Rupiah Masih Perkasa di Level Rp 14.045 per USD
Merdeka.com - Nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat (USD) bergerak fluktuatif di perdagangan hari ini, Jumat (11/1). Pagi ini, Rupiah dibuka di level Rp 14.073 per USD atau melemah tipis dibanding penutupan perdagangan kemarin di Rp 14.052 per USD.
Mengutip data Bloomberg, Rupiah meneruskan pelemahannya usai pembukaan ke level Rp 14.084, namun kemudian menguat kembali hingga sentuh level Rp 14.045 per USD. Rupiah pun kembali melemah dan saat ini nilai tukar berada di Rp 14.060 per USD.
Sebelumnya, Direktur Eksekutif Kepala Departemen Pengelolaan Moneter Bank Indonesia, Nanang Hendarsah mengakui bahwa kurs tersebut masih terlalu murah atau undervalue. Dia berpendapat, kondisi fundamental ekonomi nasional saat ini masih berpotensi untuk mendorong Rupiah mencapai level nilai tukar yang lebih baik lagi dalam beberapa waktu ke depan.
-
Apa Redenominasi Rupiah itu? Bank Indonesia memastikan bahwa rencana redenominasi rupiah atau Rp1.000 ke Rp1 masih terus berjalan.
-
Apa itu Redenominasi Rupiah? Redenominasi adalah proses penyederhanaan mata uang. Redenominasi menghapuskan angka nol (0) dari nominal mata uang yang ada.
-
Kapan rupiah mengalami devaluasi pertama? Pada 7 Maret 1946, pemerintah mendevaluasi nilai tukar rupiah sebesar 29,12 persen, dari Rp1,88 per USD1 menjadi Rp2,65 per USD1.
-
Kenapa mata uang Indonesia disebut Rupiah? Nama Rupiah dipilih sebagai nama mata uang Indonesia karena, kuatnya pengaruh budaya India selama masa kejayaan kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha di Nusantara, yang berlangsung selama ratusan tahun.
-
Mengapa Redenominasi Rupiah diusulkan? Redenominasi bertujuan untuk menyederhanakan jumlah digit pada pecahan rupiah tanpa mengurangi daya beli, harga atau nilai rupiah terhadap harga barang dan/atau jasa.
-
Apa dampak pelemahan Rupiah terhadap harga kedelai? Harga kedelai impor kembali mengalami kenaikan dan berdampak pada pelemahan nilai tukar rupiah. Kondisi ini tentunya sangat memberatkan para pelaku usaha tempe dan tahu.
"Pak Perry (Wardjiyo, Gubernur Bank Indonesia) bilang Rupiah masih undervalue. Jadi ada peluang masih bisa menguat," ucap dia di Jakarta, Kamis (10/1).
Agar penguatan bisa terus terjaga, Nanang beranggapan Rupiah ini semestinya berjalan perlahan namun pasti, dari pada meninggi drastis tapi selanjutnya terjatuh. "Tapi lebih baik menguatnya lebih smooth, tidak menguat tajam kemudian ada bouncing," ujar dia.
Namun, Bank Indonesia tidak menetapkan target level angka rupiah, melainkan hanya memantau stabilitas pergerakan nilai tukarnya dan menyerahkannya kepada mekanisme pasar.
(mdk/azz)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Rupiah anjlok 38 poin setelah sebelumnya menyentuh level Rp16.375 per dolar AS pada Selasa (25/6).
Baca SelengkapnyaAda dua pertimbangan yang membuat rupiah kembali melemah terhadap dolar Amerika Serikat.
Baca SelengkapnyaHal ini membuat nilai tukar mata uang dolar AS semakin menguat dibandingkan mata uang negara maju maupun berkembang, termasuk Indonesia.
Baca SelengkapnyaPelemahan rupiah terjadi karena pelaku pasar masih terpengaruh dengan sikap bank sentral yang tidak terburu-buru memangkas suku bunga.
Baca SelengkapnyaRupiah kembali melemah pada perdagangan Selasa sore, 3 September 2024.
Baca SelengkapnyaNilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar AS pada perdagangan Kamis (16/5) dibuka naik di tengah surplus neraca perdagangan domestik pada April 2024.
Baca SelengkapnyaSri Mulyani klaim pergerakan Rupiah saat ini masih lebih baik dibandingkan dengan mata uang utama Asia lainnya.
Baca SelengkapnyaPada Jumat (8/9), nilai tukar rupiah berada di level Rp 15.327 per USD.
Baca SelengkapnyaTernyata ini biang kerok nilai tukar Rupiah terhadap dollar Amerika Serikat anjlok ke level Rp16.026 di hari ketiga lebaran Idulfitri.
Baca SelengkapnyaPerdagangan Senin depan mata uang rupiah diprediksi fluktuatif namun ditutup menguat
Baca SelengkapnyaPada awal perdagangan Kamis (18/4) pagi, nilai tukar rupiah mencapai Rp16.177 per dolar AS.
Baca SelengkapnyaPasar telah mengalami minggu yang kacau, sebagian besar dipicu oleh angka penggajian Amerika.
Baca Selengkapnya