Aljazair ogah gabung aliansi anti-terorisme bentukan Saudi
Aljazair mengikuti jejak Iran, Suriah, dan Irak menolak bergabung dengan Aliansi Militer Muslim yang dipimpin Arab Saudi. Aliansi tersebut dibentuk oleh Saudi untuk melawan kelompok terorisme.
Aljazair mengikuti jejak Iran, Suriah, dan Irak menolak bergabung dengan Aliansi Militer Muslim yang dipimpin Arab Saudi. Aliansi tersebut dibentuk oleh Saudi untuk melawan kelompok terorisme.
Keputusan Aljazair untuk tidak bergabung dengan aliansi tersebut karena Saudi menganggap kelompok pemberontak Houthi di Yaman dan Hizbullah di Libanon sebagai organisasi teroris.
Aljazair tidak setuju dengan anggapan tersebut dan memilih untuk tetap menjaga hubungan baik tidak hanya dengan Saudi, tetapi juga musuhnya, Iran, dengan tidak memihak kepada negara manapun.
"Aliansi tersebut merupakan aliansi agresi yang mewakili konflik kepentingan dari masing-masing negara di kawasan. Aljazair tidak ingin menjadi bagian dari kelompok seperti ini," kata Abdul Hamid Al-Sharif, seorang pensiunan kolonel Aljazair, dikutip dari Middle East Monitor, Jumat (1/12).
Sementara itu, seorang pakar keamanan, Ahamd Azimi mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa Aliansi Militer Muslim tidak memberi manfaat kepada Aljazair karena negara anggotanya berada di bawah pengaruh Barat.
"Jika tujuan aliansi tersebut untuk membebaskan dan membela negara-negara Arab, maka kami akan dengan senang hati menyambutnya. Tetapi jika tujuannya untuk menyerang negara-negara Muslim, maka Aljazair tidak akan ambil bagian," tegas Azimi.
Aliansi Milirter Muslim merupakan sebuah organisasi anti-terorisme yang dibentuk Saudi pada 14 Desember 2015 lalu. Ada 41 negara mayoritas Muslim yang berpartisipasi dengan organisasi tersebut termasuk Turki, Pakistan, Malaysia, dan Mesir.