Deltacron, Bisakah Terjadi di Dunia Nyata atau Jadi Ancaman Varian Berikutnya?
Para peneliti dari Universitas Siprus pekan lalu melaporkan sebuah jenis baru virus corona yang tampaknya hibrida varian Delta dan Omicron.
Para peneliti dari Universitas Siprus pekan lalu melaporkan sebuah jenis baru virus corona yang tampaknya hibrida varian Delta dan Omicron.
Namun keraguan kemudian muncul terkait hibrida "Deltacron", di mana beberapa pihak mengaitkannya dengan kesalahan data selama pengurutan genom dan urutan atau sekuensnya diambil dari basis data informasi genom sumber terbuka.
-
Kapan virus corona ditemukan? Virus virus adalah sekelompok virus yang meliputi SARS-CoV (virus korona sindrom pernafasan akut parah), MERS-CoV (sindrom pernapasan Timur Tengah coronavirus) dan SARS-CoV-2, yang menyebabkan Covid-19.
-
Kenapa Covid Pirola mendapat perhatian khusus? Namun, para pemerhati kesehatan dan ahli virus memberi perhatian lebih terhadap subvarian ini lantaran kemampuan Pirola dalam melakukan breakthrough infections lebih tinggi dibandingkan varian lainnya. Ketika sebuah varian atau subvarian virus COVID memiliki kemampuan breakthrough infections yang tinggi maka akan menyebabkan kasus re-infeksi semakin tinggi.
-
Bagaimana Saroh memulai usahanya saat pandemi? Mencoba putar otak, Saroh mulanya menyambangi para tetangganya untuk menawarkan dagangan. Agar terserap maksimal, Saroh juga menjual produknya lewat online hingga perlahan penjualannya meningkat.
-
Siapa yang dilibatkan dalam penanganan pandemi Covid-19 dalam disertasi Kombes Pol Dr. Yade Setiawan Ujung? Analisis ini menawarkan wawasan berharga tentang pentingnya kerjasama antar-sektor dan koordinasi yang efektif antara lembaga pemerintah dan non-pemerintah dalam menghadapi krisis kesehatan.
-
Kapan peningkatan kasus Covid-19 terjadi di Jakarta? Adapun kasus positif Covid-19 pada 27 November sampai 3 Desember mengalami kenaikan sebanyak 30 persen dibanding pekan sebelumnya, yaitu pada 20-26 November.
-
Siapa yang memimpin aksi demo petani Kendeng saat pandemi COVID-19? Aksi demo petani Kendeng kembali dilakukan saat pandemi COVID-19. Kala itu mereka menolak aktivitas penambangan yang dianggap berpotensi merusak lingkungan.
Tapi haruskah kita khawatir dengan prospek jenis hibrida semacam itu di masa depan?
Seorang profesor ilmu biologi Universitas Siprus, Leondios Kostrikis menyampaikan kepada Bloomberg pekan lalu, timnya telah menemukan 25 pasien yang terinfeksi sebuah varian virus corona dengan ciri genetik seperti Omicron di dalam genom Delta. Data pengurutan genom diunggah di basis data sumber terbuka Gidaid.org.
Namun para ilmuwan lain menyimpulkan temuan itu bisa jadi hasil kesalahan laboratorium. Ahli virologi Tom Peacock dari Imperial College London menyampaikan di Twitter, itu terlihat "sangat jelas kontaminasi" daripada kombinasi ulang yang nyata.
Peacock mengatakan, qilayah spesifik dari sekuens dengan mutasi mirip Omicron cenderung "keluar" selama proses pengurutan dan celah tersebut dapat secara tidak sengaja diganti dengan fragmen Omicron yang diamplifikasi dan menghasilkan genom hibrida.
Dia menambahkan, itu tidak benar-benar terkait dengan "kualitas laboratorium" atau sejenisnya dan kesalahan seperti itu terjadi di setiap laboratorium pengurutan dari waktu ke waktu.
Ketua teknis Covid-19 WHO, Maria Van Kerkhove menentang penggunaan istilah seperti Deltacron, flurona atau flurone.
"Kata-kata ini bermakna sebuah kombinasi virus dan varian dan ini tidak terjadi. 'Deltacron' kemungkinan terkontaminasi selama pengurutan," tulisnya di Twitter, dikutip dari South China Morning Post, Senin (17/1).
Virus corona melakukan rekombinasi?
