Apakah sekularisme Turki terancam?
Selama lebih dari 16 tahun, Presiden Recep Tayyip Erdogan dan Partai AK yang berkuasa telah mendominasi politik negara itu, menjadikan negara konstitusional sekuler lebih religius dan konservatif.
Menjelang pemilu Presiden Turki yang akan digelar pada 24 Juni 2018. Munculkan kembali perdebatan tentang identitas Turki.
Kaum sekularisme khawatir jika Presiden Recep Tayyip Erdogan, yang maju dalam pemilu mendatang kembali menang. Dikhawatirkan akan meruntuhkan pemikiran bapak modern Turki, Mustafa Kemal Ataturk.
-
Apa yang dilakukan Presiden Erdogan saat wisuda anggota Polri? Dalam video yang diunggah akun Instagram @polisi_indonesia, terlihat Erdogan menjabat tangan Briptu Tiara. Terlihat juga beberapa Erdogan mengucapkan sesuatan dan dijawab oleh Tiara.
-
Apa yang diprotes bocah Turki itu? Dengan nada tinggi, bocah itu memprotes alasan penjual toko menjual produk Israel.
-
Apa yang diresmikan oleh Jokowi di Jakarta? Presiden Joko Widodo atau Jokowi meresmikan kantor tetap Federasi Sepak Bola Dunia (FIFA) Asia di Menara Mandiri 2, Jakarta, Jumat (10/11).
-
Siapa yang diprotes bocah Turki itu? Bocil Turki Marah-Marah ke Pemilik Toko karena Jual Produk Israel, Gebrak Meja Minta Hentikan Penjualan Bocah itu kesal karena pemilik toko memberikannya keripik buatan Israel tanpa sepengetahuannya.
-
Siapa yang mengunjungi Presiden Jokowi di Indonesia? Presiden Jokowi menerima kunjungan kenegaraan dari pemimpin Gereja Katolik sekaligus Kepala Negara Vatikan, Paus Fransiskus, di Istana Merdeka, Jakarta, pada Rabu, 4 September 2024.
-
Bagaimana bocah Turki itu protes? Dengan nada tinggi, bocah itu memprotes alasan penjual toko menjual produk Israel. Bocah itu sampai menggeberak meja di hadapan pemilik toko. Lantas ia pun meminta pemilik toko untuk tidak menjual barang tersebut.
Ataturk sang pendiri Republik Turki hampir seabad lalu, membawa pemikiran Barat dan melarang agama dari ruang publik. Setelah mengganti hukum Islam (syariah) dengan peraturan sipil Eropa.
Ia memasang prinsip-prinsip sekularisme ke dalam konstitusi, melarang azan dalam bahasa Arab dan mendorong integrasi sosial dari jenis kelamin, reformasi yang secara radikal mengubah tatanan Muslim selama beberapa dekade.
Sekarang, ketika Turki mempersiapkan pemilihan presiden dan parlemen yang krusial, perdebatan mengenai apakah demokrasi model Islam atau sekuler kembali muncul.
Selama lebih dari 16 tahun, Presiden Recep Tayyip Erdogan dan Partai AK yang berkuasa telah mendominasi politik negara itu, menjadikan negara konstitusional sekuler lebih religius dan konservatif.
Kelompok-kelompok oposisi mulai menggambarkan presiden berusia 64 tahun itu sebagai 'Caliph-in-waiting' yang mencari kekuatan besar untuk mengubah undang-undang negara itu, untuk lebih mencerminkan identitas muslimnya yang sedang tumbuh.
"Ada paradoks besar dalam kepemimpinan Partai AK," kata Baris Yarkadas, seorang anggota parlemen CHP sekuler (Partai Rakyat Republik).
"Satu sisi, Partai AK mengklaim sebagai sekuler. Di sisi lain, mereka tidak setuju dengan beberapa pandangan Mustafa Kemal Ataturk dan ingin meruntuhkan republik", dilansir dari laman Aljazeera, Minggu (3/6).
Walau Erdogan telah berulang kali mengatakan tidak akan mengubah demokrasi Turki. Namun para sekularis, masih bertanya-tanya akankah Turki menghapus garis antara agama dan negara.
"Jika mereka mengantar presiden eksekutif mereka. Bisa saja warisan Ataturk digulingkan," kata Yarkadas.
Dalam pemerintahannya, Ataturk mempromosikan tradisi dan budaya Turki kuno sebagai bagian dari serangkaian reformasi dengan maksud nasionalisme, dengan memanfaatkan momentum kehancuran Kekaisaran Ottoman yang berlandaskan agama.
Di bawah beberapa rezim, sistem politik dan hukum yang didirikannya. Telah mencegah umat Islam dari pengaruh signifikan dalam tatanan hukum dan ancaman kekuatan membungkam para politisi pro-Islam.
"Sekularisme dipaksakan pada rakyat seolah-olah itu adalah agama," kata Fatma Benli, seorang anggota parlemen di Istanbul dari Partai AK.
Benli mengatakan rezim Ataturk telah mengucilkan Islam, bahkan soal pakaian pun telah diatur yakni mengenakansetelan jas serta dasi bergaya Barat lengkap dengan topi panama dan melarang pria mengenakan fez, pakaian tradisional.
"Saya tidak bisa pergi ke taman sekolah, karena saya mengenakan jilbab," katanya, menggambarkan periode 1980-1990an ketika jilbab dilarang di kantor-kantor pemerintah, rumah sakit, universitas, dan sekolah.
"Sejak Partai AK berkuasa, situasi telah kembali normal, dan Muslim dapat menikmati hak yang sama seperti warga Turki lainnya," katanya.
Baca juga:
Mengunjungi resor wisata ramah muslim di Turki
104 Orang dipenjara seumur hidup karena terlibat kudeta Turki
Wapres JK hadiri protes ribuan warga Turki atas pembantaian warga Palestina
Bersama Erdogan, Wapres JK ikut aksi damai untuk Palestina di Turki
Erdogan sebut PBB gagal halau kekerasan di Gaza
Turki dan Israel saling usir duta besar karena pembantaian warga Palestina