Dampak kekeringan, bocah Kenya terpaksa melacur dengan upah Rp 6000
Bocah-bocah pelacur itu rentan dianiaya bahkan tidak dibayar.
Bencana kekeringan di Kenya membikin kehidupan warga setempat semakin sulit. Kini, banyak keluarga tidak berdaya, dan beberapa malah sengaja, membiarkan anak perempuan mereka merantau ke kota buat mencari uang sebagai pelacur.
Dilansir dari laman The Guardian, Kamis (6/7), banyak keluarga dari daerah Turkana sengaja menyuruh anak perempuan mereka pergi ke kota mencari uang buat membeli makanan dan air. Daerah itu terdampak paling parah dalam bencana kekeringan. Menurut laporan International Rescue Committee (IRC), para pelacur di bawah umur itu dibayar paling banyak KES (Kenya Shilling) 50, atau setara Rp 6 ribu, sekali bercinta.
Mary (24), bukan nama sebenarnya, mengaku terpaksa melacur karena cuma itu cara yang dia ketahui buat memberi makan keluarga.
"Anak-anak selalu merengek karena lapar. Saya terpaksa melakukan ini karena mereka butuh makan, lagipula saya enggak tahu mesti berbuat apa," kata Mary.
Dari pantauan IRC di kawasan prostitusi di Kota Lodwar, paling tidak ada 320 pelacur berumur 12 tahun hingga 17 tahun. Menurut Koordinator Pemberdayaan Perempuan IRC Kenya, Mercy Lwambe, kebanyakan dari mereka mengaku berasal dari daerah pedesaan miskin.
"Kata mereka keluarganya sudah tidak mempunyai hewan ternak dan uang. Jadi mereka sengaja dikirim ke kota atau dinikahkan," ujar Lwambe.
Kekeringan di Kenya membuat 2,6 juta warganya kesulitan pangan, dan membikin harga makanan melejit lima kali lipat. Bermacam penyakit mewabah dan warga banyak yang mengalami kekurangan nutrisi. Sumber air yang ada terkadang dikuasai kelompok tertentu dan menjadi rebutan.
Karena kekeringan juga para pria dan bocah lelaki terpaksa membawa ternak mereka ke negara tetangga, Uganda, sehingga harus meninggalkan para wanita dan anak perempuan di rumah buat menjaga saudaranya.
Celakanya, hal itu juga membikin posisi para perempuan rentan dari kejahatan. Tercatat kasus pemerkosaan dan penganiayaan terhadap kaum hawa meningkat. Sebab tak ada yang membela mereka lantaran kaum lelaki merantau.
Bocah-bocah menjadi pelacur juga kerap diperlakukan tidak baik bahkan dianiaya. Mereka juga amat rentan terkena penyakit kelamin, dirampok, dan tidak dibayar usai bersenggama dengan pelanggan. Amat disayangkan, kata Lwambe, IRC kini juga kesulitan menangani kasus-kasus itu karena sumbangan dana mereka dipangkas sejak tahun lalu hingga memaksa mereka memangkas jumlah pekerja, serta mengurangi program kerja.