Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Pasar Obligasi RI Diprediksi Terus Menguat Hingga Akhir 2019

Pasar Obligasi RI Diprediksi Terus Menguat Hingga Akhir 2019 Utang. ©Shutterstock

Merdeka.com - Senior Portfolio Manager Fixed Income PT Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI) Syuhada Arief, optimis pasar Indonesia akan mengalami penguatan di tahun 2019. Sebab sejauh ini pasar obligasi Indonesia menunjukkan tren penguatan.

Pihaknya mencatat sepanjang tahun berjalan hingga akhir Juni, pasar obligasi Indonesia telah mencatat penguatan 8,21 persen. Penguatan tersebut, diyakini masih akan berlanjut.

"Kami masih melihat adanya potensi lebih lanjut untuk pasar obligasi Indonesia. Iklim pasar finansial saat ini sangat suportif bagi pasar obligasi domestik," kata dia, dalam keterangan tertulis kepada merdeka.com, Rabu (17/7).

Orang lain juga bertanya?

Kebijakan The Fed mengarah lebih akomodatif, adanya potensi penurunan suku bunga Bank Indonesia, dan kenaikan peringkat kredit Indonesia dari S&P merupakan faktor-faktor yang positif bagi pasar obligasi Indonesia.

"Selain itu saat ini sekitar 29 persen dari obligasi di dunia atau sekitar USD 12,5 triliun, berada pada level imbal hasil negatif," ujar dia.

Kondisi ini berpotensi mendorong global yield hunt, di mana investor akan mencari investasi yang masih menawarkan imbal hasil positif. Pasar obligasi Indonesia dapat diuntungkan dari situasi ini karena obligasi Indonesia menawarkan imbal hasil yang tinggi.

"Kondisi makro ekonomi kita juga suportif, di mana nilai tukar Rupiah bergerak stabil, dan kondisi politik pasca pemilu juga sudah lebih tenang. Gabungan semua hal tersebut menciptakan iklim yang sangat kondusif bagi pasar obligasi domestik," jelas dia.

"Kesimpulannya, kami memandang masih ada upside potential untuk pasar obligasi Indonesia ke depannya."

Syuhada menambahkan, berinvestasi di reksadana obligasi masih lebih unggul dibandingkan berinvestasi obligasi secara langsung. Menurutnya, ada beberapa keunggulan berinvestasi di reksadana obligasi dibandingkan dengan berinvestasi di obligasi secara langsung.

Keunggulan pertama yakni biaya minimum investasi di reksadana obligasi relatif terjangkau. "Hanya dengan Rp 100 ribu investor bisa mulai berinvestasi di reksadana obligasi," jelasnya.

Sementara jika investor memutuskan untuk membeli obligasi secara langsung, lanjut dibutuhkan minimum investasi yang jauh lebih besar. Keunggulan kedua yakni pengelolaan yang aktif. Dia menjelaskan, reksadana obligasi dikelola oleh tim manajer investasi yang profesional dengan strategi pengelolaan aktif.

"Pengelolaan aktif artinya manajer investasi dapat mengubah posisi lebih agresif atau lebih konservatif sesuai dengan outlook dan kondisi pasar terkini. Oleh karena itu manajer investasi dapat memanfaatkan fluktuasi di pasar untuk mendapatkan return yang lebih optimal," tandasnya.

(mdk/azz)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Pasar Obligasi di Tanah Air Dipercaya Bakal Lanjutkan Tren Positif, Ini Faktor Pemicunya
Pasar Obligasi di Tanah Air Dipercaya Bakal Lanjutkan Tren Positif, Ini Faktor Pemicunya

Pasar obligasi Indonesia dinilai masih melanjutkan tren positif. Hal ini didukung pertumbuhan ekonomi makro yang solid.

Baca Selengkapnya
The Fed Tahan Suku Bunga, Para Investor Indonesia Harus Apa?
The Fed Tahan Suku Bunga, Para Investor Indonesia Harus Apa?

