Kisah sukses Susanto sulap sikat & limbah ijuk jadi produk seharga Rp 25 juta
Merdeka.com - Kreativitas manusia tidak bisa dibatasi untuk menghasilkan produk yang mempunyai nilai jual. Hal tersebut dialami sendiri oleh pemilik kerajinan tangan CreaBRUSH, Susanto. Awalnya, Susanto hanya iseng mengubah sikat menjadi sebuah replika binatang, motor gede dan berbagai bentuk lainnya.
Susanto bercerita, awalnya dia hanya ingin membuat sikat menjadi sebuah karya yang memiliki nilai jual lebih. Dia bersama rekannya-pun langsung bergerak dan memasarkan produk tersebut kepada tetangga dan teman.
"Awalnya kami buat sikat, melihat keadaan pasar kami coba berpikir sikat jangan hanya dijual sebagai sikat. Ini bisa kami alih fungsikan menjadi produk-produk yang lain yang memiliki nilai jual lebih," ujar Susanto di Pameran Kriyanusa, JCC Senayan, Jakarta, Rabu (27/9).
-
Apa cita-cita Niko saat merintis usaha sablon? Dalam periode awal ini, bisnis Niko lebih berfokus pada Business-to-Business (B2B), di mana dia hanya menerima pesanan dalam jumlah besar dari berbagai brand lokal.
-
Bagaimana Sukijan memasarkan produknya? 'Pemasaran paling jauh ke Aceh dan Kalimantan. Mereka biasanya pesan lewat medsos dan bilang mau motif dan ukuran yang seperti apa. Tapi kebanyakan yang pesan ke kami adalah toko-toko seperti di Pasar Beringharjo, Wedding Organizer, dan salon pengantin gitu,' kata Sukijan.
-
Bagaimana Seto memasarkan karya batik nya? Batik tulis karya Seto juga telah dipasarkan melalui marketplace.
-
Apa bisnis pertama Sukanto Tanoto? Ia adalah salah satu pengusaha kaya raya yang memulai karir bisnisnya di industri pengolahan kayu.
-
Bagaimana mereka merintis usaha? Ketika itu ia hanya memiliki sisa uang Rp500 ribu, yang kemudian digunakan untuk modal usaha kue di rumah. Kondisi ini dirasakan berbeda, ketika dirinya bekerja di bank tersebut.
-
Bagaimana Hermanto Tanoko memulai bisnis catnya? Sepeninggal sang ayah, perusahaan cat itu diwariskan kepada Hermanto. Kini, di tangan ayah empat anak itu, perusahaan cat tersebut makin melejit.
Susanto mengatakan, karya miliknya memang tidak langsung diterima oleh masyarakat. Sebagai produk baru, masyarakat masih butuh pengenalan. Namun tidak patah semangat, pihaknya lalu membawa karya tersebut ke pameran-pameran.
"Kami buat coba-coba jadi satu, tawarin ke orang, awalnya nggak ada yang mau beli. Lalu kami buat dalam jumlah banyak dan kami bawa ke pameran ternyata barang habis. Lalu kami pikir kenapa tidak dikembangkan," jelasnya.
Nalai replika yang dibuatnya pun kini memiliki harga yang cukup tinggi. Harganya dibanderol antara Rp 20.000-Rp 50.000 untuk replika binatang. Sementara untuk replika lainnya, disesuaikan dengan pesanan pelanggan dan kesulitan pembuatan.
Selain memproduksi sikat menjadi aneka bentuk, Susanto bersama rekannya kemudian membidik bisnis lain yaitu membuat lukisan dari sabuk ijuk kelapa yang merupakan limbah. Perlahan tapi pasti, dengan pemasaran yang dilakukan secara terus menerus, produk lukisan berbahan dasar sabuk ijuk kelapa miliknya disukai oleh masyarakat.
"Lukisan kita buat juga, pembuatannya antara 2 minggu sampai 3 minggu. Paling cepat 2 minggu. Kita kerjakan sendiri, tidak diberikan kepada karyawan karena akan berbeda hasilnya kalau diberikan kepada orang lain," jelasnya.
Untuk harga lukisan sendiri, pemilik CreaBRUSH mematok harga sebesar Rp 5 juta sampai Rp 25 juta tergantung bentuk lukisan dan lama pengerjaan yang dibutuhkan. "Kalau lukisan kita, berkisar harga Rp 5 juta sampai Rp 25 juta ya. Tergantung yang mau dibuat apa, dan butuh bahannya berapa banyak," jelasnya.
Susanto mengatakan pemasaran produk CreaBRUSH lebih banyak dilakukan di dalam negeri. Namun tidak jarang pelanggan dari luar negeri turut memesan. Bahkan, dirinya pernah menolak pesanan dari luar negeri karena alasan tenaga kerja yang kurang.
"Luar negeri bagus tapi pengerjaannya kami yang terkendala. Pernah pameran di Bali, ada orang Brasil order dalam jumlah banyak. Tidak sesuai dengan kemampuan kita mengerjakan dalam tenggang waktu yang ditargetkan, ya sudah tolak tidak sanggup kita kerjakan," jelasnya.
Susanto menambahkan, saat ini sabuk ijuk kelapa bukan lagi limbah karena semakin banyak dimanfaatkan oleh orang. Harga sabuk ijuk kelapa sendiri kini telah mencapai Rp 15.000 per kilogram.
"Banyak kita dianggap limbah, namun bisa dimanfaatkan. Sabuk kelapa ini contohnya, sekarang bukan lagi limbah karena harga-nya telah melebihi harga beras. Harga per kg itu Rp 15.000 per kg. Ke depan mungkin akan semakin naik lagi, kalau semakin banyak kegunaannya," tandasnya.
(mdk/idr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Begitu kreatif, pria tersebut memanfaatkan botol bekas yang sudah tak lagi terpakai.
Baca SelengkapnyaSiswanto bercerita dia pernah mencoba segala macam usaha dan pekerjaan, namun belum ada yang bertahan lama.
Baca SelengkapnyaAwalnya ia menjual botol bekas begitu saja, namun uang yang didapat hanya sedikit
Baca SelengkapnyaPengrajin barang bekas dari kayu dan biji-bijian bernama Samsul Arifin sangatlah inspiratif.
Baca SelengkapnyaIa mengunggah informasi burung murai dagangannya melalui Facebook, YouTube, hingga Instagram
Baca SelengkapnyaPopularitas peyek kacang produksinya mulai meningkat hingga berdampak peningkatan omzet.
Baca SelengkapnyaIbu Sujiati mampu menghasilkan produk kerajinan kulit dengan standar brand yang dijual di mall.
Baca SelengkapnyaNamun sekitar tahun 2014-2015, Siswanto mengalami titik terberat dalam hidupnya. Dia jatuh sakit dan bisnisnya bangkrut dan punya utang Rp1,5 miliar.
Baca SelengkapnyaPria Ini Buka Jasa 'Santo Suruh' Lewat Sosmed, Idenya Dipuji Mahal
Baca SelengkapnyaDari ide kreatifnya ini, Ia berhasil meraup omzet hingga Rp15 juta.
Baca SelengkapnyaKisah mantan kuli pembuatan batu bata berhasil sukses dari berjualan pisang goreng di pinggir jalan.
Baca SelengkapnyaSaat ini, total karyawan yang bekerja di usaha batik Anton mencapai 67 orang.
Baca Selengkapnya