Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Sentilan pedas Jokowi soal ekonomi ke kepala daerah termasuk Ahok

Sentilan pedas Jokowi soal ekonomi ke kepala daerah termasuk Ahok Presiden Jokowi. ©2014 merdeka.com/arie basuki

Merdeka.com - Presiden Joko Widodo kemarin menghadiri Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) ke-VII Tim Pengendalian Inflasi Daerah tahun 2016 di Hotel Grand Sahid Jaya, Jakarta, Kamis (4/8). Selain Jokowi, acara ini juga dihadiri jajaran pejabat seperti Menteri Keuangan Sri Mulyani, Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN) Bambang Brodjonegoro, Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi, Menteri ESDM Archandra Tahar, serta kepala daerah.

Dalam acara ini, Jokowi menjelaskan secara blak-blakan soal kondisi ekonomi Indonesia terkini. Bahkan, Jokowi menyentil kepala daerah, termasuk Ahok yang lamban dalam menggunakan atau mencairkan anggaran daerah, sehingga tidak membantu pertumbuhan ekonomi.

"Segera itu keluarkan anggaran APBD, seawal mungkin setiap tahunnya. Karena uang itu akan beredar dan akan menambah, meningkatkan pertumbuhan ekonomi di kabupaten/kota, dan provinsi," kata Jokowi.

Orang lain juga bertanya?

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Darmin Nasution menilai, pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam jangka waktu tiga bulan ke depan akan mengalami perbaikan. Sektor infrastruktur akan menjadi pendorong masuknya investasi dalam negeri, sehingga tercipta pertumbuhan.

"Saya melihat 2-3 bulan ekonomi sudah menggeliat, tapi memang belum kelihatan membaik betul. Jika ditarik ke belakang, Indonesia memang bukan terbaik tapi satu di antara yang terbaik di antara negara lainnya," ujar Darmin kemarin malam.

Darmin mengakui, perekonomian dunia masih belum stabil dan menemukan titik terang, bahkan International Moneter Funf (IMF) kerap kali merevisi pertumbuhan ekonomi global. "Kita hidup di masa ekonomi dunia belum ketemu jalan keluar, semua negara hadapi masalah, tiap tiga bulan IMF turunkan lagi (angka ekonomi dunia)," jelas Darmin.

Meski demikian, sentilan Jokowi tak berhenti di situ kepada kepala daerah.

Berikut uraiannya:

Kepala daerah jangan besar kepala

Presiden Joko Widodo menyindir semua kepala daerah agar tidak besar kepala saat daerah yang dipimpinnya memiliki pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Sebab, pencapaian tersebut akan sia-sia bila angka inflasinya lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi.

Jokowi mencontohkan, di satu daerah tercatat angka inflasi sebesar 8,53 persen dan pertumbuhan ekonomi sebesar 6 persen. Sementara di daerah lainnya angka pertumbuhan sebesar 4,9 persen dan inflasinya 3,53 persen.

"Pilih yang mana? pertumbuhan ekonomi 6 persen tapi inflasi 8,5 persen dengan pertumbuhan yang 4,9 persen tapi inflasi 3,53 persen? Pilih yang kedua. Jangan hanya melihat pertumbuhan ekonomi yang tinggi," kata Jokowi di Grand Sahid, Jakarta, Kamis (4/8).

Jokowi menceritakan, ada kepala daerah yang melapor ke pihaknya mencatatkan pertumbuhan ekonomi sebesar 9 persen, sayangnya pertumbuhan yang besar tersebut juga diikuti oleh angka inflasi yang tinggi.

"Inflasi tinggi rakyat tekor. Kalau pertumbuhan 9 persen inflasi 3 persen itu yang kita cari. Berarti rakyat belinya mudah sekali. Ini yang harus kita ketahui kenapa pertumbuhan dan inflasi penting. Hati-hati jangan bangga dulu terhadap pertumbuhan kalau tidak bisa kendalikan inflasi," pungkasnya.

Jalan rusak buat harga mahal

Presiden Joko Widodo menyentil Pemerintah Daerah (Pemda) yang hadir dalam Rapat Koordinasi VII Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) 2016 soal banyaknya infrastruktur jalan dan jembatan rusak. Presiden Jokowi meminta agar Pemda mendorong perbaikan beberapa infrastruktur jalan yang masih rusak.

"Apakah jalannya rusak, apakah jembatannya masih ada yang menggunakan kayu, itu kalau di Kabupaten/Kota bisa melakukan percepatan perbaikan, silakan. Kalau (kepala daerah) tidak mau (perbaiki), lapor ke kita, biar pemerintah pusat yang kerjakan," kata Presiden Jokowi di Hotel Grand Sahid, Jakarta, Kamis (4/8).

Presiden mengatakan jalan rusak menjadi salah satu penyebab tingginya biaya logistik di Tanah Air. Imbasnya harga barang turut terkerek naik.

"Kalau masih ada jalan yang becek seperti itu, namanya harga jasa transportasi biayanya tinggi karena menghabiskan bahan bakar yang banyak," sambungnya.

