Korban Banjir Bandang Konawe Utara Tempati Hunian Sementara di Awal 2020
Merdeka.com - Warga beberapa desa di Konawe Utara (Konut), Sulawesi Tenggara yang terdampak banjir bandang Juni lalu mulai bisa bernafas lega di awal 2020 ini. Sebab, Hunian Sementara atau Huntara yang jauh lebih layak dari tenda darurat yang selama 6 bulan belakangan mereka huni, akhirnya mulai bisa ditempati.
Huntara yang dibangun Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) yang bekerja sama dengan Pemerintah Kabupaten Konawe Utara dan PT Tatalogam Lestari sebagai produsen Domus (rumah permanen instan yang digunakan sebagai huntara di Konut), secara simbolis diserahkan kepada pengungsi banjir di Desa Puusuli, Kecamatan Andowia, Konut.
Direktur Perbaikan Darurat BNPB, Medi Herlianto yang hadir mewakili Kepala BNPB, Doni Munardo menilai, proses pembangunan huntara di Konut terbilang cepat jika dibandingkan dengan daerah terdampak bencana lain. Hal ini terwujud berkat peran serta PT Tatalogam Lestari sebagai produsen Domus, rumah instan yang proses pembangunannya hanya membutuhkan watu 10 hari saja.
-
Bagaimana Mentan ingin mengembalikan lahan pertanian yang terkena banjir? Mentan mengatakan, pertanian adalah jantung masa depan bangsa yang perlu mendapat perhatian bersama baik di tingkat pusat maupun daerah. Dia ingin, sejumlah lokasi yang terdampak bencana dapat kemabli pulih dan berproduksi seperti sedia kala.
-
Mengapa Mentan mendorong percepatan tanam? Percepatan tanam tersebut dengan menggunakan alat mesin pertanian modern.'Pak Mentan mendorong untuk dipercepat penanaman kembali. Setelah panen langsung dilakukan olah tanah menggunakan traktor, mekanisasi pertanian modern sehingga mempercepat penanaman kembali,' tuturnya.
-
Mengapa Mentan fokus pada lahan rawa? Diketahui, saat ini ada lebih dari 10 juta hektar lahan rawa yang berpotensi menambah daya gedor produksi nasional.
-
Di mana Mentan fokus mengembangkan lahan rawa? Dan itu baru satu provinsi, rencana kita garap di 10 provinsi di seluruh indonesia,' katanya.
-
Apa yang menjadi prioritas pembangunan Kutai Timur? Program paling penting tentu saja soal infrastruktur. Pembangunan infrastruktur di Kutai Timur memang masih perlu banyak pembenahan. Selain persoalan pembangunan fisik jalan, masalah lain yang penting bagi masyarakat adalah infrastruktur air bersih.
-
Kenapa Kementan kebut optimasi lahan? Kegiatan ini merupakan yang pertama di wilayah Kalimantan dan sekaligus di Indonesia pada lahan seluas 106 ha di Desa Buntoi. Kementerian Pertanian (Kementan) sigap lakukan akselerasi penanganan darurat pangan dengan beberapa program dan kegiatan, salah satunya melakukan program Optimasi Lahan (OPLA).
"Kualitas (Domus) bagus, sudah dipasang di mana-mana, cepat, harganya murah, kualitas bagus. Kualitasnya (Domus) bagus kok, makanya bisa dijadikan Huntap (Hunian Tetap), tinggal tambah jendela, dinding dan pintu," terangnya.
Pun demikian, agar percepatan pembangunan huntara bisa ditingkatkan, Medi meminta Pemda Konut mengatasi kendala lahan yang dinilai bisa memperlambat pembangunan huntara di titik pembangunan desa lainnya.
"Untuk itu guna percepatan pembangunan huntara di desa lain, Pemkab Konawe Utara harus segera mempercepat penyediaan lahan. Kalau Pemda bisa menyediakan lahan lebih cepat, ya kita bisa lebih cepat kerjakan," katanya lagi.
Menanggapi hal ini, Ruksamin, Bupati Konawe Utara mengungkapkan, penyediaan lahan sebagai lokasi hunian baru warga terdampak banjir bandang di Konut bukan sebuah hal yang sederhana. Untuk menyediakan lahan tersebut, pihaknya juga harus berkoordinasi dengan pihak lain dan mengikuti aturan yang ada.
"Kendalanya yang pertama adalah aturan. Saya harus hati-hati. yang pertama bagaimana pengadaannya (Huntara) ini harus koordinasi dengan pusat. Ini pengadaan pusat semua," ungkap dia.