Ya, sebuah rekombinasi varian yang berbeda itu mungkin.
Ahli virologi Universitas Otto von Guericke Magdeburg Jerman, Bjorn Meyer mengatakan dengan rekombinasi dua genom virus yang menginfeksi sel yang sama, virus bisa membersihkan mutasi yang mungkin memiliki dampak negatif.
“Oleh karena itu, ini semacam pemeliharaan genom untuk populasi virus, dalam beberapa hal,” kata Meyer.
Dia mengatakan genom dari virus hasil rekombinasi yang dihasilkan harus sesuai dengan urutan virus induk, sebuah proses yang disebut "rekombinasi homolog", untuk memastikan virus berfungsi penuh.
Para peneliti di Institut Nasional Penyakit Menular di Jepang menerbitkan makalah pada Oktober yang melaporkan rekombinasi genomik antara varial Delta dan Afla dalam 26 sampel pasien Covid-19 di Jepang.
Dalam sebuah makalah yang diterbitkan di Cell pada September, para peneliti Universitas Edinburgh, Universitas Negeri Pennsylvania, dan lembaga lainnya menyampaikan 16 genom di antara 279.000 atau lebih yang mereka analisis menunjukkan adanya bukti rekombinasi.
Genom tersebut sebagian besar antara varian Alfa dan varian B.1.177, yang pertama kali dilaporkan di Spanyol pada musim panas 2020. Kombinasi varian ini menular ke 45 orang sebelum menghilang.
Jin Dong-Yan, seorang ahli virologi Universitas Hong Kong, mengatakan varian rekombinasi seperti itu memungkinkan tapi akan sangat langka karena itu harus terjadi selama koinfeksi dan seseorang kemungkinan akan menghasilkan kekebalan yang dapat mencegah infeksi varian kedua.
"Di tempat-tempat seperti Amerika Serikat di mana kita melihat varian Delta dan Omicron bersirkulasi dalam waktu yang sama, kemungkinan seseorang terinfeksi dengan satu varian tidak akan memiliki kekebalan untuk menghentikan varian Omicron menyerang tubuhnya segera setelahnya," jelasnya.
"Tapi itu akan sangat langka," lanjutnya.
Dia menambahkan, akan sulit untuk menyampaikan secara klinis ada sebuah koinfeksi dua varian, dan jika rekombinasi terjadi lebih sering dari yang diperkirakan, masih akan sangat langka bagi varian rekombinasi untuk bertahan, belum lagi mengungguli varian yang beredar.
“Hanya dalam keadaan tertentu varian rekombinan menunjukkan keunggulan pertumbuhan pada orang yang memiliki antibodi terhadap Sars-CoV-2,” katanya, merujuk pada virus penyebab Covid-19.
“Jika tidak, varian rekombinan ini tidak menjadi dominan dan menghilang begitu saja.”
Deltacron akan jadi ancaman?
Salah satu ketakutan mengenai munculnya varian rekombinan ini dia bisa sangat menular seperti Omicron dan bisa menyebabkan penyakit parah.
Meyer mengatakan, virus rekombinan harus bersaing dengan virus induk dan "mengungguli mereka sampai batas tertentu" untuk memastikan penularan, yang berarti kecil kemungkinan rekombinan berdampak bahkan jika prosesnya benar terjadi.
Varian Omicron menampilkan mutasi pada protein mahkota, yang memainkan peran kunci dalam menginfeksi sel manusia, dan itu membuat Omicron lebih mudah untuk menghindari kekebalan dari infeksi atau vaksinasi.
Meyer mengatakan, beberapa mutasi juga bertanggung jawab atas potensi peralihan rute masuk virus, yang mungkin menjelaskan penurunan keparahan penyakit yang diamati.
“Rekombinasi dari dua virus ini mungkin terjadi, tetapi rekombinan baru yang dihasilkan kemungkinan akan menghasilkan virus yang berperilaku seperti Omicron, yang dapat menghindari antibodi kita sampai batas tertentu, tetapi menyebabkan penyakit yang lebih ringan pada orang yang divaksinasi,” jelasnya.
“Atau seperti Delta, yang mungkin menyebabkan penyakit yang lebih parah, juga lebih mungkin terjadi pada orang yang tidak divaksinasi, tetapi lebih mudah dikenali pada orang yang divaksinasi atau sebelumnya terinfeksi dan tidak menyebabkan penyakit parah sebagai akibatnya.”
(mdk/pan)