Profil
Agus Hadi Sudjiwo
Agus Hadi Sudjiwo atau populer dengan nama Sudjiwo Tedjo dikenal sebagai seorang aktor dan budayawan. Pria yang sempat menjadi wartawan di harian Kompas selama delapan tahun ini kemudian mengubah arah kariernya menjadi seorang penulis, pelukis, pemusik dan dalang wayang.
Sejak kuliah, Tedjo sudah memiliki hasrat yang besar di bidang seni. Ia mulai menjadi penyiar radio di kampus, bermain teater, dan mendirikan ludruk ITB bersama budayawan Nirwan Dewanto. Selain itu, Tedjo menjabat sebagai Kepala Bidang Pedalangan pada Persatuan Seni Tari dan Karawitan Jawa di ITB dan membuat hymne jurusan Teknik Sipil ITB pada orientasi studi 1983.
Sementara itu, kemampuan dalang Tedjo sendiri sebenarnya telah berkembang sejak usianya masih anak-anak. Ia sering menciptakan sendiri lakon-lakon wayang kulit sebagai awal profesinya di dunia wayang, misalnya saja Semar Mesem pada tahun 1994. Tedjo pun mampu menyelesaikan 13 episode wayang kulit Ramayana di TPI di tahun 1996, yang kemudian disusul dengan wayang acappella berjudul Shinta Obong dan lakon Bisma Gugur.
Berlanjut pada tahun 1999, Tedjo memprakarsai berdirinya Jaringan Dalang, dengan tujuan untuk memberi nafas baru bagi tumbuhnya nilai-nilai wayang dalam kehidupan masyarakat masa kini. Bahkan pada tahun 2004, ia mendalang keliling Yunani.
Tedjo juga menjadi Sang Dalang dalam pementasan EKI Dancer Company yang bertajuk Lovers and Liars di Balai Sarbini, Sabtu dan Minggu, 27-28 Februari 2004. Dalam aksinya sebagai dalang, Tedjo suka melanggar berbagai pakem pewayangan, termasuk Rahwana dibuatnya jadi baik, Pandawa pun ia buat tidak selalu benar dan sebagainya. Ia seringkali menghindari pola hitam putih dalam pagelarannya.
Dalam bidang musik, Tedjo dikenal sebagai penyanyi di tahun 1998 berkat lagu-lagunya di album Pada Suatu Ketika. Video klip dari lagu Pada Suatu Ketika pun mampu meraih penghargaan sebagai video klip terbaik pada Grand Final Video Musik Indonesia 1999, dan video klip lainnya merupakan nominator video klip terbaik untuk Grand Final Video Musik Indonesia tahun 2000.
Tedjo juga pernah menggarap musik untuk pertunjukan musikal berjudul Battle of Love-when love turns sour, yang digelar 31 Mei sampai 2 Juni 2005 di Gedung Kesenian Jakarta. Hasil pertunjukan karya bersamanya dengan Rusdy Rukmarata digunakan untuk membiayai program pendidikan dan pelatihan bagi anak-anak putus sekolah yang dikelola oleh Yayasan Titian Penerus Bangsa.
Untuk bidang teater, kiprah Tedjo terlihat dari keaktifannya mengajar teater di EKI sejak 1997. Tedjo juga memberikan workshop teater di berbagai daerah di Indonesia sejak 1998. Ia pun sering menggelar atau turut serta dalam pertunjukan teater, misalnya membuat pertunjukan Laki-laki kolaborasi dengan koreografer Rusdy Rukmarata di Gedung Kesenian Jakarta dan Teater Utan Kayu pada 1999.
Belum berhenti sampai di situ, Tedjo juga menjajal akting dan juga menjadi sutradara di beberapa film Indonesia. Debut film pertamanya adalah Telegram di tahun 2001 arahan Slamet Rahardjo dengan lawan main Ayu Azhari. Film-film bergengsi lain yang pernah dibintanginya di antaranya adalah Janji Joni, kafir, Detik Terakhir, Sang Pencerah, dan Tendangan dari Langit.