Pakar Soal Kasus Eiger: Brand itu Harus Adaptif dan 'Ngalah'
Merdeka.com - Eiger Adventure telah meminta maaf kepada Youtuber Dian Widiyanarko. Dian melalui akun Instagram @duniadian juga telah menerima permintaan maaf tersebut.
Pakar marketing Yuswohady menilai, apa yang diperbuat Eiger sudah tepat. Menurutnya, reputasi Eiger di mata netizen sebagai merek alat perlengkapan pegunungan ternama bisa saja rusak akibat kasus tersebut.
"Brand itu harus yang adaptif dan ngalah. Karena kalau kita ngelawan netizen kita tidak akan bisa. Apalagi netizen itu temannya banyak. Begitu ada satu dan dia dianggap benar menurut publik, meskipun yang me-review tidak benar, tapi dia mendapat simpati dari publik," ungkapnya kepada Liputan6.com, Sabtu (30/1).
-
Siapa yang dikritik oleh petugas damkar? 'Terus juga istilah kata, pak jangan dengerin orang yang bisikin bapak. Kasihan pak, bapak elektabilitasnya menurun, pak, jadinya. Yang bisikin bapak jangan mau, pak. Istilahnya bapak di-seblokin,' lanjut Sandi petugas damkar.
-
Siapa yang dihujat oleh netizen? Anak Sarwendah, Betrand Putra Onsu, merasa sedih mengetahui bahwa ibunya sedang dihujat di media sosial oleh netizen.
-
Siapa yang sering dikritik netizen? Stefan William sering dikritik netizen gara-gara jarang ketemu anaknya.
-
Siapa yang perlu berhati-hati saat memilih produk? Pemilik kulit sensitif perlu berhati-hati saat memilih produk untuk menumbuhkan brewok.
-
Mengapa rating bagus di e-commerce belum menjamin keaslian ulasan? Menurut laporan setidaknya terdapat 31 persen ulasan palsu yang ditemukan dalam situs belanja online ternama seperti Amazon, Walmart, dan Best Buy. Melihat hal tersebut, sangat memungkinkan bahwa seberapa bagus rating produk dalam suatu e-commerce tidak menjamin keaslian testimoni itu sendiri.
-
Siapa yang melakukan kesalahan? Semua anak adam (manusia) melakukan kesalahan, dan sebaik-baiknya orang yang bersalah adalah orang yang bertobat'
"Ketika sudah mendapat simpati ya dia punya teman banyak. Dalam kondisi itu brand kalau mau lawan netizen, suara rakyat kan suara Tuhan, lebih baik mengalah," ujar Yuswohady.
Dia memuji sikap Eiger yang mau mengakui kesalahannya. Menurut dia, sikap netizen yang tadinya ramai-ramai geram terhadap merek tersebut pun perlahan akan hilang.
"Caranya Eiger sudah benar. Ketika ramai kan dihujat, lalu minta maaf. Ketika sudah minta maaf, ya sudah, cooling down," kata Yuswohady.
Dia juga memberi catatan Eiger, di mana diharapkan ke depannya tidak lagi jatuh di lubang yang sama. Sehingga Eiger tak memupuk citra buruk di mata netizen dan konsumen.
"Paling seminggu lagi setelah semua media sudah tidak ngomong maka ya kembali ke sedia kala, ketika brand-nya Eiger tidak jelek reputasinya. Ini kecelakaan kecil ya. Nanti akan balik seperti sedia kala," tuturnya.
Brand Diimbau Tak Gegabah Bawa Masalah ke Ranah Hukum
Era digital telah banyak membawa perubahan dalam kehidupan bermasyarakat. Termasuk dalam hal pemasaran (marketing), di mana aksi black campaign atau kampaye hitam secara virtual kerap dilancarkan untuk menjatuhkan suatu brand atau produk.
Pakar marketing Yuswohady menilai, kehadiran media sosial (medsos) seperti YouTube kini semakin memudahkan masyarakat untuk melancarkan kritikan langsung, baik yang bersifat membangun atau menjelekan terhadap sebuah brand atau produk.
