Produksi Padi di Garut Dipastikan Mengalami Penurunan
Merdeka.com - Hasil produksi padi di Kampung Pawuan, Kelurahan Sukajaya, Kecamatan Tarogong Kidul, Garut dipastikan akan mengalami penurunan hingga 40 persen akibat serangan hama ulat. Selain di wilayah tersebut, secara umum di Kabupaten Garut pun produksi padinya mengalami penurunan karena dampak pesawahan yang kekurangan pasokan air.
Menyikapi serangan ulat di Panawuan, Wakil Bupati Garut Helmi Budiman mengakui bahwa pihaknya menerima keluhan dari sejumlah petani dimana padinya yang hendak dipanen diserang hama ulat.
"Serangan hama itu sebenarnya sudah dilaporkan ke Dinas Pertanian Kabupaten Garut dan dinas sudah melakukan langkah antisipasi dengan memberikan penyuluhan. Dan itu sebetulnya bisa diatasi dengan alami menggunakan bebek untuk mengusir ulat. Petani juga sudah melakukan itu," kata dia, Senin (9/9).
-
Mengapa petani udang di Kebumen merugi? Hal ini membuat para petani tambak rugi puluhan juta rupiah. Mesin sirkulasi yang seharusnya berfungsi kini dibiarkan karena tak ada lagi air. Sejumlah kolam memang masih beroperasi.
-
Apa masalah yang dihadapi petani? Oh, selamat pagi juga. Masalah saya adalah bahwa ladang ini selalu banjir setiap musim hujan.
-
Apa yang terjadi pada para petani? Mereka masih selamat meski mengalami luka bakar.
-
Apa saja keluhan petani bawang merah kepada Ganjar? Ganjar mencatat tiga keluhan utama para petani bawang merah di sana, yakni pupuk, pasar untuk jual hasil panen, dan ketersediaan pengairan lahan.
-
Bagaimana cara petani menghadapi gagal panen? Para petani kini diimbau untuk menanam palawija, atau tanaman bukan padi, yang bisa tumbuh di tengah musim kemarau.
-
Apa solusi Kementan untuk petani di Wajo? Mengatasi kekurangan pengairan dampak El Nino, Kementerian Pertanian (Kementan) maksimalkan fungsi embung menjadi solusi.
Helmi juga mengungkapkan bahwa melalui Dinas Pertanian, Pemerintah menganjurkan petani agar menggunakan pestisida nabati dalam proses pengusiran ulat. Namun rupanya hal tersebut tidak mampu membantu menyelamatkan padi karena disemprotkan ke padi yang belum siap dipanen.
"Sementara upaya ketiga, Pemerintah Kabupaten Garut juga sudah menyiapkan pestisida kimia untuk kelompok tani. Namun, Dinas Pertanian tidak merekomendasikan penggunaan pestisida itu untuk padi yang sebentar lagi panen karena bisa bahaya kalau dikonsumsi kemudian. Artinya, ada misinformasi dari dinas kepada petani," katanya.
Walau secara fakta serangan hama ulat terjadi di Panawuan, menurutnya penurunan produksi padi juga terjadi karena banyaknya yang tidak berisi. "Jadi memang ada penurunan produksi padi sekitar 30-40 persen dari dua data itu. Bukan hanya ulat saja, tapi karena hama dan kemarau ditambah angin sangat kencang," jelasnya.
Adapun persoalan tidak sampainya informasi penyuluhan dengan benar, Wabup mengaku bahwa hal tersebut menjadi koreksi. Dia pun mengaku akan merevitalisasi kepada kelompok tani agar seluruh informasi yang disampaikan dinas sampai kepada seluruh petani.
Sementara itu Kepala Seksie Serealia pada Dinas Pertanian Kabupaten Garut, Endang Junaedi menyebut bahwa memang serangan hama ulat grayak menjadi salah satu penyebab menurunnya produksi padi di Panawuan. Namun meski demikian dia menyebut bahwa tidak seluruh area persawahan mengalami gagal panen atau puso.
"Adanya padi yang tidak berisi itu diakibatkan penyerbukan yang tidak sempurna karena selama musim kemarau banyak terjadi angin kencang dan suhu ekstrem, ditambah juga kekeringan. Meski begitu kita telah melakukan sosialisasi dan penyuluhan kepada para petani untuk penanganan ulat, salah satunya agar petani menggunakan pestisida nabati untuk mengusir hama ulat," ucapnya.
Endang mengatakan bahwa penggunaan pestisida memang harus yang bersifat nabati karena hama ulat menyerang padi yang hampir matang. Menurut dia, pestisida itu akan lebih efektif digunakan pada sore hari, sebab ulat menyerang pada malam hari.
"Sementara ini laporan serangan hama ulat baru di Kampung Panauwan sehingga kami langsung bertindak dengan memberikan stok obat. Kami tidak diam. Dan selama musim kemarau memang terjadi penurunan produksi padi di Kabupaten Garut. Pertumbuhan padi sulit untuk normal karena kekurangan air. Tapi kita belum ada datanya untuk keseluruhan," jelasnya.
(mdk/idr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Kenaikan harga cabai di tingkat petani sudah terjadi sejak pekan lalu.
Baca SelengkapnyaBanyak lahan persawahan menguning karena diserang hama wereng dan tikus.
Baca SelengkapnyaDi panen ini, mereka hanya menerima nominal amat kecil yakni Rp700 per kilogram. Ini jauh dari pendapatan saat harga normal, di kisaran Rp4.000 per kilogram
Baca SelengkapnyaHama ini menyebabkan para petani kehilangan sawahnya hingga 200 hekatre siap panen.
Baca SelengkapnyaCuaca ekstrem juga membuat petani udang rugi puluhan juta rupiah
Baca SelengkapnyaYulianto, salah seorang petani mengatakan lahannya terancam gagal panen atas kondisi kerusakan tersebut.
Baca SelengkapnyaOmzet pedagang beras di sejumlah pasar di Garut, Jawa Barat, diketahui mengalami penurunan yang cukup signifikan.
Baca SelengkapnyaPara petani cabai di Jember tak bisa menikmati hasil panen seutuhnya
Baca Selengkapnya"Mereka cerita apa tolong kami pak, karet kami harganya hancur sudah, pupuknya mahal, obat-obatanya mahal," kata Ganjar
Baca SelengkapnyaNormalnya, harga cabai rawit di tingkat petani berkisar antara Rp10.000 hingga Rp15.000 per kilogram.
Baca SelengkapnyaDinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (Dinpertan KP) Kabupaten Banyumas optimistis sebagian besar tanaman padi di wilayahnya selamat dari kekeringan.
Baca SelengkapnyaArea persawahan di Jakarta tersebut terdampak kekeringan panjang
Baca Selengkapnya