Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Utang Bengkak, Virus Corona, dan Rasio Pajak Terendah Sejak Era Orba

Utang Bengkak, Virus Corona, dan Rasio Pajak Terendah Sejak Era Orba Ekonom senior INDEF Faisal Basri. ©2019 Merdeka.com/Anggun P Situmorang

Merdeka.com - Ekonom, Faisal Basri, angkat bicara mengenai upaya pemerintah untuk menangani pandemi Virus Corona dengan mengandalkan utang. Menurutnya, utang membengkak karena penerimaan negara dari perpajakan terus menurun dari tahun ke tahun. Hal tersebut pun seolah tak mendapat perhatian dari pemerintah.

"Utang yang akan diissued pasti akan jauh lebih besar dari dana pemulihan ekonomi nasional karena pembayaran pajaknya turun terus. Ini tahun 2019 tax ratio kita turun terus dan tidak pernah dipermasalahkan," ujar Faisal dalam diskusi online, Jakarta, Senin (1/6).

Faisal mengatakan, sejak zaman orde baru belum pernah sejarahnya rasio pajak berada di bawah 10 persen. Namun kini hal tersebut terus terjadi bahkan terus menurun dengan adanya pelemahan penerimaan saat pandemi Virus Corona. Pemerintah juga dinilai lalai mengutip pajak dari orang kaya yang memiliki penghasilan besar.

"Kemampuan negara menutup pajak lemah sekali. Orang-orang yang harusnya bayar pajak besar, lalu bayar sedemikian kecilnya. Batubara itu kerugian negara luar biasa besar dan itu sudah dikaji oleh KPK. Tidak pernah dalam sejarah sejak orde baru tax ratio di bawah 10 persen tidak pernah, jadi sekarang ini turun terus," paparnya.

Dia menambahkan, kesalahan pengelolaan keuangan negara dengan mengandalkan utang tanpa memperhatikan penerimaan tersebut merupakan bukti bahwa pemerintah ugal-ugalan.

"Jadi kan gagal ini negara untuk mencari sumber pembiayaan dari pajak dengan alasan apapun. Pengeluaran tidak mau dipotong, pajak merosot ya apalagi kalau tidak utang. Karena kita tidak punya tabungan. Negara ini ugal-ugalan kalau kita lagi untung wajib dihabiskan tahun itu juga jangan disisakan, kalau kita krisis utang, ya ugal ugalan," tandasnya.

Menteri Sri Mulyani Sebut Pemerintah Tak Ugal-ugalan Tarik Utang

Badan Pemeriksaan Keuangan (BPK) menyoroti tentang pengelolaan utang pemerintah pusat yang dinilai kurang efektif. Hal tersebut tertuang dalam Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Semester (IHPS) II 2019.

Menanggapi hal tersebut, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, pemerintah melakukan pengelolaan utang secara berhati-hati dan bertanggung jawab. Hasil dari pembiayaan utang juga terlihat pada masifnya pembangunan infrastruktur dan pengurangan kemiskinan sebelum pandemi Virus Corona.

"Mengenai studi yang dilakukan BPK ya kita hormati. Kita terus melakukan pengelolaan utang secara berhati-hati dan bertanggung jawab. Kalau analisis mengenai debt service ya kita hormati saja," ujar Sri Mulyani dalam Video Conference, Jakarta, Jumat (8/5).

"Kan juga ini sebetulnya sama, walau kita melakukan belanja dan tambah utang. Namun kita juga melihat hasilnya, infrastruktur menjadi baik, kemiskinan menurun, sampai terjadinya Covid-19," tambahnya.

Dia melanjutkan, dalam mengelola utang pemerintah juga tidak ugal-ugalan menarik pembiayaan tanpa didasari pertimbangan yang matang. Setiap penarikan utang diperuntukkan bagi kepentingan masyarakat.

"Jadi dalam mengelola keuangan negara kita tidak hanya melihat hanya satu rumus, satu kebutuhan, dan satu tujuan. Selalu saya tekankan bahwa fiskal adalah instrumen, dia bukan tujuan. Namun tidak berarti kita ugal-ugalan," jelasnya.

Pembiayaan utang sama halnya dengan kondisi saat ini. Di mana pemerintah mengandalkan utang karena penerimaan dari segala sisi tengah melemah. Namun, belanja terus berjalan sehingga harus ada kebijakan penarikan utang.

"Dan kalau dalam situasi sekarang di mana penerimaan turun sangat besar dan juga kebutuhan belanja sangat besar, ya kita instrumen APBN kan namanya instrumen. Kalau kita hanya mengamankan APBN kita sendiri, ya kita mendingan tidak usah belanja. Tapi kan tidak begitu," tandasnya.

