Laut Indonesia berperan besar tekan efek gas rumah kaca dunia
Merdeka.com - Menteri Kelautan dan Perikanan Sharif Cicip Sutardjo mengatakan lautan Indonesia berkontribusi besar dalam mengurangi emisi gas rumah kaca. Pasalnya, lautan Tanah Air mampu menyerap karbon hingga 138 juta ton per tahun.
"Ekosistem pesisir dan lautan Indonesia memiliki kontribusi yang sangat besar dalam penyerapan karbon, diperkirakan hingga 138 juta ton/tahun," kata Sharif Cicip Sutardjo seperti dilansir Antara, Jakarta, Kamis (15/5).
Maka dari itu, menurutnya, keberadaan ekosistem laut dan pesisir di Indonesia agar tidak lagi terabaikan.
-
Bagaimana lamun menyerap karbon? Sebagian dari CO2 yang diserap oleh lamun digunakan sebagai energi, sementara sisanya disimpan dalam bentuk biomassa di bagian tubuhnya seperti daun, bunga, buah, serta akar dan rimpang.
-
Apa yang diserap oleh alam? Selama ini, manusia mengandalkan alam, seperti hutan, untuk menyerap karbon dioksida dari atmosfer.
-
Dimana hutan yang masih menyerap karbon? Cekungan Kongo Menurut peneliti di Laboratorium Ilmu Iklim dan Lingkungan Prancis, hujan tropis utama di cekungan Kongo menjadi satu-satunya hutan yang masih menyerap karbon.
-
Apa spesies laut terbesar di dunia? Paus hiu adalah spesies ikan raksasa di dunia yang bisa mencapai berat hingga 21,5 ton dan tumbuh hingga panjang mencapai 12,6 meter.
-
Apa bahan bakar yang dibuat dari air laut? Tiga mahasiswa Program Studi Teknik Kimia, Fakultas Teknik (FT), Universitas Indonesia (UI) menawarkan gagasan bahan bakar alternatif dari air laut.
-
Bagaimana sinar matahari mempengaruhi lautan? Kedalaman maksimum di mana sinar matahari dapat menembus hingga mencapai sekitar 200 meter. Di bawah kedalaman ini, lautan menjadi semakin gelap karena kurangnya cahaya, dan ekosistem yang beradaptasi dengan kondisi cahaya yang terbatas berkembang.
Dia mengingatkan, posisi Indonesia yang terletak di sepanjang garis khatulistiwa, menjadi kawasan 'jantung' Segitiga Terumbu Karang yang karakteristik geografisnya membuat lingkungan laut dan pesisir menjadi habitat yang cocok untuk pertumbuhan mangrove dan padang lamun.
"Bahkan, Indonesia memiliki ekosistem mangrove 3,1 juta hektare atau 23 persen dari mangrove dunia dan padang lamun terbesar di dunia, yaitu 30 juta hektare," katanya.
Selain itu, Sharif juga mengemukakan potensi ekosistem perlu dikelola, dimanfaatkan dan dipertahankan keberlanjutannya sehingga ekosistem diharapkan dapat mengurangi 25 persen emisi karbon secara global. Selain itu juga memberikan manfaat langsung pada masyarakat nelayan melalui kelestarian lingkungan sumber daya ikan. (mdk/bim)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Sri Mulyani mengakui bahwa produksi emisi karbon per kapita di Indonesia mengalami tren kenaikan dalam beberapa tahun terakhir.
Baca SelengkapnyaIndonesia, dengan kapasitas penyimpanan CO2 potensial yang mencapai 400 hingga 600 gigaton
Baca SelengkapnyaCarbon Digital Conference 2023 akan digelar untuk mengembangkan perdagangan karbon di Indonesia.
Baca SelengkapnyaPertamina dan ExxonMobil bersepakat untuk melanjutkan kerja samanya untuk evaluasi CCS Hub di bagian barat Laut Jawa.
Baca SelengkapnyaPenting untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pemanasan global.
Baca SelengkapnyaPanas bumi ini memiliki potensi yang sangat luar biasa untuk bisa menjadi pendorong atau mewujudkan apa yang ditetapkan oleh pemerintah.
Baca SelengkapnyaSampah plastik masih menjadi masalah utama dalam pencemaran lingkungan.
Baca SelengkapnyaPemberlakuan pajak karbon bertujuan untuk memberikan alternatif kepada dunia usaha dalam upaya mengurangi emisi karbon.
Baca SelengkapnyaEfek rumah kaca menjadi salah satu hal yang membuat bumi menjadi tempat yang nyaman untuk ditinggali.
Baca SelengkapnyaPenelitian ungkap jika paus bisa bantu selamatkan bumi.
Baca SelengkapnyaPerlu dilakukan intervensi demi masyarakat berkembang dan perekonomian tumbuh pesat.
Baca SelengkapnyaHal ini sejalan dengan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan dan Sustainable Development Goals 13 PBB.
Baca Selengkapnya