Ini tanggapan pengusaha akan kehadiran indeks acuan harga minyak sawit Indonesia
Merdeka.com - Indeks acuan harga minyak sawit atau Indonesia Crude Palm Oil Index (ICPOI) hari ini resmi diluncurkan oleh PT Indeks Komoditas Indonesia. Diharapkan kehadirannya dapat menjadi acuan bagi produsen sawit dunia.
Ketua Bidang Otonomi Daerah Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki), Kacuk Sumarto, mengungkapkan hadirnya ICPOI masih membutuhkan perjalanan panjang untuk menjadi harga acuan CPO.
"Indeks ini baru hari ini, masih membutuhkan pengujian di masa mendatang agar bisa menjadi suatu indeks yang akurat, transparan dan akuntabel," ujarnya saat konferensi pers peluncuran Indonesia Crude Palm Oil Index (ICPOI) di Ballroom, Hotel JS Luwansa, Jakarta, Kamis (12/4).
-
Apa itu Minyak Inti Sawit? Minyak inti sawit atau yang juga dikenal dengan sebutan palm kernel oil adalah minyak nabati yang diekstraksi dari biji (inti) buah kelapa sawit (Elaeis guineensis).
-
Kenapa kelapa sawit penting untuk perekonomian Indonesia? Kelapa sawit adalah salah satu komoditas yang penting untuk perekonomian Indonesia dan juga memiliki banyak kegunaan praktis dan kesehatan.
-
Dimana Minyak Inti Sawit digunakan? Minyak inti sawit banyak digunakan dalam industri makanan untuk pembuatan margarin, cokelat, dan berbagai produk olahan lainnya.
-
Bagaimana kelapa sawit menjadi komoditas ekspor? Pada 1919, komoditas kelapa sawit telah diekspor melalui perkebunan yang berada di pesisir Timur Sumatra.
-
Siapa yang membawa kelapa sawit ke Indonesia? Tanaman ini dibawa oleh orang-orang Belanda ke Nusantara.
-
Dimana kelapa sawit pertama kali ditanam di Indonesia? Kelapa sawit pertama kali ditanam di Kebun Raya Bogor, pada tahun 1848 oleh orang Belanda yang datang ke Indonesia.
Namun, kata Kacuk, apabila ke depan ICPOI ini dapat terus dikembangkan lebih baik, maka diharapkan nantinya akan menjadi rujukan harga acuan dari negara-negara lain. "Kalau kemudian akurasinya indeks ini tinggi maka alternatif ini akan menjadi rujukan secara terus menurus secara alamiah bisa saja dari Malaysia ditinggalkan oleh pemakai-pemakai," kata dia.
Direktur Utama PT Indeks Komoditas Indonesia, Maydin Sipayung, mengungkapkan adanya ICPOI bukan sebagai kompetitor indeks di global. Selama ini industri CPO Indonesia berkiblat pada bursa harga luar negeri seperti Rotterdam dan Malaysia.
"Bukan kompetitor, tetapi saling melengkapi pada perjalanan nanti para stakeholder akan melihat. Jadi semakin banyak indeks semakin baik. Para pelaku yang akan menilai indeks mana yang akan mencermikan sesuai dengan pasar," kata dia.
Staf Ahli Menteri Bidang Perdagangan Jasa Kenterian Perdagangan, Lasminingsih, mengungkapkan untuk menjadi harga acuan bagi pelaku usaha CPO di negara lain masih belum dapat dilakukan. Akan tetapi, hal tersebut positif dapat diterapkan di dalam negeri.
"Jadi tidak menggeser apa yang sudah ada di internasional tapi akan menjadi lebih baik di dalam negeri kita sendiri," tandasnya.
(mdk/bim)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Nantinya harga CPO tidak lagi berpacu pada harga acuan yang ditetapkan oleh bursa CPO Rotterdam dan Malaysia.
Baca SelengkapnyaSelain Bursa CPO, akan ada komoditas lain untuk masuk ke perdagangan di antaranya, nikel, kakao, karet hingga kopi.
Baca SelengkapnyaAdanya bursa ini diharapkan dapat mendukung transparansi dan efektivitas dalam perdagangan komoditi di Indonesia.
Baca SelengkapnyaKinerja industri kelapa sawit di Indonesia tak sebaik dari tahun kemarin.
Baca SelengkapnyaImplementasi B50 peluang baik bagi Indonesia, namun memiliki konsekuensi ekonomi yang juga besar.
Baca SelengkapnyaKetidakpastian global memberikan pengaruh terhadap industri sawit di Indonesia.
Baca SelengkapnyaRencana penyetopan ekspor CPO dan produk turunannya dikarenakan polemik yang tak kunjung usai antara Indonesia dan Uni Eropa.
Baca SelengkapnyaMendag meminta dukungan serta do'a masyarakat agar dilancarkan dan bisa menang dalam gugatan ini.
Baca SelengkapnyaSalah satu tugas BPDPKS yaitu menghimpun dan mengembangkan dana perkebunan kelapa sawit berkelanjutan dari pelaku usaha.
Baca SelengkapnyaSejak Kebijakan HGBT dijalankan pada 2020, terjadi kenaikan volume ekspor oleokimia sebanyak 3,87 juta ton pada 2020, lalu 4,19 juta ton pada 2021.
Baca SelengkapnyaKedepan, diyakini kebutuhan biodiesel berbasis kelapa sawit sangat besar, khususnya untuk konsumsi dalam negeri.
Baca Selengkapnya