(mdk/bim)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Penjelasan Kemenkeu Rasio Utang Prabowo-Gibran Seperti Pandemi Covid-19
Penjelasan Kemenkeu Rasio Utang Prabowo-Gibran Seperti Pandemi Covid-19

Prabowo mengakui manajemen utang perlu dilakukan dengan hati-hati.

Baca Selengkapnya
10 Tahun Jokowi dan Warisan Utang Pemerintah
10 Tahun Jokowi dan Warisan Utang Pemerintah

Per Agustus 2024, posisi utang Indonesia berada di angka Rp8.461,93 triliun, setara dengan 38,49 persen dari PDB.

Baca Selengkapnya
Prabowo Dikabarkan Bakal Naikkan Rasio Utang, Apindo: Negara Tidak Boleh Gagal Bayar Utang
Prabowo Dikabarkan Bakal Naikkan Rasio Utang, Apindo: Negara Tidak Boleh Gagal Bayar Utang

Kementerian Keuangan mencatat posisi utang pemerintah pada Mei 2024 sudah mencapai Rp8.353,02 triliun.

Baca Selengkapnya
Sri Mulyani Tarik Utang Rp132 Triliun Hingga Mei 2024
Sri Mulyani Tarik Utang Rp132 Triliun Hingga Mei 2024

Sri Mulyani mencatat, realisasi pembiayaan SBN mencapai Rp141,6 triliun atau turun 2 persen secara yoy dibandingkan Mei 2023 sebesar Rp144,5 triliun.

Baca Selengkapnya
Pemerintah Tarik Utang Rp345 Triliun Hingga 12 Desember 2023
Pemerintah Tarik Utang Rp345 Triliun Hingga 12 Desember 2023

"Dibandingkan tahun lalu ini penurunan (penarikan utang) sangat tajam," terang Sri Mulyani.

Baca Selengkapnya
Sederet Kritikan Tajam Faisal Basri kepada Pemerintah, dari Pembatasan BBM, Kenaikan PPN hingga Tapera
Sederet Kritikan Tajam Faisal Basri kepada Pemerintah, dari Pembatasan BBM, Kenaikan PPN hingga Tapera

Pendiri Indef ini dikenal sebagai sosok intelektual yang kritis, tegas dan berani melayangkan kritik pada Pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi).

Baca Selengkapnya
Tugas Berat Prabowo Tahun Depan: Bayar Utang Negara Jatuh Tempo Rp800 Triliun
Tugas Berat Prabowo Tahun Depan: Bayar Utang Negara Jatuh Tempo Rp800 Triliun

Permasalahan lainnya ialah potensi melebarnya defisit APBN 2025 akibat terbatasnya penerimaan negara.

Baca Selengkapnya
Pemerintah Tarik Utang Rp198 Triliun Hingga September 2023
Pemerintah Tarik Utang Rp198 Triliun Hingga September 2023

Dalam periode yang sama di tahun lalu, penarikan utang sebesar Rp480,4 triliun.

Baca Selengkapnya
Utang Jatuh Tempo RI Capai Rp800 Triliun pada 2025
Utang Jatuh Tempo RI Capai Rp800 Triliun pada 2025

Kepercayaan diri dalam mengelola pasar, tergantung dengan kepercayaan pasar.

Baca Selengkapnya
Bisakah Target Pertumbuhan Ekonomi 8 Persen di Era Prabowo Tercapai? Begini Analisanya
Bisakah Target Pertumbuhan Ekonomi 8 Persen di Era Prabowo Tercapai? Begini Analisanya

Untuk mencapai target tersebut, Prabowo harus memperhatikan kapasitas fiskal yang dimiliki Indonesia pada saat masa transisi ke pemerintahan baru.

Baca Selengkapnya
Pemerintah Tarik Utang Rp266 Triliun Hingga 31 Juli 2024, Lebih Tinggi Dibanding Realisasi Tahun Lalu
Pemerintah Tarik Utang Rp266 Triliun Hingga 31 Juli 2024, Lebih Tinggi Dibanding Realisasi Tahun Lalu

Realisasi pembiayaan utang mengalami pertumbuhan yang tinggi bila dibandingkan realisasi tahun lalu, yakni sebesar 36,6 persen.

Baca Selengkapnya
Sri Mulyani Kantongi Pajak Rp760 Triliun Hingga Mei 2024
Sri Mulyani Kantongi Pajak Rp760 Triliun Hingga Mei 2024

Pajak penghasilan (PPh) non migas terkontraksi sebesar 5,41 persen dengan realisasi sebesar Rp443,72 triliun, sekitar 41,73 persen dari target.

Baca Selengkapnya