Sempat Jatuh di RI, Pesawat Boeing 737 Max Diizinkan Kembali Terbang Akhir 2020
Merdeka.com - Badan Keamanan Penerbangan Uni Eropa atau European Union Aviation Safety Agency (EASA) menyatakan pesawat Boeing 737 MAX aman untuk kembali terbang. Pesawat ini sempat dilarang terbang usai terlibat sejumlah kecelakaan yang menimbulkan korban jiwa. Termasuk di Indonesia yang dialami Lion Air.
Dilansir dari Bloomberg, Minggu (17/10), pengumuman tersebut disampaikan pada hari Jumat lalu, di mana, pesawat terbang tersebut kini dapat kembali melintasi langit sebelum akhir 2020.
Direktur eksekutif regulator, Patrick Ky menyatakan puas dengan perubahan yang dilakukan oleh Boeing B737 MAX. Namun, EASA pun meminta Boeing melakukan sejumlah peningkatan lagi untuk menambah keamanan. Permintaan itu diperkirakan baru bisa dipenuhi Boeing dalam dua tahun ke depan.
-
Bagaimana Lion Air memastikan pesawat mereka aman? Pesawat memasuki bengkel atau hanggar untuk menjalani proses Maintenance, Repair, and Overhaul (MRO) karena alasan krusial yang berkaitan dengan keamanan, kinerja, dan keandalan pesawat.
-
Apa yang dimaksud dengan "safe flight"? Safe flight sendiri merupakan kata lain dari terbang dengan aman. Kata ini sering kali digunakan seseorang yang hendak menempuh penerbangan.
-
Apa yang membuat Lion Air sukses? “Kemampuan beradaptasi Rusdi telah membantunya dengan baik dalam bisnis penerbangan yang bergejolak,“ tulis Forbes.com dikutip di Jakarta, Jumat (18/8). Perjalanan karier Rusdi Kirana dan saudaranya Kusnan merintis bisnis penerbangan Lion Air dimulai pada tahun 1999 silam. Saat itu, keduanya hanya memiliki modal sebesar USD900.000. Namun, dalam waktu relatif singkat Lion Air mampu menjadi maskapai penerbangan terbesar di Indonesia.
-
Siapa pemilik Lion Air Group? Melansir dari laman Forbes.com, sosok ini memiliki kekayaan bersih senilai USD1,7 miliar di tahun 2015 lalu. Sosok Rusdi Kirana selama ini dikenal sebagai pemilik maskapai dengan biaya murah, Lion Air Group.
-
Kapan kecelakaan pesawat terjadi? De Havilland Comet merupakan desain jet komersial awal yang memiliki jendela persegi. Namun, dalam waktu lima tahun setelah diperkenalkan, tiga Komet mengalami serangkaian kecelakaan tragis dan menewaskan semua penumpang di dalamnya. Melansir IFLScience & Daily Mail, Senin (13/5), setelah kecelakaan ketiga di 1954, penyelidikan menemukan bahwa retaknya kusen jendela menjadi penyebabnya.
-
Siapa yang bertanggung jawab untuk merawat pesawat Lion Air? Sebagai contoh Batik Air, perhitungan dan perencanaan perawatan yang cermat merujuk kepada Maintenance Program Batik Air yang disahkan oleh Direktorat Jenderal Perhubungan Udara.
"Analisis kami menunjukkan bahwa ini aman, dan tingkat keamanan yang dicapai cukup tinggi bagi kami," kata Ky dalam sebuah wawancara.
"Apa yang kami diskusikan dengan Boeing adalah fakta bahwa dengan sensor ketiga, kami dapat mencapai tingkat keamanan yang lebih tinggi," ungkapnya.
Ky mengatakan sensor sintetis akan menyederhanakan pekerjaan pilot ketika salah satu atau kedua sensor angle-of-attack mekanis pada Max gagal. Perangkat inilah yang tidak berfungsi saat terjadinya dua kecelakaan - yang pertama di lepas pantai Indonesia pada Oktober 2018 dan yang kedua, lima bulan kemudian, di Ethiopia.
"Kami pikir secara keseluruhan ini adalah perkembangan yang baik yang akan meningkatkan tingkat keselamatan," kata Ky.
"Ini tidak tersedia sekarang dan akan tersedia pada waktu yang sama dengan Max 10 diharapkan untuk disertifikasi."
Boing 737 Max Milik Lion Air Jatuh
Sebelumnya, pesawat Boeing 737 MAX dilarang terbang di seluruh dunia karena dua kecelakaan berturut-turut, yakni Lion Air JT610 pada Oktober 2018 dan Ethiopian ET302 pada Maret 2019, yang menewaskan lebih dari 300 penumpang dan kru.
Otoritas penerbangan AS, Federal Aviation Administration (FAA), kemudian memberlakukan larangan terbang (grounded) pada B737 MAX di seluruh dunia, karena diduga keduanya jatuh akibat faktor yang sama, yakni software MCAS.
Boeing kemudian mengajukan sejumlah perbaikan pada software MCAS, dan membuat panduan pelatihan baru bagi pilot-pilot yang menerbangkan B737 MAX. FAA dan EASA telah melakukan evaluasi terhadap pembaharuan tersebut pada September 2020 lalu. Kini keduanya sedang melakukan evaluasi dari hasil pengujian.
Reporter Magang: Brigitta Belia
(mdk/bim)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Cuaca Buruk, Lion Air Batal Mendarat di Aceh dan Kembali ke Bandara Kualanamu
Baca SelengkapnyaGaruda Indonesia mengakui pesawat Boeing B747-400 mengalami masalah mesin sehingga muncul percikan api.
Baca SelengkapnyaPihak Lion Air tetap akan memberikan kompensasi kepada para penumpang atas kejadian gagal berangkat karena kendala teknis tersebut.
Baca SelengkapnyaKNTK sementara melakukan pengecekan apa sebenarnya masalah utama sehingga pesawat batal terbang.
Baca SelengkapnyaBatik Air menjadi sorotan karena pilot dan co-pilot tertidur saat mengemudikan pesawat.
Baca SelengkapnyaSebaran abu vulkanik dapat membahayakan dan menghentikan kerja mesin pesawat terbang.
Baca SelengkapnyaHarga pesawat Boeing baru berkisar antara USD89 juta hingga USD440 juta atau setara Rp1,3-Rp6,8 triliun.
Baca SelengkapnyaSaat ini proses investigasi untuk mengetahui penyebab terbakarnya mesin pesawat dengan kode GIA 1105 tersebut masih berlangsung
Baca SelengkapnyaUnited Airlines mengatakan, penyelidikan kini sedang berlangsung untuk mengetahui penyebab copotnya roda tersebut.
Baca SelengkapnyaPesawat Super Air Jet mengalami kerusakan atau muncul dari salah satu panel di ruang kokpit.
Baca SelengkapnyaHingga kini sudah lebih dari 300 penerbangan telah dibatalkan akibat insiden terlepasnya pintu jendela pesawat di udara.
Baca SelengkapnyaMeskipun masih jauh dari jumlah ideal sebelum pandemi, pemulihan ini memberikan harapan bagi industri penerbangan untuk kembali bangkit.
Baca Selengkapnya