Awalnya Dunia Takut ke China karena Wabah Corona, Kini Keadaan Berbalik
Di masa-masa awal merebaknya pandemi corona dunia takut dan curiga terhadap China tapi kini keadaan berbalik 180 derajat: Negara Barat kini membuat Asia dan belahan dunia lain takut.
Di masa-masa awal merebaknya pandemi corona dunia takut dan curiga terhadap China tapi kini keadaan berbalik 180 derajat: Negara Barat kini membuat Asia dan belahan dunia lain takut.
Italia, Spanyol, Amerika Serikat, kini masih mengalami peningkatan jumlah kasus positif corona tapi di Asia, khususnya China, pandemi corona sudah mulai menurun. Tapi negara-negara Asia, termasuk China, kini berjuang melawan gelombang kedua kasus corona baru yang datang dari luar negeri.
-
Bagaimana Pertempuran Wuhan berakhir? Pada 25 Oktober 1938, pasukan Jepang berhasil memasuki Wuhan setelah mengalahkan pertahanan Tiongkok.
-
Kapan Pertempuran Wuhan terjadi? Pertempuran ini berlangsung pada 11 Juni 1938, mencakup serangkaian operasi militer yang terjadi antara pasukan Kekaisaran Jepang dan pasukan Republik Tiongkok di wilayah Wuhan, yang merupakan pusat politik, militer, dan ekonomi yang penting bagi Tiongkok pada masa itu.
-
Kapan virus corona ditemukan? Virus virus adalah sekelompok virus yang meliputi SARS-CoV (virus korona sindrom pernafasan akut parah), MERS-CoV (sindrom pernapasan Timur Tengah coronavirus) dan SARS-CoV-2, yang menyebabkan Covid-19.
-
Virus apa yang ditemukan pada bangkai cerpelai, babi guinea, dan muskrat di peternakan bulu di China? Peneliti menemukan lebih dari 100 virus ditemukan di bangkai cerpelai, babi guinea, dan muskrat.
-
Toilet viral di China ini seperti apa? Sebuah video viral memperlihatkan penampakan toilet di China yang sangat berbeda pada umumnya. Melansir dari unggahan akun Instagram @mksinfo.official, menyediakan bilik khusus. Jika pada umumnya, hanya dibagi dalam tiga kategori yaitu, wanita, pria dan difabel, toilet ini justru menyediakan bilik untuk couple. Artinya, di dalam satu bisa digunakan oleh dua gender dalam waktu bersamaan.
-
Siapa yang memimpin pasukan Tiongkok dalam pertempuran Wuhan? Lebih dari satu juta pasukan Tentara Revolusioner Nasional dari Zona Perang Kelima dan Kesembilan ditempatkan di bawah komando langsung Chiang Kai-shek, mempertahankan Wuhan dari Tentara Area Tiongkok Tengah dari Tentara Kekaisaran Jepang yang dipimpin oleh Shunroku Hata.
Pejabat kesehatan China Kamis lalu mengatakan ada 34 kasus baru yang berasal dari orang yang tiba dari luar negeri.
Di seantero Asia, pendatang dari Eropa, dan AS, kini dipaksa masuk karantina. Pusat olahraga, klinik, restoran di Hong Kong kini memperingatkan agar para pendatang dari luar negeri itu untuk tidak mendekat. Bahkan warga China yang menyekolahkan anaknya ke New York atau London kini mengirimi mereka masker dan cairan pembersih tangan sekaligus meminta mereka segera pulang dengan biaya penerbangan yang bisa mencapai USD 25.000 atau setara Rp 400 juta.
"Kami pulang karena menurut kami sekarang lebih aman di China daripada bertahan di New York," kata Farrah Lyum, 24 tahun, siswa yang baru lulus dari kampusnya dan pulang ke China dengan teman satu kamarnya di asrama, seperti dilansir dari laman the Straits Times, Jumat (20/3).
Tidak ada kasus baru corona di China
Keadaan dunia kini memang berbalik. Beberapa pekan lalu China menjadi pusat penyebaran virus corona dan orang meninggal hingga ratusan setiap hari.
Tapi Kamis lalu (19 Maret) dilaporkan tidak ada lagi kasus baru corona dari dalam negeri di China. Dengan menjalankan karantina wilayah, menutup pabrik-pabrik dan menjalankan tes kepada ribuan warga, tampaknya China kini berhasil mengendalikan wabah ini.
Tapi kini pandemi yang berawal dari China itu mulai kembali berdatangan dari luar. Dari mulai China, Singapura, Taiwan, Korea Selatan, mereka sudah berhasil mengendalikan wabah, tapi kini muncul kekhawatiran. Negara-negara itu kini memandang negara Barat dan bertanya: Kami bisa mengatasinya, mengapa kalian tidak?
Bagi Presiden Amerika Serikat Donald Trump, jawabannya adalah kebalikannya. Meski menuai berbagai kritikan karena menganggap enteng wabah ini pada awalnya, Trump berulang kali menyebut corona sebagai "virus China" dan bagi sebagian kalangan hal itu adalah bagian dari upaya Trump untuk lari dari masalah.
Beijing kemudian membalas dengan menyebut virus itu berasal dari tentara AS.
Tindakan otoriter pemerintah
Kini di China atau warga China yang di luar negeri ada semacam pengakuan atas keberhasilan kerja keras dan pengorbanan pemerintah dalam menangani wabah corona.
"Orang-orang di negara Barat bilang tindakan China terlalu otoriter, tidak menghormati demokrasi dan kebebasan orang," kata Yin Choi Lam, pemilik restoran berdarah China-Vietnam, di Melbourne, Australia. "Sekarang bandingkan dengan terjadi di Italia, misalnya, angka kematian sangat tinggi, atau di Amerika yang sekarang orang tidak tahu berapa banyak orang yang sudah terinfeksi. Apakah Anda memilih kebebasan atau nyawa?"
Alasan senada kini membanjiri media sosial China.
Bagi sebagian kalangan baik di dalam negeri China maupun di luar negara itu, tindakan otoriter pemerintah bukanlah satu-satunya cara terbaik menangani corona. Sejumlah pejabat menyembunyikan wabah ini hingga menyebar luas tak terkendali dan memaksa orang untuk tetap tidak keluar kota.
Sebaliknya di Korea Selatan, bersama Taiwan dan Singapura, mereka berhasil mengatasi wabah ini dengan transparansi, efisiensi, dan solidaritas sembari tetap menjaga kebebasan orang untuk bergerak.
Yang membedakan sejumlah negara Asia itu adalah pengalaman, kata Profesor Leighanne Yuh, sejawaran di Universitas Korea.
"Di luar China, Korea Selatan menganggap serius sekali wabah ini, mungkin karena mereka sudah pengalaman dengan SARS dan MERS," kata dia. "Warga memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak interaksi sosial--hal-hal ini adalah tindakan yang sudah tidak aneh lagi."
Di AS dan Eropa sebaliknya, ada banyak keraguan. Dan kini mereka dikhawatirkan menyebarkan penyakit itu lagi ke seluruh dunia. Di Australia, AS kini menjadi sumber pembawa virus corona, diikuti Italia, lalu China.
Banyak orang di China ini ingin pemerintah mereka melarang penuh akses dari AS dan negara lain seperti halnya mereka melarang pendatang dari China.
"Saya harap China bisa memperketat perbatasan dan mengurangi kedatangan orang dari luar negeri," kata tang Xiaozho, manager bedah operasi plastik. "Pemerintah dan orang dari negara lain membuat saya kecewa."
(mdk/pan)