Menelusuri surga tanaman hias di ujung Timur Jawa
Merdeka.com - Kota Batu menjadi salah satu daerah wisata favorit bagi pelancong dari dalam maupun luar negeri. Kota berjuluk De Klein Switzerland atau Swiss kecil di Pulau Jawa ini menyimpan segudang objek wisata dan keindahan alam.
Satu di antaranya laik disinggahi adalah Desa Sidomulyo, Kecamatan Batu. Salah satu sentra budi daya pertanian holtikultura di Kota Batu, khususnya tanaman hias. Menuju desa ini, dari pusat melintasi Jalan Bukit Berbunga. Deretan kios penjual bunga ada di kiri kanan jalan ini.
Gapura bertuliskan ‘Masuk Kawasan Wisata Bunga Sidomulyo’ jadi penanda masuk wilayah desa. Nama jalan di Desa Sidomulyo pun kental aroma bunga, seperti Jalan Cemara Kipas, Jalan Palem Kuning, Jalan Cempaka, Jalan Mawar Putih, dan lainnya.
-
Apa komoditi perkebunan yang dibudidayakan? Masa kolonial Belanda di Indonesia banyak ditemui berbagai macam perkebunan milik swasta yang menjadi sumber penghasilan yang begitu besar saat itu. Sebut saja Tembakau dan Karet, dua komoditi ini harganya tinggi di pasaran.
-
Bagaimana desa mengembangkan wisata pertanian? Pengembangan ini didukung dari pembuatan fasilitas 'greenhouse' dari komunitas peduli lingkungan. Selain itu ada pula pengembangan wisata edukasi peternakan kambing dan sapi. Kasi Kesejahteraan Kelurahan Sriharjo, Gotro Raharjo mengatakan, pengembangan wisata edukasi ini rencananya akan melibatkan generasi muda karang taruna setempat.
-
Apa yang ditemukan petani di kebun? Seorang petani dan putranya menemukan pedang Viking yang langka di lahan pertanian keluarganya di Suldal, Norwegia.
-
Bagaimana masyarakat sekitar memanfaatkan lahan di Desa Wisata Danau Diateh? Dengan suhu yang relatif dingin, masyarakat sekitar sangat memanfaatkan lahan hijaunya untuk dijadikan pertanian. Hampir 80% dari kawasan ini masih dimanfaatkan sebagai lahan pertanian yang dikelola langsung oleh masyarakat sekitar.
-
Dimana Kebun Kita berada? Usaha yang terletak di Jl. Serasi II No.7, Delima, Tampan ini menghasilkan ragam jenis sayuran dengan metode hidroponik yang inovatif.
-
Bagaimana Desa Polengan merawat bibit pohon dari BRI Menanam? 'Hingga saat ini tanaman dari BRI Menanam terus dirawat dan dijaga dengan baik,' cerita Nur Widodo sambil menunjukkan lokasi BRI Menanam di Polengan Edupark, Selasa (12/3).
Di desa dari sekitar 2.400 kepala keluarga, 85 persennya membudidayakan tanaman hias. Baik di kebun, pekarangan, halaman rumah dengan media polibag atau pot kantong plastik. Maupun di dalam green house atau bangunan berbahan plastik.
Di kebun, sejauh mata memandang akan tampak hamparan bunga cantik beraneka jenis. Ada pula Pasar Bunga Sekarmulyo seluas 2,5 hektare dan Gelora Bunga seluas 4 hektare. Tempat budi daya sekaligus sentra perdagangan bunga yang dikelola Kelompok Tani (Poktan) Bunga.
Umbar Suwito, seorang petani bunga di kawasan Pasar Bunga Sekarmulyo, Sidomulyo, Kota Batu, mengatakan para petani sudah terbiasa dengan ramai wisatawan masuk ke kebun atau mampir ke rumah–rumah warga.
"Biasanya akhir pekan itu paling ramai, baik pagi atau sore hari. Baik datang berpasangan atau dengan keluarga mereka," kata Umbar Suwito, Rabu, 18 Juli 2018.
Tak semua wisatawan yang berkunjung itu datang untuk membeli bunga. Kerap mereka hanya sekadar berfoto atau bertanya tentang jenis bunga. Ada pula wisatawan yang membeli beberapa pot bunga mawar, anggrek, dan lain sebagainya untuk dibawa pulang sebagai buah tangan.
"Kami tak keberatan kalau wisatawan datang sekadar untuk berfoto. Karena pendapatan kami bukan dari menjual bunga ke mereka, tapi melayani permintaan dari luar daerah," ujar Suwito.