Rupiah diprediksi akan terus melemah hingga beberapa bulan ke depan

Baca Selengkapnya
Tren Nilai Tukar Rupiah Melemah, Sri Mulyani: Lebih Baik Dibanding Won Korea dan Yen Jepang
Tren Nilai Tukar Rupiah Melemah, Sri Mulyani: Lebih Baik Dibanding Won Korea dan Yen Jepang

Sri Mulyani klaim pergerakan Rupiah saat ini masih lebih baik dibandingkan dengan mata uang utama Asia lainnya.

Baca Selengkapnya
Bank Indonesia Pede Kurs Rupiah Bakal Menguat, Ini Dia Pemicunya
Bank Indonesia Pede Kurs Rupiah Bakal Menguat, Ini Dia Pemicunya

Pelemahan rupiah tidak lebih buruk dibandingkan Peso Filipina, Baht Thailand, dan Won Korea .

Baca Selengkapnya
Awal Mei 2024, Modal Asing Masuk Indonesia Tembus Rp22,8 Triliun
Awal Mei 2024, Modal Asing Masuk Indonesia Tembus Rp22,8 Triliun

Ini membuktikan bahwa respons kebijakan kenaikan BI rate maupun kenaikan suku bunga SRBI memang berhasil menarik masuk aliran modal asing.

Baca Selengkapnya
Data Bank Indonesia: Nilai Tukar Rupiah Menguat Sepanjang Mei 2024
Data Bank Indonesia: Nilai Tukar Rupiah Menguat Sepanjang Mei 2024

Nilai tukar Rupiah memang masih melemah 3,74 persen dari level akhir Desember 2023, lebih baik dibandingkan dengan pelemahan Peso Filipina.

Baca Selengkapnya
OJK Sebut Sektor Jasa Keuangan Stabil Karena Permodalan yang Kuat dan Likuiditas Memadai
OJK Sebut Sektor Jasa Keuangan Stabil Karena Permodalan yang Kuat dan Likuiditas Memadai

Rapat Dewan Komisioner Bulanan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada 30 Agustus 2023 menilai stabilitas sektor jasa keuangan nasional terjaga.

Baca Selengkapnya
Rupiah Anjlok, Airlangga Masih Optimis Ekonomi Indonesia Bisa Tumbuh 5 Persen Karena Ini
Rupiah Anjlok, Airlangga Masih Optimis Ekonomi Indonesia Bisa Tumbuh 5 Persen Karena Ini

Meskipun Rupiah anjlok sejak awal tahun, Menko Airlangga tetap optimis pertumbuhan ekonomi kuartal I-2024 di angka 5 persen.

Baca Selengkapnya
Konsumsi Rumah Tangga Positif, Ekonomi RI Diprediksi Tumbuh Capai 5,2 Persen
Konsumsi Rumah Tangga Positif, Ekonomi RI Diprediksi Tumbuh Capai 5,2 Persen

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, pertumbuhan ekonomi tersebut ditopang oleh konsumsi rumah tangga dan ekspor yang masih positif.

Baca Selengkapnya
Ekonomi Dunia Membaik, Indonesia Waspadai Kenaikan Harga dan Suku Bunga
Ekonomi Dunia Membaik, Indonesia Waspadai Kenaikan Harga dan Suku Bunga

Sri Mulyani mengatakan beberapa persoalan dunia yang dapat mengancam perekonomian dan sistem keuangan Indonesia.

Baca Selengkapnya
OJK: Industri Perbankan Indonesia Tetap Solid di Tengah Tingginya Suku Bunga AS
OJK: Industri Perbankan Indonesia Tetap Solid di Tengah Tingginya Suku Bunga AS

Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) pada September 2023 tercatat 6,54 persen yoy atau menjadi Rp8.147,17 triliun.

Baca Selengkapnya
Sri Mulyani Prediksi Pertumbuhan Ekonomi Kuartal III-2024 Tetap Cerah
Sri Mulyani Prediksi Pertumbuhan Ekonomi Kuartal III-2024 Tetap Cerah

Sri Mulyani berharap, dengan pemangkasan suku bunga yang dilakukan The Fed Fund Rate akan terus memberikan momentum positif bagi perekonomian Indonesia.

Baca Selengkapnya