Selain infrastruktur, mantan wali kota Solo ini, juga meminta kepada kepala daerah untuk memantau distribusi pasokan pangan di pasar. "Distribusi pasokan coba dilihat bener atau tidak bener. Harga kita contoh, kenapa bawang kita di Brebes harganya Rp 12.000 - Rp 14.000 tapi tiba di pasar sini sampai Rp 40.000 harganya. Ternyata bukan transportasi saja masalahnya, tapi juga di penyimpanan barang, di bongkar muat. Bimbing petani, ini juga perlu ada intervensi dari daerah," jelasnya.

Banyak yang lupa soal pertumbuhan ekonomi dan inflasi

Presiden Joko Widodo menekankan kepada pemerintah daerah (Pemda) akan pentingnya memonitor angka pertumbuhan ekonomi dan inflasi agar tetap terjaga. Bahkan, Presiden Jokowi mengaku angka-angka tersebut sudah seperti menu sarapannya.

"Banyak orang lupa pentingnya dua hal tadi. Setiap hari, setiap pagi, makanan sehari-hari saya adalah melihat angka baik angka pertumbuhan ekonomi maupun inflasi," ujarnya di Hotel Grand Sahid, Jakarta, Kamis (4/8).

Mantan Walikota Solo ini menyebut, saat ini dirinya bangga, perlahan mulai banyak Pemda sudah menyadari akan pentingnya menjaga inflasi dan pertumbuhan ekonomi. Untuk itu, Presiden Jokowi meminta kepada seluruh Pemda wajib memiliki Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID).

"Setiap daerah harus memiliki TPID. Bagi daerah yang belum membentuk TPID, segera bentuk," tegas Presiden Jokowi.

Dana Pemda mengendap Rp 214 triliun

Presiden Joko Widodo meminta kepada seluruh pemerintah daerah untuk segera mengeluarkan dan menggunakan anggaran APBD yang masih mengendap. Sebab, dengan semakin cepatnya uang yang dikeluarkan dari APBD, akan mendorong pertumbuhan ekonomi daerah.

"Segera itu keluarkan anggaran APBD, seawal mungkin setiap tahunnya. Karena uang itu akan beredar dan akan menambah, meningkatkan pertumbuhan ekonomi di kabupaten/kota, dan provinsi," kata Jokowi dalam Rakornas TPID di Hotel Grand Sahid, Jakarta, Kamis (4/8).

Mantan Walikota Solo ini menyebut, pada Mei 2016 lalu, uang mengendap yang ada di APBD kabupaten/kota dan provinsi secara keseluruhan masih ada sebesar Rp 246 triliun. Sedangkan pada Juni 2016, mengalami penurunan menjadi Rp 214 triliun.

"Uang Rp 264 triliun itu besar sekali. Kalau uang ini keluar semua, pertumbuhan ekonomi kita akan terdongkrak naik. Juni turun jadi Rp 214 triliun tapi masih di atas Rp 200 triliun, hati-hati bapak ibu Gubernur, Bupati maupun Walikota. Ini keterlambatan realisasi seperti ini jangan diteruskan. Stop. Harus segera dikeluarkan," jelasnya.

Selain itu, kata Jokowi, semakin cepatnya uang yang mengendap dikeluarkan oleh pemerintah daerah, maka akan sangat membantu daerah-daerah yang sangat lemah dalam sektor swasta.

"Tanpa uang ini dikeluarkan, dari mana uang beredar di daerah apalagi daerah yang tidak punya kekuatan di sektor swastanya akan lebih berat lagi. Jadi penting. Segera keluarkan, segera lelang uang di Mei Rp 246 triliun, dan Juni Rp 214 triliun. Juli saya belum dapat angkanya. Ini masalah yang berkaitan dengan APBD," pungkasnya.

Ahok paling banyak simpan APBD

Presiden Joko Widodo menyindir Gubernur DKI, Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok yang masih lambat mencairkan atau menggunakan dana APBD. Padahal, penyerapan anggaran daerah sangat diperlukan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.

"Pak Ahok, duitnya memang banyak tapi nyimpannya juga banyak. Masih ada 13,9 triliun. Ini harus dikeluarkan," ucap Jokowi dalam Rakornas TPID di Hotel Grand Sahid, Jakarta, Kamis (4/8).

Menurut Jokowi, banyaknya dana daerah yang masih mengendap tak hanya terjadi di DKI Jakarta. Jokowi meminta kepada seluruh kepala daerah, tak hanya Ahok, untuk segera atau mempercepat pencairan dana APBD.