Seorang petani bunga di Desa Sidomulyo lainnya, Sulastri mengatakan, perkebunan bunga tak banyak terdampak dengan tingginya angka kunjungan wisatawan di Kota Batu. Sebab hasil panen mereka cenderung untuk melayani permintaan ke luar daerah.
"Ya, kalau datang untuk berfoto itu sudah biasa, tak mengganggu kami. Karena permintaan tertinggi bunga–bunga ini dari luar daerah," ujar Sulastri.
Pendapatan utama para petani memang bukan dari transaksi langsung dengan para wisatawan. Melainkan memenuhi pesanan bunga ke berbagai daerah seperti Jakarta, Surabaya, Bali, Semarang, Kalimantan, dan daerah lainnya.
Kota yang berada di lereng Gunung Panderman, Gunung Arjuna dan Welirang ini laksana surga bagi pertanian holtikultura termasuk tanaman hias. Berada di ketinggian sekitar 1.500 meter di atas permukaan laut, suhu udara di Kota Batu rata-rata bekisar 21 derajat Celsius – 23 derajat Celsius.
Mengutip data Kota Batu Dalam Angka 2017 milik Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Batu, ada 24 jenis bunga yang dibudidayakan para petani di beberapa desa, terutama di Desa Sidomulyo dan Gunungsari. Meski demikian, jenis varietasnya bisa mencapai ratusan.
Bunga yang paling banyak dibudidayakan adalah mawar, krisan, anggrek, dan anthurium. Per triwulan IV 2016, untuk anggrek ada 70.291 tanaman dengan luas panen 37.905 meter persegi produksinya mencapai 450.500 tangkai.
Anthurium ada 16.583 tanaman di luas panen 14.077 meter persegi menghasilkan 133.000 tangkai. Bunga krisan ada 190.542 tanaman dengan luas panen 168.250 meter persegi produktivitasnya mencapai 9.364.100 tangkai. Mawar terbanyak dibudidayakan, mencapai 1.313.454 tanaman di luas panen 1.158.000 meter persegi menghasilkan 25.620.880 tangkai.
Kunjungan wisatawan di Kota Batu terus naik tiap tahunnya. Pada 2016 silam, tercatat angka kunjungan mencapai 3,3 juta wisatawan. Naik menjadi 4,2 juta wisatawan pada 2017 lalu. Meski demikian, tingginya jumlah pelancong itu tak terlalu berdampak ke petani bunga.
"Kalau untuk petani bunga memang dampaknya tak terlalu signifikan. Mungkin ini harus jadi perhatian," kata Suharto, Kepala Desa Sidomulyo.
Pemerintah desa bersama pemerintah kota sedang menyiapkan berbagai rencana untuk pengembangan desa. Agar bisa jadi salah satu desa wisata unggulan, infrastruktur di desa juga harus dibenahi. Misalnya, menyiapkan area peristirahatan untuk wisatawan di area perkebunan.
Pemerintah Kota Batu sedang memetakan kondisi desa dengan menerjunkan konsultan wisata. Pemerintah desa akan memanfaatkan dana sebesar Rp 1,3 miliar dari program Dana Desa dan Rp 2 miliar dari Alokasi Dana Desa.
"Tahun ini kami rumuskan melalui musyawarah desa apa saja kebutuhannya. Agar kami siap jadi desa wisata pada tahun depan," ujar Suharto.
Reporter: Zainul Arifin
Sumber: Liputan6
(mdk/bim)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Kebun Raya Liwa menjadi salah satu destinasi wisata favorit di Provinsi Lampung.
Baca SelengkapnyaWalau di musim kemarau, kampung ini tetap hijau dan indah.
Baca SelengkapnyaDari keindahan alam hingga keunikan yang khas, Depok menawarkan pengalaman seru bagi setiap wisatawan.
Baca SelengkapnyaBerkat kekompakan warga, mereka berhasil menyulap area kumuh itu menjadi kawasan wisata
Baca SelengkapnyaBanyak warga lokalnya menggunakan ladang untuk dijadikan sebagai lahan menanam sayur-sayuran.
Baca SelengkapnyaBiasanya hasil panen dari berladang tersebut diperuntukan untuk warga sekitar ataupun dijual ke warung-warung terdekat.
Baca SelengkapnyaJarak kampung itu menuju pusat desa mencapai 5-6 kilometer
Baca SelengkapnyaHamparan kebun teh mengelilingi kampung itu dan di ujungnya terlihat jelas Gunung Sindoro yang tinggi menjulang.
Baca SelengkapnyaMeski berada di tepi jurang, namun perkampungan tersebut padat penduduk.
Baca SelengkapnyaDesa terluas di Pulau Jawa ini memiliki keindahan alam yang memukau
Baca Selengkapnya