"Lalu dalam pengadaan lahan kita juga harus super hati-hati. Pertama pengadaan tanah. Ini lahan ini kita pinjam dulu untuk huntara, setelah itu baru dibicarakan pembebasan untuk hunian tetap (huntap). Setelah itu masih ada proses lainnya, seperti pemilihan alat. Untuk mendatangkan alat-alat (alat berat) ke sini itu luar biasa, butuh proses dan tidak mudah,” jelas Ruksamin di kesempatan yang sama.
Kendati demikian, Ruksamin membandingkan, proses pembangunan huntara di Konut terbilang lebih cepat bila dibandingkan wilayah lainnya di Sulawesi yang terdampak bencana.
"Kalau mau bandingkan, kita jauh lebih cepat dibandingkan daerah lain yang terkena bencana, masih ada Palu dan lainnya," tuturnya lagi.
Bangun 41 Unit Hunian Sementara
Sementara itu, Project Manajer PT Tatalogam Lestari, Krisna menyatakan, untuk pembangunan Huntara di Konut menjelaskan, pihaknya diminta BNPB untuk membangun 841 unit Huntara untuk korban banjir bandang di Konut. Pembangunan huntara di 10 titik yang tersebar di Konut ini sendiri ditargetkan rampung pada bulan Mei 2020.
Sejak pembangunan dimulai September silam, pihaknya sudah berhasil membangun 300 unit Huntara. Di Desa Puusuli, 90 unit huntara yang diperuntukkan bagi 90 KK yang terdampak banjir bandang seluruhnya telah selesai dibangun. Sementara itu, di Desa Puuwonua, Kecamatan Dadowiya, baru 140 unit huntara yang sudah selesai dibangun dari target sebanyak 297 unit.
Di desa lain seperti Tapuwatu yang seluruh rumah di wilayah itu hanyut, pihaknya sudah membangun 70 unit huntara.
"Untuk Desa Tapuwatu dan Walalindu total ada 120 KK yang akan dibangunkan huntara. Untuk Walalindu ada 35 KK, sisanya untuk Tapuwatu. Di 2 tempat itu sudah terbangun 70 unit," terang Khrisna di lokasi yang sama.
PT Tatalogam Lestari bersama BNPB dan BPBD Konut sendiri terus berupaya untuk mempercepat pembangunan huntara agar masyarakat korban banjir bisa segera mendapatkan tempat tinggal yang layak. Meski proses pembangunannya cepat, namun kekuatan huntara tetap diutamakan.
"BNPB minta bangun huntara dengan Domus karena di lapangan sudah terbukti. Di lokasi bencana lain, Domus 100 persen ditempati pengungsi korban bencana, karena kualitasnya yang bagus, cepat, dan yang paling penting adalah konstruksi saling mengikat sehingga saat gempa bangunan tidak gerak," tutup Krisna.
Sumber: Liputan6.com
(mdk/idr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Gempa susulan masih terus terjadi di perairan Tuban Utara atau dekat Kepulauan Bawean
Baca SelengkapnyaMenurut dia, pemerintah daerah Sumatera Barat telah menyiapkan lahan untuk relokasi warga.
Baca SelengkapnyaSatu rumah diperkirakan kerugiannya kurang lebih Rp100 juta.
Baca SelengkapnyaSebanyak 26 warga Kabupaten Luwu terpaksa jalan kaki 6 jam menuju ke pengungsian setelah desanya terisolasi akibat banjir dan longsor.
Baca SelengkapnyaJumlah desa di Kabupaten Ponorogo yang mengalami kekeringan akibat kemarau panjang bertambah banyak
Baca SelengkapnyaCalon Gubernur Jakarta nomor urut 3 Pramono Anung kembali menyatakan bahwa kendala utama bagi warga memiliki rumah adalah mahalnya pembebasan lahan.
Baca SelengkapnyaBerbagai penyakit itu timbul setelah warga tidur di luar rumah selama beberapa hari terakhir.
Baca SelengkapnyaCalon Gubernur Jakarta, Pramono Anung menjelaskan ada dua titik yang perlu dibereskan untuk mengurangi resiko banjir yang berada di wilayah Cipinang Melayu.
Baca SelengkapnyaMuhadjir menyebut lokasi tanah longsor tidak layak menjadi tempat tinggal
Baca SelengkapnyaKementan meninjau secara langsung area persawahan di dua Kecamatan Kabupaten Indramayu yang mengalami Kekeringan parah.
Baca SelengkapnyaGunung Merbabu terbakar hebat sejak Jumat (27/10).
Baca SelengkapnyaPresiden Joko Widodo atau Jokowi memerintahkan proses relokasi rumah warga yang rusak akibat banjir lahar hujan di Sumatera Barat (Sumbar) segera dimulai.
Baca Selengkapnya