan. Namun untuk saat ini, jika impor gula terus ditekan, imbasnya alkan membuat harga gula di pasaran melambung.
"Pada akhirnya, konsumen dan unit usaha UMKM yang menggunakan gula sebagai bahan produksinya akan menanggung kerugian," katanya.
Direktur Eksekutif Asosiasi Gula Indonesia (AGI) Agus Pakpahan mengamini, beberapa industri memang membutuhkan impor gula sebagai bahan baku untuk produksinya. Contohnya industri makanan dan minuman yang memerlukan gula dengan ICUMSA rendah serta industri kesehatan yang membutuhkan gula khusus. Khusus untuk industri tersebut, dia mengakui, keperluan memakai gula impor lebih dikarenakan harganya yang lebih terjangkau.
Hanya saja bukan berarti gula lokal tidak mampu menghasilkan makanan maupun minuman yang kualitasnya setara dengan produk yang memakai gula impor. Penggunaan gula impor tetap kepada pertimbangan harga dan tingkat ICUMSA yang lebih rendah.
"Karena pernah dulu waktu tahun 2009, ketika harga gula dunia sedang naik, industri makanan dan minuman akhirnya memakai gula lokal. Bisa itu, ungkap Agus."
Kementerian Perindustrian menyampaikan bahwa rekomendasi impor gula mentah dikeluarkan berdasarkan permintaan dari industri.
"Rekomendasi dikeluarkan tergantung permintaan industri. Saat ini sedang diverifikasi industri mana saja yang membutuhkan dan kita lihat stok mereka masih ada atau tidak," kata Plt Direktur Jenderal Industri Agro Kemenperin Achmad Sigit Dwiwahjono.
Menurut Sigit, kebutuhan gula mentah untuk industri makanan dan minuman sepanjang 2019 mencapai 3,6 juta ton. Namun, rapat koordinasi terbatas memutuskan bahwa impor gula mentah tahun ini sebesar 2,8 juta ton.
Jumlah tersebut ditetapkan berdasarkan survei yang dilakukan di industri makanan dan minuman nasional, di mana mereka masih memiliki stok gula yang dapat digunakan sebagai bahan baku produksi tahun ini sekitar 800 ribu ton.
Sigit menambahkan, Kemenperin akan mengeluarkan rekomendasi impor gula mentah per enam bulan, sehingga importasinya dilakukan sebanyak dua kali.
Pada enam bulan pertama, Sigit memprediksi jumlah impor gula mentah akan lebih besar ketimbang enam bulan selanjutnya, mengingat akan ada momen puasa dan lebaran, di mana kebutuhan biasanya meningkat. "Kira-kira 60 persen impor dilakukan untuk enam bulan pertama, dan 40 persennya di enam bulan terakhir," tukas Sigit.
Dalam mengeluarkan rekomendasi, Kemenperin memastikan agar jumlah impor gula mentah disesuaikan dengan kebutuhan ril industri. "Kami pastikan yang diimpor itu sesuai dengan kebutuhan industri. Oleh karena itu kami perlu memverifikasi berbagai data," ungkapnya.
Menurut Sigit, impor gula mentah tersebut dibutuhkan untuk mendukung target pertumbuhan industri makanan dan minuman sebesar delapan persen hingga penghujung 2019.
(mdk/idr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Diharapkan ada realisasi investasi dari pengusaha di luar negeri.
Baca Selengkapnyaresiden Joko Widodo mengeluarkan Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 40 tahun 2023 tentang Percepatan Swasembada Gula.
Baca SelengkapnyaKhusus industri minuman, Kemenperin menargetkan penggunaan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) bahan baku menjadi 25 persen.
Baca SelengkapnyaBahan baku makanan minuman masih didominasi oleh impor dari luar negeri, sehingga hal itu memberikan efek terhadap Industri tersebut.
Baca SelengkapnyaKejaksaan Agung (Kejagung) buka suara perihal aktivitas impor gula di Kementerian Perdagangan.
Baca SelengkapnyaPerhitungan asumsi dolar dalam perhitungan biaya Bulog menggunakan asumsi dasar Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN).
Baca SelengkapnyaBeberapa bahan makanan bisa disimpan dalam waktu lama karena tidak mudah kedaluwarsa.
Baca SelengkapnyaPenegakan ketentuan izin edar bagi pelaku jastip kosmetik bertujuan untuk melindungi masyarakat sebagai konsumen.
Baca SelengkapnyaKondisi ini diyakini karena kebijakan antar instansi perihal pengimporan beras tidak sinkron.
Baca SelengkapnyaKonsumsi roti yang sudah kedaluwarsa atau berjamur bisa menyebabkan sejumlah masalah pada tubuh.
Baca SelengkapnyaBeberapa faktor yang dapat menyebabkan keterlambatan bongkar muat dan itu lumrah terjadi.
Baca SelengkapnyaArief Prasetyo menjelaskan, ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan keterlambatan bongkar muat.
Baca Selengkapnya