Manisnya bisnis kedai kopi anak muda beromzet Rp 30 juta per bulan
Merdeka.com - Terjun di dunia bisnis tidak hanya butuh modal, tapi juga keberanian dan strategi melihat pasar. Tidak jarang pula yang memulai merintis usaha dari kecintaan atau hobi pada jenis barang tertentu.
Salah satunya Kingkin Jiwanggo. Pemuda 25 tahun ini melirik potensi keuntungan dari hobi orang Indonesia menikmati kopi sambil bercengkrama. Jengah menjadi pekerja kantoran, dia memutuskan 'pensiun dini' dan banting setir mengelola bisnis sendiri.
Bisnis yang ditekuninya bisa dikategorikan patungan. Sebab, dia mengajak dua rekan sejawatnya untuk mulai merintis bisnis kedai kopi 'Daddy Miss Bar' yang terletak di Jalan Rambutan Raya, bilangan Kota Depok, Jawa Barat. Kebetulan, dua rekan bisnisnya itu juga hobi menikmati kopi hitam.
-
Bagaimana Yati mendapat modal usaha? 'Saat buka warung kopi saya sudah jualan rokok, terus merembet kulakan sembako dan lain-lain sampai sekarang toko penuh. Terus ada Mantri BRI (petugas penyalur kredit) yang menawarkan untuk pinjaman modal. Saya awalnya menolak, tapi mantri ini datang lagi meyakinkan dan saya akhirnya mau mencoba (program Kredit Usaha Rakyat atau KUR),' imbuh Yati.
-
Mengapa pengusaha rela mengeluarkan biaya besar? 'Setiap kalori harus berjuang untuk hidupnya,' kata Jhonson.
-
Siapa yang terinspirasi untuk membuka usaha? Usaha ini bermula dari suami Qori yang memiliki ketertarikan dalam dunia kuliner.
-
Siapa pendiri Warung Kopi Tinggi? Mengutip laman Warung Kopi Tinggi, kedai tersebut mulanya didirikan oleh seorang pengusaha dan saudagar rempah asal China, Liaw Tek Soen.
-
Apa yang menjadi modal awal Faisal saat memulai usaha keripik? Bermodal nekat, ia membelanjakan uang Rp50 ribu untuk modal awal membuat keripik ubi.'Kalau dulu, modal awalnya Rp50 ribu. Itu nyoba-nyoba ya karena keripik singkong atau pisang kan udah banyak, akhirnya dipilih ubi dan laku,' katanya dalam program Berani Berubah di kanal YouTube Fokus Indosiar.
-
Bagaimana Warung Kopi Ake berkembang? Warung Kopi Ake berperan penting sebagai penjaga tradisi sekaligus pionir dalam sektor perkopian di Belitung. Bukanlah hal mudah, dulunya mereka membeli biji kopi dari Jawa dan Lampung, karena Belitung bukanlah daerah penghasil biji kopi.
Kopi yang dijual Daddy Miss Bar fokus kopi khas nusantara atau didatangkan dari pelbagai daerah di Indonesia. Penyajiannya pun lebih modern. Kedai kopinya menggunakan bijih kopi yang sudah disangrai lalu dihaluskan dan diseduh.
Dia tidak malu mengaku meniru gaya warkop konvensional. Namun Kingkin tetap ingin memasukkan unsur modern dalam bisnis kedai kopi miliknya. Untuk menarik perhatian anak muda, 'warung kopi' miliknya dibikin modern dan nyaman untuk kongkow.
"Kalau kita konsepnya kopi-kopi nusantara, ada menu warkopnya juga seperti, gorengan. Tetapi agar beda, gorengannya seperti risol dibuat jadi modern, jadi lebih menarik," kata Kingkin kepada merdeka.com, Senin (9/3).
Untuk membangun bisnis warung kopi, dia mengaku menghabiskan modal sekitar Rp 80 juta. Dana itu hasil dari patungan Kingkin dengan dua rekannya dan bantuan dana dari pihak lain. "Kita semua patungan Rp 15 juta, di samping itu juga pinjam uang sama keluarga untuk menutupi kekurangan," ungkapnya.
Satu dua bulan pertama, diakuinya sebagai fase sulit dalam memulai bisnis. Dia harus puas ketika hanya ratusan ribu Rupiah masuk pembukuan keuangan warung kopinya. Setelah sekitar satu semester, mereka mulai menikmati manisnya bisnis kopi. Tiap bulan kedai kopinya selalu mengalami pertumbuhan pemasukan.
Kingkin mengaku, perputaran uang di Daddy Miss Bar kini bisa mencapai Rp 30 juta per bulannya.
"Pas bulan pertama dan kedua mungkin cuma Rp 200.000 per hari. Sekarang ya bisa mencapai sekitar Rp 800.000 sampai Rp 1 juta per harinya," ucapnya.
(mdk/noe)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Kisah sukses bisnisnya ini langsung menjadi inspirasi banyak orang.
Baca SelengkapnyaMas Udek berhasil menemukan jalannya untuk menggeluti bisnis usaha kopi.
Baca SelengkapnyaMemulai usaha tak harus menunggu lulus kuliah. Pemuda asal Tulungagung, Jawa Timur ini bertekad memiliki penghasilan sendiri sedini mungkin.
Baca SelengkapnyaTerrlahir dari keluarga sederhana, Dadan bermimpi jadi orang sukses yang bisa menaikkan derajat orang tua maupun keluarga, juga bisa membantu banyak orang.
Baca SelengkapnyaBerlatar belakang dari keluarga yang pedagang, Alvin selalu menanamkan tekad dan semangat berwirausaha dalam dirinya.
Baca Selengkapnya"Untuk mengelola kafe, saya dibantu oleh 5 karyawan. Sedangkan pengelolaan kebun kopi dibantu 3 orang," kata Deni.
Baca SelengkapnyaDi usia 19 tahun, ia merintis usaha gelangnya sendiri tanpa menggunakan sponsor dari siapapun.
Baca SelengkapnyaModal Rp300.000, Adi Nekat Bisnis Bakso Goreng Hingga Raup Omzet Rp500 Juta Sehari
Baca SelengkapnyaDia memulai usaha Kue Lumpur Bakar Fayakun terhitung sejak pertengahan bulan Maret 2024, dengan modal sekitar Rp1 juta.
Baca SelengkapnyaPenjual bakso tersebut berhasil membuka tiga cabang di berbagai wilayah Cirebon, Jawa Barat.
Baca SelengkapnyaBerawal dari budi daya lobster di dalam kamar berukuran 3 x 3 meter, ia kini jadi bos lobster di Surabaya.
Baca SelengkapnyaDari pengakuannya, pria ini berhasil membangun bisnis makanan ringan dengan modal Rp50 ribu saja.
Baca Selengkapnya