Sri Mulyani : Pertumbuhan Ekonomi Semester I-2019 Sebesar 5,1 Persen
Merdeka.com - Menteri Keuangan, Sri Mulyani mencatat angka pertumbuhan ekonomi Indonesia di semester I-2019 sebesar 5,1 persen. Angka ini berdasarkan perhitungannya terhadap kontribusi berbagai indikator, yakni konsumsi rumah tangga, belanja pemerintah, hingga realisasi ekspor dan impor Indonesia.
Dengan demikian, outlook pertumbuhan ekonomi sepanjang tahun ini diproyeksikan berada di angka 5,2 persen. Lebih rendah dari yang tercatat dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara 2019, sebesar 5,3 persen.
"Kita lihat realisasi semester I dari sisi asumsi makro growth di 5,1 persen. Ini masih estimasi, karena BPS (Badan Pusat Statistik) baru akan mengeluarkan (rilis) pada Agustus. Untuk semester II-2019 growth realisasi diperkirakan di 5,2 persen," kata dia di ruang rapat Banggar DPR RI, Jakarta, Selasa (16/7).
-
Kapan pertumbuhan ekonomi RI di atas 5 persen? “Bahkan hal ini sudah berlangsung selama 7 kuartal atau hampir 2 tahun berturut-turut.
-
Bagaimana pertumbuhan ekonomi RI di kuartal II-2023? “Bila dibandingkan dengan triwulan II-2022 atau secara year on year tumbuh sebesar 5,17 persen,“ kata Deputi Bidang Neraca dan Analis Statistik BPS Moh Edy Mahmud saat Konferensi Pers di Jakarta, Senin.
-
Apa target pertumbuhan ekonomi Indonesia? Badan Anggaran (Banggar) DPR RI dan Pemerintah menyepakati target sasaran pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun 2025 mendatang berada pada rentang 5,3 persen sampai 5,6 persen.
-
Apa pertumbuhan ekonomi RI di Kuartal II-2023? Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia berada di angka 5,17 persen secara tahunan (yoy) pada kuartal II-2023.
-
Bagaimana ekonomi RI bisa tumbuh 6,22% sampai 2045? 'Penerapan ekonomi hijau dalam jangka panjang diproyeksikan dapat menstabilkan pertumbuhan ekonomi rata-rata sebesar 6,22 persen hingga 2045,' kata Airlangga di Jakarta, Kamis (4/7).
-
Kenapa pertumbuhan ekonomi RI di Kuartal II-2023 lebih tinggi? “Pertumbuhan ekonomi kita secara kuartal (q-to-q) lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang ini sejalan dengan pola yang terjadi di tahun-tahun sebelumnya, yaitu pertumbuhan triwulan II selalu lebih tinggi dibandingkan di triwulan I,“ terang Edy.
Sri Mulyani menjelaskan, pertumbuhan ekonomi Indonesia masih akan ditopang oleh sektor konsumsi rumah tangga. Sementara dari sektor investasi, diyakini akan mengalami pelemahan.
Pelemahan tersebut disebabkan kondisi perekonomian domestik yang terdampak tekanan dari eksternal, salah satunya yaitu menguatnya ketegangan perdagangan antara Amerika Serikat dan China.
"Sehingga meskipun tingkat konsumsi rumah tangga masih cukup kuat dan tumbuh tinggi, namun kami melihat untuk investasi mulai terjadi kecenderungan melambat," ujarnya.
Selain itu, pertumbuhan ekonomi didorong adanya tekanan suku bunga acuan The Fed yang tinggi, membuat investasi langsung asing mengalami perlambatan. "Dan juga adanya tekanan suku bunga yang meningkat menyebabkan FDI (Foreign Direct Investment) mengalami perlambatan," ujarnya.
Sementara itu, inflasi semester I-2019 dilaporkan berada di level 3,3 persen secara tahunan (yoy). Dan dia memproyeksikan untuk semester II-2019 inflasi berada di level 3,1 persen yoy.
(mdk/idr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Bendahara negara ini menegaskan, target itu sesuai dengan yang tertuang di Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
Baca SelengkapnyaMenteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, pertumbuhan ekonomi tersebut ditopang oleh konsumsi rumah tangga dan ekspor yang masih positif.
Baca SelengkapnyaWalau begitu, perekonomian Indonesia masih mencatatkan pertumbuhan di angka 5,05 persen.
Baca SelengkapnyaSelain itu, pertumbuhan ekonomi ditopang oleh konsumsi rumah tangga dan investasi.
Baca SelengkapnyaPertumbuhan ekonomi kuartal II-2024 diramal tumbuh 5,11 persen.
Baca SelengkapnyaProyeksi IMF tersebut lebih rendah dari target pemerintahan Presiden Joko Widodo dalam Asumsi Makro APBN 2024
Baca SelengkapnyaDengan capaian ini, untuk keseimbangan primer mengalami surplus mencapai Rp122,1 triliun.
Baca SelengkapnyaSri Mulyani menyebut, hal ini juga sejalan dengan tingkat inflasi global yang diperkirakan masih tinggi di tahun 2024.
Baca SelengkapnyaPerekonomian di China yang merupakan ekonomi terbesar kedua di dunia, masih menunjukkan kinerja yang lemah
Baca SelengkapnyaSituasi global yang tidak berjalan baik saat ini sejalan dengan proyeksi pertumbuhan ekonomi global yang semakin merosot.
Baca SelengkapnyaBasis proyeksi pertumbuhan ekonomi itu ditopang oleh terkendalinya inflasi.
Baca SelengkapnyaAngka ini sudah 88,69 persen dari target Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN).
Baca Selengkapnya