Suku bunga AS naik, bank sentral diminta tak ikut naikkan BI rate
Merdeka.com - Bank sentral Amerika Serikat, The Federal Reserve (The Fed), akhirnya menaikkan suku bunga acuan menjadi 0,50 persen dari sebelumnya 0,25 persen. Namun, kenaikan tersebut diharapkan tidak akan mendorong suku bunga acuan Bank Indonesia untuk ikut menaikkan suku bunga acuannya atau BI rate.
Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, Anwar Nasution berharap BI bisa turunkan suku bunga acuannya. Alasannya, naiknya suku bunga akan menyulitkan industri perbankan dan menghambat kemajuan dunia usaha di Indonesia.
"Justru itu saya katakan, supaya jangan naikkan suku bunga terus, tingkatkan lagi efisiensi bank pemerintah. Kalau naik terus ya mati lah dunia usaha," kata Anwar dalam seminar Reshaping Sharpening, & BUMN Outlook 2016 di Hotel Borobudur, Jakarta, Kamis (17/12).
-
Kenapa minat investor asing menurun di sektor keuangan Indonesia? Menurunnya minat investor asing terhadap sektor keuangan Indonesia disebabkan oleh sentimen peningkatan yield surat utang di Amerika Serikat dan tren suku bunga tinggi di sejumlah bank sentral negara maju. Akibatnya, kebutuhan likuiditas pemerintah dan pelaku usaha akan menjadi sangat kompetitif dan berbiaya mahal,' ucap Said.
-
Kenapa negara-negara takut dengan bunga pinjaman? Karena begitu bunga pinjaman naik sedikit saja, beban fiskal itu akan sangat, sangat besar,' jelasnya.
-
Kenapa kebutuhan uang Bank Indonesia meningkat? 'Jumlah tersebut meningkat 12,5 persen, jika dibandingkan dengan kebutuhan uang dalam periode yang sama menjelang nataru di akhir tahun 2022 sebesar Rp 2,4 triliun rupiah,' kata Erwin, dalam keterangan tertulisnya, Selasa (12/12).
-
Kenapa inflasi tinggi merusak daya beli? Namun, inflasi yang terlalu tinggi atau tidak terkendali dapat merusak daya beli masyarakat, menyebabkan ketidakpastian ekonomi, dan menghambat pertumbuhan ekonomi.
-
Bagaimana inflasi memengaruhi saham? Misalnya, saham dapat berkinerja baik selama periode inflasi jika perusahaan menaikkan harga untuk mengimbangi biaya yang meningkat.
-
Siapa yang merasa sulit mengimbangi inflasi? Sayangnya, inflasi tinggi membuat uang yang mereka miliki saat ini seperti tidak berarti. Sekitar 67 responden dalam survei itu mengatakan bahwa mereka tidak mampu mengimbangi inflasi.
Dia menambahkan, dampak naiknya suku bunga The Fed akan berdampak pada lemahnya Rupiah. Bukan hanya itu, penjualan Surat Utang Negara (SUN) maupun Sertifikat Bank Indonesia (SBI) ke luar negeri tidak akan tercapai.
"Dampak untuk Indonesia ya jelas terjadi capital outflow, rupiah melemah, SUN nggak laku, SBI pun tak laku. Sekarang BI menjual SBI untuk menumpuk cadangan luar negeri. Bunga naik, rupiah melemah, bagaimana dunia usaha bayar utangnya," kata dia.
Sehingga, lanjut Anwar, untuk membayar utang luar negeri pemerintah harus memiliki surplus Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), dan juga cadangan luar negeri.
"Kalau tidak, Rupiah kau hanya laku sampai Cengkareng. Siapa yang mau," pungkas dia.
Seperti yang diketahui, kenaikan suku bunga menjadi pertanda bahwa bank sentral Amerika percaya kondisi ekonomi AS telah pulih dari krisis keuangan pada 2007-2009 lalu. Naiknya suku bunga ini menutup perdebatan panjang yang sudah dimulai sejak akhir tahun lalu.
"Dengan ekonomi terus membaik, kenaikan suku bunga ini sudah tepat," ucap Gubernur The Fed, Janet Yellen seperti dikutip Reuters, Kamis (17/12). (mdk/sau)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Selain daya beli masyarakat, masih ada tiga tantangan yang akan dihadapi usai kenaikan suku bunga acuan.
Baca SelengkapnyaSaat ini, Bank Indonesia masih berfokus pada penguatan stabilitas nilai tukar rupiah.
Baca SelengkapnyaIndonesia mulai memasuki pesta demokrasi yang dapat memengaruhi risk appetite investor dan pelaku usaha.
Baca SelengkapnyaKenaikan suku bunga oleh BI akan memberikan sederet dampak rambatan terhadap pelaku usaha ritel.
Baca SelengkapnyaMelansir laman Bloomberg, nilai Tukar Rupiah melemah 46,5 poin atau 0,28 persen dari level sebelumnya pada pada pembukaan perdagangan Jumat (21/6) pagi.
Baca SelengkapnyaThe Federal Reserve (The Fed) memangkas suku bunga acuan sebesar 50 basis points (bps) menjadi 4,75-5,00 persen.
Baca SelengkapnyaBank Indonesia melihat inflasi di Amerika Serikat mendekati inflasi jangka menengah.
Baca SelengkapnyaMenaikkan suku bunga tinggi pun tidak cukup membantu pelemahan rupiah terhadap dolar Amerika Serikat.
Baca SelengkapnyaErwin menyatakan, penahanan BI 7 Days Reverse Reporter Rate (BI7DRR) ini juga bermaksud untuk menjaga nilai tukar Rupiah yang tengah dalam tekanan hebat.
Baca SelengkapnyaCadangan devisa tahun ini merupakan posisi tertinggi sepanjang sejarah.
Baca SelengkapnyaKenaikan suku bunga dinilai upaya Bank Indonesia untuk mengendalikan inflasi.
Baca SelengkapnyaTingkat inflasi di US yang sulit turun salah satunya dipicu oleh kenaikan harga energi.
Baca Selengkapnya