Nilai Aset Pemerintah Naik Drastis Jadi Rp10.467 Triliun di 2019
Merdeka.com - Ketua BPK Agung Firman Sampurna menyampaikan Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) 2019 kepada Dewan Perwakilan Daerah (DPD). Laporan tersebut salah satunya mencatat posisi keuangan pemerintah pada tahun lalu.
Posisi keuangan pemerintah pusat per 31 Desember 2019 menggambarkan saldo aset, kewajiban, dan ekuitas masing-masing sebesar Rp10.467,53 triliun, Rp5.340,22 triliun, dan Rp5.127,31 triliun. Dibandingkan dengan 2018, aset pemerintah mengalami peningkatan signifikan.
"Dibandingkan 2018 aset mengalami peningkatan sebesar Rp4.142,24 triliun, kewajiban mengalami peningkatan sebesar Rp422,74 triliun, dan ekuitas mengalami peningkatan sebesar Rp3.719,50 triliun," ujar Agung saat menyerahkan LKPP kepada DPD, Jakarta, Kamis (16/7).
-
Bagaimana nilai pasar timnas meningkat? Total nilai pasar starting XI Skuad Indonesia bisa melampaui Rp350 miliar dengan kehadiran kedua pemain ini.
-
Bagaimana Lippo Karawaci meningkatkan nilai jual propertinya? Keunggulan yang dimiliki FiberStar dan CBN akan memberikan nilai tambah bagi konsumen kami.
-
Apa yang BNI tingkatkan? PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk atau BNI berhasil menyalurkan kredit sebesar Rp97.9 triliun di September 2023 kepada Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
-
Kenapa aset BLBI dihibahkan? 'Aset ini harus segera digunakan oleh kementerian/lembaga, agar pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab tidak lagi menduduki aset tersebut,' pinta Hadi.
-
Apa yang membuat cadangan devisa RI meningkat? 'Kenaikan posisi cadangan devisa tersebut dipengaruhi oleh penerimaan pajak. Faktor lainnya, jasa serta penarikan pinjaman luar negeri pemerintah, di tengah kebutuhan stabilisasi nilai tukar Rupiah sejalan dengan masih tingginya ketidakpastian pasar keuangan global.'
-
Bagaimana BNI meningkatkan kepemilikan publik? BNI kembali menerbitkan saham baru melalui Penawaran Umum Terbatas pada 2010. Hal tersebut membuat kepemilikan publik meningkat menjadi 40%
Peningkatan nilai aset dan ekuitas yang sangat signifikan tersebut terutama disebabkan oleh koreksi nilai wajar aset tetap sebesar Rp4.113,21 triliun berdasarkan hasil penilaian kembali atau revaluasi Barang Milik Negara (BMN).
Secara aktual, Laporan Operasional (LO) 2019 menunjukkan nilai pendapatan operasional pemerintah sebesar Rp2.168,93 triliun, beban operasional sebesar Rp2.422,81 triliun, defisit dari kegiatan operasional sebesar Rp253,88 triliun, surplus dari kegiatan non operasional sebesar Rp4,65 triliun, dan defisit LO sebesar Rp249,22 triliun.
"Dibandingkan dengan tahun 2018, pendapatan operasional mengalami peningkatan 0,01 persen dan beban operasional mengalami peningkatan 7,70 persen sehingga defisit LO mengalami kenaikan sebanyak 10,41 persen," kata Agung.
Adapun LKPP Audited 2019 mencakup tujuh komponen laporan keuangan, yaitu Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih, Neraca, Laporan Operasional, Laporan Perubahan Ekuitas, Laporan Arus Kas dan Catatan atas Laporan Keuangan.
Realisasi Pendapatan Negara
Realisasi pendapatan negara dan hibah 2019 dilaporkan sebesar Rp1.960,63 triliun atau mencapai 90,56 persen dari anggaran, yang terdiri dari penerimaan perpajakan sebesar Rp1.546,14 triliun, Penerimaan Negara Bukan Pajak sebesar Rp408,99 triliun, dan penerimaan hibah sebesar Rp5,49 triliun.
Penerimaan perpajakan sebagai sumber utama pendanaan APBN, hanya mencapai 86,55 persen dari anggaran atau meningkat sebesar 1,80 persen dibandingkan dengan penerimaan perpajakan 2018.
Realisasi belanja negara 2019 sebesar Rp2.309,28 triliun atau mencapai 93,83 persen dari anggaran, yang terdiri dari belanja pemerintah pusat sebesar Rp1.496,31 triliun, transfer ke daerah sebesar Rp743,15 triliun, dan dana desa sebesar Rp69,81 triliun.
Defisit anggaran tahun 2019 mencapai Rp348,65 triliun. Namun, realisasi pembiayaan 2019 mencapai Rp402,05 triliun atau sebesar 115,31 persen dari nilai defisitnya sehingga terdapat Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SiLPA) sebesar Rp53,39 triliun.
Realisasi pembiayaan tersebut terutama diperoleh dari pembiayaan utang sebesar Rp437,54 triliun, yang berarti pengadaan utang tahun 2019 melebihi kebutuhan pembiayaan untuk menutup defisit.
(mdk/idr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Dari segi pendapatan, kata Erick, meningkat dari Rp1.930 triliun pada 2020 ke Rp2.933 triliun pada 2023.
Baca SelengkapnyaPendapatan negara jika dibandingkan tahun sebelumnya mengalami penurunan yakni 7,6 persen secara tahunan
Baca SelengkapnyaRealisasi belanja negara tumbuh sebesar 10,9 persen secara tahunan.
Baca SelengkapnyaMenurut Sri Mulyani, capaian pendapatan negara tahun 2023 yang tembus melebihi target merupakan pencapaian yang luar biasa baik.
Baca SelengkapnyaNamun demikian, pendapatan negara mengalami kontraksi sebesar 5, 4 persen secara tahunan (year on year/yoy).
Baca SelengkapnyaHarta kekayaan Menko Luhut mencapai Rp1,04 triliun. Laporan kekayaan tersebut disampaikan pada 22 Maret 2024 untuk periode 2023.
Baca SelengkapnyaNaiknya utang luar negeri karena penarikan pinjaman, khususnya pinjaman multilateral, untuk mendukung pembiayaan beberapa program dan proyek.
Baca SelengkapnyaBelanja kementerian/lembaga (K/L) sudah mencapai Rp417,2 triliun di semester I-2023. Angka ini naik dibandingkan periode yang sama tahun lalu Rp 393,8 triliun.
Baca SelengkapnyaRealisasi penerbitan utang Juli 2023 yang terkontraksi 17,8 persen dari periode yang sama tahun lalu.
Baca SelengkapnyaRealisasi pendapatan negara pada Mei 2024 tersebut anjlok 7,1 persen secara year on year (yoy).
Baca SelengkapnyaPada APBN 2019, defisit sebesar Rp348,7 triliun atau 2,20 persen terhadap PDB.
Baca SelengkapnyaAngka tersebut sudah melebihi target Undang Undang (UU) APBN untuk tahun 2023 yang hanya Rp2.463,2 triliun.
Baca Selengkapnya