Dipenjara sebab nonton laga voli pria, wanita Iran mogok makan
Sudah lima hari Ghavami menolak makanan yang diberikan dari Penjara Evin di Teheran.
Sebagai peringatan seratus hari dipenjara karena menonton pertandingan bola voli pria, perempuan Inggris berdarah Iran, Ghoncheh Ghavami, melakukan aksi mogok makan.
Sudah lima hari Ghavami menolak makanan yang diberikan dari Penjara Evin di Teheran, seperti dilansir surat kabar the Daily Mail, Senin (6/10).
Perempuan 25 tahun lulusan Universitas London itu ditangkap Juni lalu karena dianggap melakukan propaganda melawan rezim. Selama ini semua perempuan di Iran dilarang menonton pertandingan voli pria.
Ibu Ghavami, Susan Moshtaghian, 49 tahun, mengatakan kepada harian the Guardian, dia juga cemas atas aksi mogok makan dilakukan anaknya.
"Saya sangat khawatir dengan kesehatan dan nyawa Ghoncheh. Saya berharap pihak berwenang bertanggung jawab penuh atas keselamatan putri saya," kata dia.
Moshtaghian, asal London, sebelumnya diizinkan mengunjungi Ghavani buat pertama kali setelah dia ditahan 19 hari.
"Dia memberi tahu, sudah mogok makan sejak 1 Oktober sebagai bentuk protes ketidakjelasan status penahanannya dan peringatan seratus hari dia ditangkap," ujar Moshtaghian.
Kakak Ghavami, Iman, 28 tahun, mengatakan berat badan adiknya turun sejak dia dipenjara. Dia juga terlihat lebih kurus dari sebelumnya.
"Orang bisa mati karena mogok makan. Ini kondisi serius dan sudah berlangsung lima hari," kata Iman.
Petisi buat membebaskan Ghavami di situs Change.org yang dibuat oleh Iman sejauh ini sudah mendapat dukungan 528 ribu tanda tangan.
Ghavami sempat ditanyai selama empat jam setelah dia ditangkap karena mencoba masuk ke stadion Azadi.
Dia lalu dibebaskan tapi beberapa hari kemudian ditangkap lagi saat ingin mengambil barang-barangnya di kantor polisi. Saat itu dia diketahui punya dua kewarganegaraan.
Presiden Iran Hassan Rouhani ketika ditanya reporter stasiun televisi CNN soal penangkapan Ghavami bulan lalu mengatakan, "Menurut hukum kami dia warga Iran. Kami tidak menerima dua kewarganegaraan. Tapi intinya tujuan kami adalah supaya hukum dihormati."