Berikut daftar Provinsi paling tinggi yang memiliki simpanan uang yang mengendap :

1. DKI Jakarta (Rp 13,9 triliun)

2. Jawa Barat (Rp 8 triliun)

3. Jawa Timur (Rp 3,95 triliun)

4. Riau (Rp 2,86 triliun)

5. Papua (Rp 2,6 triliun)

6. Jawa Tengah (Rp 2,46 triliun)

7. Kalimantan Timur (Rp 1,57 triliun)

8. Banten (Rp 1,5 triliun)

9. Bali (Rp 1,46 triliun)

10. Aceh (Rp 1,4 triliun).

 

(mdk/idr)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Realisasi Penyerapan Anggaran Baru 31 Persen, Jokowi Perintahkan Kepala Daerah Segera Belanjakan APBD
Realisasi Penyerapan Anggaran Baru 31 Persen, Jokowi Perintahkan Kepala Daerah Segera Belanjakan APBD

Minimnya realisasi belanja ini berdampak pada peredaran uang di kabupaten/kota dan menunjukkan daya beli masyarakat yang rendah.

Baca Selengkapnya
Jokowi Sentil Kabupaten Anggaran Besar Tapi Program Tidak Jelas, Sekda Bali Bereaksi
Jokowi Sentil Kabupaten Anggaran Besar Tapi Program Tidak Jelas, Sekda Bali Bereaksi

Sekretaris Daerah (Sekda) Bali Dewa Made Indra menanggapi soal ucapan Presiden. Meskipun Presiden tak menyebut spesifik daerah yang dimaksud.

Baca Selengkapnya
VIDEO: Ahok Sempat Kesal Masih Gubernur Aktif & Teman Presiden Masuk Bui
VIDEO: Ahok Sempat Kesal Masih Gubernur Aktif & Teman Presiden Masuk Bui "Saya Terlalu Sombong"

Mantan Gubernur DKI Basuki T Purnama bercerita saat ditahan kasus penistaan agama.

Baca Selengkapnya
Ahok Beberkan Kriteria Sosok Ideal Gubernur Jakarta
Ahok Beberkan Kriteria Sosok Ideal Gubernur Jakarta

Sedikitnya ada lima kriteria yang harus dimiliki calon gubernur Jakarta

Baca Selengkapnya
AHY Kritik Pemerintah: Ekonomi Tumbuh Rendah, Utang Justru Meroket
AHY Kritik Pemerintah: Ekonomi Tumbuh Rendah, Utang Justru Meroket

AHY menilai sembilan tahun terakhir ekonomi alami sejumlah kemandekan dan kemunduran serius

Baca Selengkapnya
Ogah Jadi Ketua KPK, Ahok Lebih Ingin Jadi Jaksa Agung atau Menteri Keuangan
Ogah Jadi Ketua KPK, Ahok Lebih Ingin Jadi Jaksa Agung atau Menteri Keuangan

Ahok berandai jika ditawari dan berkesempatan menempati jabatan di pemerintahan.

Baca Selengkapnya
Jokowi: Ada Kabupaten Punya Anggaran Besar tapi Program Tak Jelas, Padahal Bisa Bangun 10 Rumah Sakit
Jokowi: Ada Kabupaten Punya Anggaran Besar tapi Program Tak Jelas, Padahal Bisa Bangun 10 Rumah Sakit

Jokowi menyinggung bahwa anggaran tersebut banyak digunakan untuk hibah-hibah yang arahnya ke politik.

Baca Selengkapnya
Sekjen PDIP Kritik Jokowi: Utang Swasta dan BUMN Hampir USD200 Miliar
Sekjen PDIP Kritik Jokowi: Utang Swasta dan BUMN Hampir USD200 Miliar

Menurut Hasto, jika kedua utang itu digabung, Indonesia ke depan berpotensi menghadapi masalah serius.

Baca Selengkapnya
Nasib Ahok di Pilkada Jakarta Ditentukan Megawati
Nasib Ahok di Pilkada Jakarta Ditentukan Megawati

Ahok kini tengah fokus memberikan pendidikan bagi kader-kader PDIP terkait perekonomian.

Baca Selengkapnya
Ahok Sampai Heran Lihat Koruptor Harta Sudah Disita, Pas Bebas Lebih Kaya Naik Roll-Royce
Ahok Sampai Heran Lihat Koruptor Harta Sudah Disita, Pas Bebas Lebih Kaya Naik Roll-Royce

Saking lemahnya hukum, Ahok heran melihat bekas tahanan koruptor yang justru semakin kaya.

Baca Selengkapnya
JK: Siapa pun Pemerintah Selanjutnya Hadapi Tantangan Berat
JK: Siapa pun Pemerintah Selanjutnya Hadapi Tantangan Berat

Wapres ke-10 dan 12, Jusuf Kalla atau JK memperkirakan, siapa pun yang menggantikan Jokowi akan menghadapi tantangan berat.

Baca Selengkapnya
Jokowi: Ada Kabupaten Anggarannya Besar Tapi Program Tidak Jelas, Banyak Dipakai Hibah Politik
Jokowi: Ada Kabupaten Anggarannya Besar Tapi Program Tidak Jelas, Banyak Dipakai Hibah Politik

Jokowi mengatakan, uang yang ada malah dipakai untuk hibah-hibah politis.

Baca Selengkapnya