Namun, ia meminta brand untuk coba mempelajari dahulu kritikan tersebut dengan lebih seksama. Agar jangan sampai balasan yang dilayangkan menimbulkan kegaduhan, meskipun cibiran yang disampaikan merupakan black campaign dari pihak kompetitor.
"Dalam konteks brand itu banyak kasus juga. Youtuber itu banyak yang kritik tapi dibayar kompetitor, itu black campaign. Makanya musti brand itu bisa identifikasi apakah youtuber ini mau mendiskreditkan atau mau jujur dengan kompetensi yang dimiliki, atau dibayar kompetitor," kata Yuswohady kepada Liputan6.com, Sabtu (30/1).
Yuswohady mengutarakan, suatu perusahaan sebaiknya tetap tenang jika menerima lontaran yang bersifat menjelekan. Namun jika itu telah dilakukan berulang kali dan meresahkan, perusahaan bisa saja membawanya ke ranah hukum.
Kendati begitu, Yuswohady mengimbau agar tidak coba bermain hukum. Sebab dampaknya di jangka panjang itu dapat merusak reputasi.
"Membawa ke ranah hukum itu alternatif yang paling terakhir sih, karena kalau sudah gitu nanti dampaknya lama, jauh, dan akan merusak reputasi brand," imbuh dia.
"Jadi misalnya ada orang dibayar kompetitor update terus-terusan ya dipantau aja. Jadi biasanya enggak sampai dibawa ke ranah hukum. Soalnya nanti kalau dibawa ke sana akan blunder, akan jadi bola liar," tambahnya.
Oleh karenanya, Yuswohady meminta suatu brand untuk lebih mencermati setiap kritikan atau cacian yang dilontarkan masyarakat di ranah medsos. Sebab belum tentu itu merupakan black campaign yang hendak menjatuhkan.
"Intinya secara umum brand enggak boleh marah dikritik. Kalau ada kritik dan itu mengganggu brand, mungkin dilihat motifnya itu, apakah betul-betul kritik membangun, mau mendiskreditkan, atau dibayar kompetitor," ujar Yuswohady.
Reporter: Maulandy Rizky Bayu Kencana
Sumber: Liputan6
(mdk/bim)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Nikmati pengalaman belanja interaktif sepanjang Shopee 2.2 Shopee Live & Video Mega Sale bersama rangkaian penawaran terbaik dari Eiger.
Baca SelengkapnyaProyek Renova-Sync ini akan membantu Eigerindo MPI dalam mengolah data customer 360, product 360, dan order 360.
Baca SelengkapnyaEbel Cobra ditawari membeli gunung seharga Rp1 miliar saat sedang syuting di Yogyakarta.
Baca SelengkapnyaMeski pernah berada di titik terendah, namun bukan berarti Anda harus menyerah.
Baca SelengkapnyaPakar marketing senior, Hermawan Kartajaya menegaskan sebaiknya industri harus mengikuti peraturan BPOM terkait polikarbonat.
Baca SelengkapnyaSelebgram di Palembang mendukung aksi pembakaran hutan dan lahan serta dianggapnya sudah biasa.
Baca SelengkapnyaSelebgram Yoan Sandradyta menjadi sorotan setelah videonya berisi dukungan pembakaran lahan dan menganggap remeh kabut asap viral di media sosial.
Baca SelengkapnyaTeyeng menjelaskan tidak terlibat dalam pengeroyokan dan pembakaran unit mobil.
Baca SelengkapnyaBaru-baru ini, brand lokal Indonesia, Eiger berhasil memecahkan rekor baru.
Baca SelengkapnyaUsai viral, karyawan Pertamina yang bernama Arie tersebut menyampaikan video permintaan maaf setelah bertindak arogan.
Baca SelengkapnyaAksi Ari viral di media sosial. Diduga Ari kesal karena ditegur parkir sembarangan
Baca Selengkapnya