Sri Mulyani soal Pertumbuhan Ekonomi 5,01 Persen: Sesuai Proyeksi Pemerintah
Merdeka.com - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat ekonomi Indonesia tumbuh 5,01 persen di Kuartal I-2022. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, capaian tersebut telah sesuai dengan proyeksi yang dibuat pemerintah.
"Kita melihat pertumbuhan ekonomi di atas 5 persen ini sesuai dengan proyeksi yang di Kementerian Keuangan lakukan. Walaupun selalu ada di range-nya tapi poin estimate kita sangat mendekati," kata Sri Mulyani, Jakarta, Kamis (12/5).
Menurutnya, kenaikan tersebut harus syukuri karena terjadi di tengah situasi dan kondisi yang banyak tantangannya. Selain pemulihan ekonomi di berbagai negara yang tidak sama, eskalasi politik Rusia-Ukraina menjadi tantangan tersendiri.
-
Kenapa pertumbuhan ekonomi RI di Kuartal II-2023 lebih tinggi? “Pertumbuhan ekonomi kita secara kuartal (q-to-q) lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang ini sejalan dengan pola yang terjadi di tahun-tahun sebelumnya, yaitu pertumbuhan triwulan II selalu lebih tinggi dibandingkan di triwulan I,“ terang Edy.
-
Apa tantangan utama pemerintahan baru terkait ekonomi? Tantangan dari Dalam Akhmad Akbar mengatakan bahwa pemerintahan Prabowo dan Gibran akan sibuk menghadapi tantangan dari dalam pemerintahannya sendiri.
-
Bagaimana BRI tetap tumbuh positif di tengah tantangan? Terkait pencapaian tersebut, Direktur Utama BRI Sunarso mengatakan BRI berhasil menjaga kinerja positif dan terus bertumbuh di tengah kondisi ekonomi yang menantang di tengah tantangan pandemi Covid-19. Hal tersebut, lanjut dia, menunjukkan bahwa BRI berhasil memberi makna kepada seluruh stakeholders-nya melalui penciptaan economic dan social value.
-
Apa pertumbuhan ekonomi RI di Kuartal II-2023? Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia berada di angka 5,17 persen secara tahunan (yoy) pada kuartal II-2023.
-
Apa yang menjadi tantangan ekonomi global bagi BRI? Tantangan Perlambatan Ekonomi Global Sejak Tahun Lalu Berbagai tantangan ketidakpastian ekonomi, seperti kondisi perekonomian yang dihantui resesi dan perlambatan ekonomi global sejak tahun lalu.
-
Bagaimana pertumbuhan ekonomi bisa dicapai? Pengembangan kuantitas produksi berikut umumnya disebabkan oleh semakin majunya teknologi, adanya inovasi bisnis yang efisien serta eskalasi minat konsumen pada tren tertentu.
Konflik dua negara tersebut telah berhasil mendorong kenaikan inflasi di berbagai negara dengan cepat. Inflasi di negara-negara maju melonjak di atas 5 persen yakni Amerika Serikat di atas 8 persen dan Eropa di atas 7 persen. Kenaikan inflasi ini menurutnya ini pasti akan direspon dengan pengetatan kebijakan moneter.
"Kita semua tahu mengenai perang yang terjadi di Ukraina yang menimbulkan spill over atau rambatan yang sangat banyak dan sangat pelik, yaitu jadinya disruption supply dan juga dari sisi kenaikan harga-harga komoditas yang akan memunculkan tantangan yang jauh lebih rumit," paparnya.
Jaga Daya Beli Masyarakat
Meski begitu, Sri Mulyani mengatakan pemerintah telah memiliki beberapa cara untuk menghadapi tantangan tersebut. Antara lain dengan menjaga daya beli masyarakat seperti memberikan subsidi terhadap BBM dan listrik.
Harga minyak BBM dunia kata Sri Mulyani saat ini sudah di atas USD 100 dolar per barel. Angka ini jauh berbeda dengan asumsi pemerintah dalam UU APBN 2022 yang hanya sebesar USD 63 per barel.
"Perbedaan yang sangat besar dan ini harga minyak di Indonesia belum diubah kecuali kemarin Pertamax dilakukan adjustment. Tapi Pertalite, Solar, semuanya berubah," ungkapnya.
Dia mengatakan, shock dari luar saat ini tengah ditahan oleh APBN. Hal ini dilakukan agar daya beli masyarakat yang masih belum pulih tetap bisa terjaga.
"Jadi ini treat of nya adalah menjaga daya beli masyarakat. Kemudian dibandingkan dengan beban APBN yang akan melonjak sangat besar dari subsidi BBM," kata dia.
Kebutuhan Listrik
Begitu juga dengan kebutuhan listrik yang tidak mengalami perubahan di tengah harga batubara yang mengalami tren kenaikan. Saat ini negara sudah menggunakan policy DMO dengan harga USD 70, padahal harganya saat ini sudah di atas USD 200.
"Atau kita bicara tentang yang masih menggunakan gas. Jadi biaya listriknya naik tapi harga listrik di masyarakat tidak berubah, pasti nanti harus ada yang bayar, yang bayar siapa? Lagi-lagi APBN," ungkapnya.
Untuk itu, Sri Mulyani mengatakan saat ini APBN telah menjadi bantalan yang baik untuk menjaga daya beli masyarakat. Sehingga tetap berkelanjutan dan memiliki fokus utama yaitu masyarakat terlindungi, ekonominya tetap momentumnya tumbuh, namun dengan APBN yang tetap sehat.
(mdk/idr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Sri Mulyani mengatakan beberapa persoalan dunia yang dapat mengancam perekonomian dan sistem keuangan Indonesia.
Baca SelengkapnyaIndonesia berupaya mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan.
Baca SelengkapnyaBendahara negara ini menegaskan, target itu sesuai dengan yang tertuang di Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
Baca SelengkapnyaSri Mulyani berharap, dengan pemangkasan suku bunga yang dilakukan The Fed Fund Rate akan terus memberikan momentum positif bagi perekonomian Indonesia.
Baca SelengkapnyaSituasi global yang tidak berjalan baik saat ini sejalan dengan proyeksi pertumbuhan ekonomi global yang semakin merosot.
Baca SelengkapnyaMenteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, pertumbuhan ekonomi tersebut ditopang oleh konsumsi rumah tangga dan ekspor yang masih positif.
Baca SelengkapnyaSaat ini, nilai tukar rupiah berada di level Rp15.287 per USD, menunjukkan penguatan signifikan dibandingkan periode sebelumnya.
Baca SelengkapnyaKondisi ekonomi global 2023 diprediksikan oleh banyak lembaga internasional merupakan tahun yang cukup gelap.
Baca SelengkapnyaSri Mulyani ungkap penyebab PMI manufaktur Indonesia turun drastis.
Baca SelengkapnyaSri Mulyani Indrawati menghadiri pertemuan para Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral G20 di Gandhinagar, India.
Baca SelengkapnyaKinerja apik ini tak lepas dari terjaganya tren pemulihan ekonomi nasional hingga memasuki akhir tahun 2023.
Baca SelengkapnyaWalau begitu, perekonomian Indonesia masih mencatatkan pertumbuhan di angka 5,05 persen.
Baca Selengkapnya