Cerita bagaimana AS campur tangan dalam pemilu di berbagai negara
Cerita bagaimana AS campur tangan dalam pemilu di berbagai negara. Sejak Donald Trump menjabat sebagai presiden AS, isu campur tangan Rusia dalam pemilu yang memenangkan Trump itu santer di tengah masyarakat Negeri Paman Sam.
Sebuah tas berisi tumpukan uang tunai dibawa ke sebuah hotel di Roma untuk mendukung kandidat presiden Italia. Kisah skandal seorang calon presiden di Nikaragua dibocorkan ke koran asing. Jutaan selebaran, poster dan stiker dicetak untuk mengalahkan presiden petahana di Serbia. Semua cerita itu adalah bagian dari campur tangan Amerika serikat dalam proses pemilihan umum di sejumlah negara.
Sejak Donald Trump menjabat sebagai presiden AS, isu campur tangan Rusia dalam pemilu yang memenangkan Trump itu santer di tengah masyarakat Negeri Paman Sam. Rakyat AS terkejut dengan isu ini karena hal itu dianggap sebagai serangan terhadap sistem politik mereka. Namun sejumlah mantan intelijen, akademisi yang mempelajari operasi rahasia punya pandangan berbeda dari kebanyakan warga AS.
-
Siapa agen CIA yang disusupkan ke istana Presiden Sukarno? Seorang agen disusupkan untuk mendekati keluarga Presiden RI. Seorang Wanita Muda Yang Cantik Menemui Presiden Sukarno Dia mengaku keluarganya adalah pendukung kemerdekaan Indonesia. Bung Karno pun menerimanya dengan tangan terbuka. Tidak ada kecurigaan apa-apa dari intelijen dan para pengawal Bung Karno. Identitasnya dipastikan aman. Mahasiswa asal AS ini pun leluasa masuk Istana dan bergaul akrab di sana.
-
Mengapa agen CIA menyamar sebagai mahasiswa AS untuk mendekati Presiden Sukarno? Di era Perang Dingin, agen-agen Central Intelligence Agency (CIA) melakukan operasi ke berbagai negara.Indonesia yang kala itu dicap dekat dengan Blok Timur, ikut jadi sasaran.
-
Apa yang dilakukan oleh CIA dalam peristiwa G30S/PKI? "Kami Tidak Menciptakan Ombak-Ombak itu. Kami Hanya Menunggangi Ombak-Ombak itu ke Pantai Itu adalah kalimat yang diucapkan Duta Besar AS untuk Indonesia era 1965-1969, Marshal Green.Green menjawab pertanyaan itu di sebuah rapat rahasia Senat AS. Seorang senator bertanya apakah AS dan CIA terlibat dalam peristiwa kudeta yang terjadi di Indonesia tahun 1965?
-
Kenapa Rusia menjual Alaska ke Amerika Serikat? Penjualan Alaska dilakukan oleh Rusia karena mereka menghadapi tekanan politik dan keuangan yang sulit pada saat itu. Setelah Perang Krimea, Rusia mengalami kesulitan keuangan dan penjualan Alaska menjadi salah satu cara untuk mengatasi situasi tersebut.
-
Kapan Rusia menjual Alaska ke Amerika Serikat? Alaska dijual oleh Rusia kepada Amerika Serikat dengan nilai sebesar 7,2 juta dolar pada tanggal 30 Maret 1867.
-
Kapan agen CIA wanita cantik itu bertemu Presiden Soekarno? Seorang agen disusupkan untuk mendekati keluarga Presiden RI. Seorang Wanita Muda Yang Cantik Menemui Presiden Sukarno Dia mengaku keluarganya adalah pendukung kemerdekaan Indonesia. Bung Karno pun menerimanya dengan tangan terbuka. Tidak ada kecurigaan apa-apa dari intelijen dan para pengawal Bung Karno. Identitasnya dipastikan aman. Mahasiswa asal AS ini pun leluasa masuk Istana dan bergaul akrab di sana.
"Kalau Anda bertanya pada anggota intelijen, apakah Rusia melanggar aturan atau melakukan hal tidak wajar, jawabannya adalah tidak, tidak sama sekali," ujar Steven L. Hall, mantan intelijen CIA yang bertugas selama 30 tahun dan pernah mengepalai operasi Rusia, seperti dilansir laman the New York Times, Sabtu (17/2).
"Sepanjang sejarah, Amerika Serikat jelas sudah ikut campur dalam hal operasi pemilu," kata dia. "Dan saya harap kita tetap melakukannya."
Pengamat intelijen Loch K Johnson yang memulai karirnya mendalami operasi CIA sejak 1970-an sebagai anggota senat mengatakan, operasi Rusia dalam pemilu 2016 adalah versi siber dari apa yang dilakukan AS selama sekian dekade.
"Kita sudah melakukan ini sejak CIA didirikan pada 1947," kata Johnson. "Kita menggunakan poster, selebaran, spanduk, apa saja. Kita membuat berita berisi informasi palsu di koran-koran asing. Kita juga memakai cara payang disebut orang Inggris 'Kavaleri Raja George': koper berisi uang tunai."
Pemilu AS di New Hampshire ©Reuters
Sebagai negara yang mengaku pengusung demokrasi, AS terkadang bertindak lebih jauh. CIA membantu digulingkannya pemimpin terpilih Iran dan Guatemala pada 1950-an dan mendukung kudeta di sejumlah negara pada 1960-an, termasuk merancang pembunuhan dan menyokong pemerintah anti-komunis di Amerika Latin, Afrika, dan Asia.
Namun dalam beberapa dekade belakangan, baik Hall maupun Johnson berpendapat, campur tangan Rusia dan Amerika di sejumlah pemilu secara moral berbeda tujuannya. Amerika, kata dua pengamat itu, lebih banyak campur tangan untuk mendukung kandidat non-otoriter untuk menantang diktator atau menyokong demokrasi. Rusia lebih banyak campur tangan untuk mengganggu demokrasi dan mendukung penguasa otoriter.
"Ini semacam mengatakan polisi dan penjahat itu sebetulnya sama karena keduanya punya pistol--yang membedakan adalah motivasinya," ujar Hall.
Akademisi dari Carnegie Mellon, Dov H Levin, membuat catatan soal campur tangan Rusia dan Amerika dalam operasi rahasia. Dia menemukan AS sudah campur tangan sebanyak 81 kali dan Rusia 36 kali sejak era 1949 hingga 2000.
"Saya tidak membenarkan apa yang dilakukan Rusia pada 2016 (terhadap pemilu AS). Metode yang mereka pakai di pemilu ini adalah versi digital dari apa yang AS dan Rusia lakukan selama beberapa dekade terakhir: menyusup ke markas partai, merekrut sekretaris, menaruh informan di sebuah partai, memberikan informasi atau informasi salah kepada koran."
Temuan Levin itu memperlihatkan pengalaman AS dalam campur tangan pemilu di berbagai negara.
"Kita pernah mengirimkan tas berisi uang tunai kepada politisi pilihan untuk mendanai pengeluaran mereka," ucap F. Mark Wyatt, mantan anggota CIA dalam sebuah wawancara pada 1996.
Baca juga:
Mabuk dan telanjang di hutan, 3 petinggi angkatan laut AS dicopot
Penembakan di Florida, Trump diminta buat peraturan penggunaan senjata
Gagal selidiki peringatan penembakan di Florida, Direktur FBI dipaksa mundur
Aksi lilin untuk 17 korban penembakan brutal di Florida
Aksi polisi El Salvador 'sikat' geng kriminal paling ditakuti di dunia